5 Fakta Kobra Penyembur Mozambik, Ular Kecil dengan Bisa Berbahaya

Hewan berbahaya di Afrika yang cukup populer biasanya terdiri atas berbagai spesies mamalia raksasa, kucing besar, serta anjing liar. Kalaupun ada spesies reptil yang dibicarakan, biasanya hanya buaya yang paling diingat oleh banyak orang. Padahal, Afrika juga menjadi rumah bagi beberapa spesies ular dengan bisa yang paling mematikan di dunia, salah satunya adalah kobra penyembur mozambik (Naja mossambica).
Spesies ular kobra yang satu ini tampil dengan warna sisik bagian atas yang cukup beragam, semisal abu-abu, cokelat, biru, dan hijau zaitun. Sementara itu, sisik bagian bawah cenderung berwarna merah muda atau kuning beserta sedikit corak hitam di area leher. Uniknya, kobra penyembur mozambik ini termasuk spesies ular kobra dengan panjang tubuh terpendek. Mereka diketahui hanya tumbuh sepanjang 90—154 cm dengan bobot 4,5—6,8 kg saja.
Meskipun demikian, kobra penyembur mozambik tetap dikenal sebagai salah satu ular paling mematikan yang ada di Afrika. Bisa dari ular ini setara atau bahkan lebih kuat kalau dibandingkan dengan beberapa spesies ular berbahaya lain di dunia. Kira-kira seperti apa komposisi bisa dan apa saja fakta menarik lain dari reptil yang satu ini? Yuk, kita kenalan dengan kobra penyembur mozambik!
1. Peta persebaran dan habitat pilihan

Sejak awal sudah disebutkan kalau kobra penyembur mozambik adalah reptil yang tinggal di Afrika. Akan tetapi, sebenarnya di Afrika sebelah mana persebaran asli ular ini? AZ Animal melansir kalau ular yang satu ini ternyata berada di Afrika bagian selatan, khususnya sebelah timur. Mozambik jelas jadi persebaran utama mereka, tapi negara seperti Afrika Selatan, Angola, Botswana, Namibia, Tanzania, Zambia, dan Zimbabwe turut menjadi rumah reptil ini.
Sementara itu, jenis habitat yang dipilih kobra penyembur mozambik itu terbilang sejenis semua, yakni kawasan sekitar sabana. Namun, mereka tak tinggal di kawasan yang benar-benar kering karena lebih sering kedapatan berada dekat dengan sumber air, semisal sungai atau danau. Ketika harus beristirahat atau bersembunyi, kobra penyembur mozambik menjadikan bekas lubang rayap, lubang di batang pohon tumbang, serta celah batuan sebagai rumah sementara.
2. Makanan favorit dan cara memperolehnya

Selayaknya spesies ular lain, kobra penyembur mozambik adalah predator sejati yang memburu berbagai jenis hewan. Mereka diketahui memburu mamalia kecil, spesies ular lain, amfibi, burung kecil, serangga, telur, serta bangkai hewan lain di sekitar. Malam hari jadi waktu berburu paling ideal bagi ular ini alias tergolong sebagai ular nokturnal.
Teknik berburu kobra penyembur mozambik mengombinasikan antara sergapan cepat dan gigitan mematikan lewat bisa yang masuk ke tubuh target. Hebatnya, ular yang satu ini diketahui kebal terhadap bisa hasil gigitan spesies ular berbisa lain yang jadi target buruan, semisal mamba hitam dan puff adder, dilansir Animalia. Jadi, sekalipun secara ukuran terbilang kecil, kobra penyembur mozambik tetap jadi mimpi buruk bagi berbagai spesies ular seukuran yang tinggal di habitat serupa.
3. Komposisi bisa dan kemampuan menyembur

