8 Fakta Menarik Tentang Masa Muda Tan Malaka

Dari cerita tentang roti keju hingga pilin pusat

Ibrahim Datuk Tan Malaka, siapa yang tidak kenal tokoh pahlawan yang lahir di Suliki, Sumatra Barat tahun 1897 ini. Dikenal dengan nama Tan Malaka, Ia merupakan siswa yang pandai dari Kweekschool Bukittinggi. Tidak ada yang menyangka, Tan muda akan mengarungi kerasnya perjuangan menuju Indonesia merdeka 100 persen.

Masa muda Tan Malaka setidaknya ia habiskan untuk mencapai cita-citanya menjadi guru. Ia kemudian bersekolah di Rijkskweekschool Haarlem di Belanda selama enam tahun dari 1913 untuk bisa menjadi seorang guru. Selama di Belanda, ia semakin banyak belajar terutama tentang kehidupan sosial politik hingga jurang antara borjuis dan proletar.

Inilah 8 fakta unik kehidupan Tan Malaka ketika masih muda seperti yang ia kisahkan dalam memoarnya, " Dari Penjara ke Penjara".

1. Ingin menjadi guru

8 Fakta Menarik Tentang Masa Muda Tan Malakadigitalcollections.universiteitleiden.nl

Cita-cita Tan Malaka adalah menjadi guru. Ia menuliskan di dalam memoarnya bahwa keinginannya menjadi guru didorong oleh keprihatinannya pada kondisi pendidikan orang Indonesia pada saat itu. Tan memandang bahwa mendidik anak-anak Indonesia adalah pekerjaan yang tersuci dan paling penting.

Tan menghadapi dua pilihan, antara menjadi guru bagi anak Indonesia atau guru bagi anak Belanda. Gurunya di Kweekschool Bukittinggi, Horensma mendukung Tan untuk menjadi guru bagi anak Belanda. Horensma bangga dengan prestasi Tan di Kweekschool. Ia pun turut membantu Tan untuk mengumpulkan dana agar bisa melanjutkan sekolah di Rijkskweekschool Haarlem, sekolah untuk menjadi guru bagi anak Belanda.

Tekadnya untuk mengubah haluan menjadi guru bagi anak Indonesia muncul ketika ia bertemu dengan Prof. Snouck Hurgronje yang mengatakan bahwa sang profesor tidak akan menjadi guru bagi anak-anak Jerman dan berpikir sudah memahami bahasa Jerman. 

Pernyataan profesor membuat Tan merasa malu karena ingin menjadi guru bagi anak Belanda sedangkan ia tidak sebangsa, sebahasa dengan orang Belanda sehingga tidak akan dapat menyelami jiwa dari orang Belanda.

2. Tan Malaka di Haarlem

8 Fakta Menarik Tentang Masa Muda Tan Malakarengelinkfonds.nl

Tan merasakan berbagai keadaan selama tinggal di Belanda. Mulai dari menghadapi biaya hidup yang terbatas hingga bermacam keunikan orang yang ia temui selama di Belanda. Tan tinggal berpindah-pindah kota dan tempat tinggal selama di Belanda dengan alasan kesehatan dan lingkungannya.

Tan Malaka mulanya tinggal di asrama Rijkskweekschool. Namun, ia tidak merasa cocok dengan makanan yang ia dapatkan karena hanya mampu membayar tiga puluh rupiah, sedangkan tidak ada murid lain yang membayar di bawah lima puluh rupiah. Tan kemudian memilih meninggalkan asrama dan menyewa kamar di sebuah rumah yang ia anggap lebih baik dari asrama dengan bayaran yang sama.

Ketika di kota Haarlem, Tan menyewa kamar di rumah keluarga Van der Mij dari kalangan proletar. Nama panggilannya di Haarlem adalah Ipie. Ia bersahabat dengan anak Van der Mij, seorang pendukung imperalisme yang gemar membaca De Telegraaf dan Herman, seorang pemuda Belgia anti-kapitalisme dan anti-imperialisme yang gemar membaca Het Volk. 

