Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Fakta Penyakit Ngorok pada Kerbau, Punya Tingkat Kematian Tinggi

ilustrasi kerbau (freepik.com/byrdyak)

Baru-baru ini, ratusan ekor kerbau di Sumatera Selatan dilaporkan mati secara mendadak. Kematian kerbau-kerbau tersebut diduga karena terserang wabah penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau yang lazim disebut penyakit ngorok. Diketahui, wabah tersebut telah menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar bagi para peternak.

Mengutip dari laman Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, penyakit ngorok adalah penyakit menular yang menyerang kerbau atau sapi. Penyakit ngorok ini beberapa kali mewabah di Pulau Sumatera, seperti di Aceh, Riau, dan Jambi. Lalu, dari mana asal penyakit ngorok tersebut? Yuk, simak fakta-faktanya berikut ini!

1. Penyakit ngorok disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida

ilustrasi bakteri (pixabay.com/Gerd Altmann)

Septicemia Epizootica (SE) atau penyakit ngorok adalah penyakit akut (terjadi secara mendadak atau jangka pendek, tapi serius) pada sapi dan kerbau yang kerap melanda beberapa wilayah di Indonesia. Mengutip dari Repository UNAIR, penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida. Itu merupakan bakteri patogen pada hewan ruminansia (sapi, kerbau, lembu, dan kambing) serta unggas.

Diketahui, Pasteurella multocida merupakan bakteri dari kelas Gammaproteobacteria, genus Pasteurella, dan keluarga Pasteurellaceae. Ia sering ditemukan sebagai flora normal pada nasofaring dan saluran pernapasan bagian atas inangnya. Pada umumnya, bakteri jenis ini banyak ditemukan di lingkungan tanah dan perairan.

2. Punya tingkat kematian yang tinggi

ilustrasi kerbau (pexels.com/Min An)

Mengutip dari laman Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, penyakit ngorok pada kerbau atau sapi mempunyai tingkat kematian yang tinggi. Itulah mengapa, hewan ternak tersebut kerap sudah ditemukan mati mendadak oleh pemiliknya. Sebagaimana yang pernah terjadi pada tahun 2013—2015 di Kabupaten Gayo Lues, Aceh, sebanyak 690 ternak ditemukan mati karena terjangkit wabah penyakit ngorok.

Tak hanya itu, wabah Septicemia Epizootica juga telah menimbulkan kerugian ekonomi besar pada para peternak. Pada tahun 1987, wabah penyakit ngorok telah menimbulkan kerugian sebesar 16,7 miliar di Indonesia. Tentu itu bukanlah jumlah yang sedikit.

3. Gejala penyakit ngorok pada kerbau dan sapi

ilustrasi kerbau (pexels.com/Roger Brown)

Karena wabah penyakit ngorok pada terjadi lagi pada tahun ini, peternak harus rutin mengecek kerbau atau sapi secara berkala. Pasalnya, tanda-tanda Septicemia Epizootica kerap kali tak disadari dan bisa membunuh hewan-hewan ternak secara cepat. Adapun gejala penyakit ngorok yang harus diwaspadai adalah sebagai berikut:

  1. Terjadi peningkatan suhu tubuh pada kerbau atau sapi.
  2. Denyut jantung meningkat.
  3. Keluarnya lendir dari hidung.
  4. Hewan ternak lebih sering berbaring dari biasanya.
  5. Terdengar suara seperti ngorok ketika bernapas.

Kendati demikian, dilansir laman Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Nusa Tenggara Barat, tidak semua kerbau atau sapi yang terjangkit Septicemia Epizootica menunjukkan gejala secara bersamaan. Itulah sebabnya penyakit ngorok diklasifikasikan sebagai penyakit akut dan berbahaya bagi kerbau, sapi, dan hewan ternak lainnya. 

Untungnya, penyakit ngorok masih bisa dikendalikan atau dicegah dengan vaksinasi. Sebagaimana yang terjadi di Sumatera Selatan, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) setempat sudah meminta 10 ribu vaksin Septicemia Epizootica ke pemerintah pusat. Karena sifatnya yang menular dan akut, vaksinasi menjadi cara utama yang ditempuh untuk mencegah penyakit ngorok pada kerbau atau sapi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us