Tingkat berbahaya dari kobra penyembur mozambik tak lepas dari komposisi racun pada bisa yang sangat mematikan. Racun tersebut berjenis sitotoksik yang tingkat efektivitasnya disebut-sebut setara dengan ular derik mojave (Crotalus scutulatus) yang merupakan ular paling mematikan di Amerika Utara. Dilansir African Snakebite Institute, racun sitotoksik kobra penyembur mozambik bekerja dengan cara menyerang jaringan tubuh yang digigit sampai menyebabkan rasa sakit, pembengkakan, dan lepuh.
Seramnya, ular yang satu ini tak hanya mengandalkan gigitan dalam melepaskan bisa dari taring. Sebab, pada bagian tengah dua taring mereka terdapat lubang khusus yang mampu menyemburkan bisa dalam jarak tertentu. Jarak semburan bisa maksimal yang dapat dicapai oleh kobra penyembur mozambik diketahui mencapai 2—3 meter yang ditargetkan ke arah wajah atau mata target. Kalau kena, maka ada risiko kebutaan permanen pada mata korban. Namun, kemampuan ini tak dimanfaatkan sebagai teknik berburu, melainkan cara pertahanan diri terakhir ketika merasa terancam.
Konflik antara kobra penyembur mozambik dengan manusia terbilang cukup sering terjadi di Afrika. Karena tergolong nokturnal, ular ini sering tak sengaja masuk ke rumah penduduk melalui langit-langit dan menggigit orang yang ada di dalam saat tidur. Terkadang hewan peliharaan penduduk pun dapat digigit oleh ular ini. Sementara itu, ketika bertemu di alam, kobra penyembur mozambik sebenarnya cenderung menghindari kontak dengan manusia. Jadi, selama tidak masuk ke zona semburan bisa, ular ini lebih memilih mencari tempat bersembunyi dari kita.
Untungnya, sekalipun bisa ular ini terbilang sangat mematikan, kasus kematian akibat gigitan mereka sangat jarang. Hal ini disebabkan karena antibisa sitotoksin terbilang efektif kalau cepat diberikan pada korban. Kematian baru terjadi jika terlambat mendapat pertolongan medis sehingga salah satu hal paling penting jika manusia digigit kobra penyembur mozambik adalah segera dibawa ke rumah sakit.
4. Sistem reproduksi

Musim kawin bagi kobra penyembur mozambik berlangsung antara bulan September—Oktober atau ketika temperatur di sekitar mulai hangat. Dilansir Kloof Conservancy, ketika sudah masuk masa tersebut, jantan akan mencari pasangan dengan aroma feromon yang ditinggalkan sang lawan jenis. Kalau antar jantan bertemu, maka akan terjadi pertarungan singkat demi hak kawin dengan betina yang ada di sekitar. Ular ini termasuk hewan poligini alias jantan kawin dengan beberapa betina berbada dalam satu musim kawin.
Setelah kawin, betina segera bertelur di lubang di tanah, pohon, atau celah batuan terdekat. Dalam satu musim kawin, kobra penyembur mozambik betina mampu menghasilkan 10—22 telur. Masa inkubasi yang dijalani telur-telur tersebut kurang lebih selama 60—70 hari. Ketika baru menetas, anak ular ini sudah punya panjang sekitar 23—25 cm. Di alam liar, usia kobra penyembur mozambik diketahui mampu mencapai 20 tahun.
5. Status konservasi

Merujuk pada data IUCN Red List, status konservasi kobra penyembur mozambik saat ini masih masuk dalam kelompok hewan dengan risiko rendah (Least Concern). Akan tetapi, tidak diketahui secara pasti soal populasi pasti maupun tren populasi yang sedang dialami ular yang satu ini. Sebenarnya, hal itu wajar mengingat persebaran mereka yang terbilang sangat luas sehingga pendataan populasi jadi sangat sulit dan menantang.
Selain itu, tidak tercatat ancaman serius yang mampu mengurangi populasi kobra penyembur mozambik secara cepat. Mereka juga tak ditangkap untuk diperjualbelikan, melainkan demi diambil bisanya supaya dapat dijadikan antibisa. Sesuatu yang dapat dikatakan sebagai ancaman bagi mereka lebih kepada konflik dengan manusia. Soalnya, ular ini sering dibunuh karena menggigit manusia, terutama ketika ditemukan di sekitar pemukiman.
Kecil bukan berarti tak berdaya. Rasanya hal itulah yang dibuktikan dengan kehadiran kobra penyembur mozambik di Afrika bagian selatan. Siapa sangka kalau salah satu spesies ular kobra terkecil di dunia ini ternyata masih masuk dalam jajaran ular paling berbahaya di Bumi, kan? Maka dari itu, kalau sedang main ke Afrika bagian selatan dan tak sengaja bertemu ular ini, lebih baik segera dihindari demi kebaikan bersama, ya!


