Tan mengisahkan dalam memoarnya bahwa ia sering berselisih paham dengan anak Van der Mij. Tan menganggap bahwa tidak begitu jelas perbedaan antara imperialisme Jerman, Inggris maupun Belanda. Dari kedua sahabatnya itu pula Tan bisa membaca De Telegraaf dan Het Volk favorit mereka

Bagi Nyonya Van der Mij, Tan sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Bahkan ketika Tan sedang tinggal di Bussum, Nyonya Van der Mij merasa kesepian selepas Tuan Van der Mij meninggal dan meminta Tan untuk kembali ke Haarlem. Namun permintaan Nyonya Van der Mij ditolak oleh yayasan yang menaungi Tan Malaka sehingga ia harus tetap tinggal di Bussum.

Baca Juga: Kisah Tan Malaka, Lebih Memilih Jadi Pejuang ketimbang Bicara Asmara

3. Bussum

8 Fakta Menarik Tentang Masa Muda Tan Malakahistorischekringbussum.nl

Pernah juga Tan tinggal di kota Bussum. Di kota ini, Tan setidaknya menikmati kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan di rumah keluarga Van der Mij. Ia merasakan kenikmatan borjuis selama di Bussum. Hal ini membuat ia menyadari bahwa ada jurang antara borjuis dan proletar di masyarakat Eropa.

Ketika di Bussum ia pernah tinggal di rumah Nyonya K. Di dalam memoarnya, ia memandang Nyonya K yang merupakan seorang fanatik agama, menggunakan kedok agama untuk mendapatkan kedudukan dalam gereja dan masyarakat seagamanya.

Tan pindah dari kediaman Nyonya K ke rumah Tuan D. Di kediaman baru ini ia bertemu dengan OS dan HS. Memang OS ini terkenal nakal kepada penghuni lainnya. Baru dua hari Tan berada di rumah itu saja OS sudah iseng dengan melancarkan kuncian silat kepiting di leher Tan. 

Leher Tan benar-benar tertekan hingga kesulitan bernafas. Beruntung Tan sangat mahir pencak silat dan memahami silat kepiting. Tan tidak sengaja membuat OS pingsan ketika Tan berupaya melepaskan kuncian di lehernya dan membalikkan kuncian kepada OS. Alhasil, sejak saat itu OS berperilaku baik kepada Tan Malaka. Mungkin OS takut akan kemampuan silat Tan Malaka.

4. Suhu dan makanan di Belanda membuat Tan Malaka sakit

8 Fakta Menarik Tentang Masa Muda Tan Malakadigitalcollections.universiteitleiden.nl

Bukan tanpa alasan Tan Malaka sering menderita sakit di Belanda. Tan menuliskan dalam memoarnya bahwa faktor yang sering mengganggu kesehatannya adalah suhu dan makanan di Belanda yang tidak cocok dengannya. Ia sering tidak nafsu makan, terutama ketika masih tinggal di asrama. Alhasil, kesehatannya menurun seiring pola makan yang tidak terjaga.

Selain karena makanan, kesehatan Tan Malaka juga terganggu akibat suhu dingin di Belanda. Tan dalam memoarnya menduga bahwa tindakannya yang tidak menghiraukan nasihat temannya untuk memakai baju tebal setelah bermain bola di musim dingin menjadi salah satu penyebab ia terkena penyakit pleuritis tiga bulan sebelum ujian.

Menderita pleuritis membuat Tan harus berusaha keras untuk mengikuti ujian. Bahkan dokter memberi izin Tan untuk mengikuti ujian dengan syarat ia harus naik kereta kuda agar kondisi fisik Tan Malaka tidak semakin buruk. Meskipun berhasil mengikuti ujian dan dinyatakan lulus, Tan mengakui tubuhnya merasakan derita yang teramat sangat akibat memaksakan ikut ujian dalam kondisi sakit berat.

5. Djati Hout

8 Fakta Menarik Tentang Masa Muda Tan Malakadigitalcollections.universiteitleiden.nl

Tan Malaka sudah diingatkan untuk menjaga kesehatannya. Sebelum berangkat ke Belanda, ia sempat diperiksa oleh dokter untuk keperluan asuransi. Dokter berpesan kepada Tan Malaka dengan menganalogikan Djati Hout atau kayu jati.

Makna dari analogi tersebut adalah kayu jati yang keras dan kokoh pun bisa lapuk dimakan waktu dan hawa. Dokter berpesan agar Tan Malaka menjaga kondisi fisiknya, terutama dari segi pola makan dan perlindungan dari suhu lingkungan. Pesan dokter ini terbukti ketika Tan berada di Belanda di mana pola makan tidak terjaga namun semangatnya untuk berolahraga tetap tinggi.

6. Gemar olahraga

8 Fakta Menarik Tentang Masa Muda Tan Malakadigitalcollections.universiteitleiden.nl

Tan Malaka dikenal senang berolahraga. Bahkan Tan masih dikenal senang dalam dunia olahraga ketika usianya terus melewati masa mudanya. Olahraga yang ia senangi mulai dari berenang hingga sepak bola. Namun, untuk olahraga renang ia mempunyai kenangan buruk hampir tenggelam ketika berenang di Sungai Ombilin.

Olahraga favoritnya adalah sepak bola. Tan Malaka bergabung dalam sebuah klub sepak bola ketika tinggal di Haarlem dan rutin mengikuti pertandingan setiap minggu. Pertandingan pun sering dilakukan di daerah sekitar Haarlem. Bahkan ia tetap bermain bola di musim dingin yang akhirnya menyebabkan ia terkena pleuritis.

7. Kebencian Tan terhadap hafalan hingga roti keju

8 Fakta Menarik Tentang Masa Muda Tan Malakadigitalcollections.universiteitleiden.nl/Steijlen, Fridus

Hal yang paling dibenci Tan Malaka selain ketidakadilan keadaan antara masyarakat Indonesia dan Belanda adalah hafalan. Tan mengungkapkan kebenciannya terhadap dunia hafal-menghafal di dalam memoarnya. Kebenciannya terhadap metode hafalan terutama dalam mempelajari beberapa bagian dari ilmu pasti yang menurutnya metode hafalan sudah tidak dapat digunakan kecuali untuk pengetahuan umum yang menarik.

Tan Malaka juga membenci roti keju. Kebencian ini timbul lantaran ia terpaksa makan roti keju setiap hari selama di asrama. Entah bosan atau tidak menyukai rasanya, yang jelas Tan selalu benci ketika berhadapan dengan roti keju. 

8. Kenakalan masa muda Tan Malaka dan pilin pusat Guru Gadang

8 Fakta Menarik Tentang Masa Muda Tan Malakadigitalcollections.universiteitleiden.nl/Steijlen, Fridus

Tan Malaka ternyata sudah menjadi incaran kemarahan bahkan jauh sebelum ia memperjuangkan kemerdekaan 100 persen. Namun, Tan kecil selalu dimarahi akibat tindakan nekatnya.

Namun ayahnya menyelematkan Tan dari pukulan rotan ibunya yang terkenal pedih. Ayah Tan memberi hukuman lain yakni ditempatkan di pinggir jalan dengan kekang kuda sehingga Tan menjadi bahan tontonan warga sekitar, terutama anak-anak para engku. Ibu Tan Malaka ternyata tidak puas hanya dengan hukuman tersebut. Akhirnya ia melaporkan kepada Guru Gadang atau Guru Kepala agar memberikan hukuman.

Guru Gadang sendiri dikenal akan hukuman pilin pusat (cabut pusar) yang legendaris.Tan Malaka sudah beberapa kali merasakan pedihnya pilin pusat. Pengalaman hampir tenggelam di Sungai Ombilin ketika bersama anak para engku juga berakhir dengan hukuman pilin pusat Guru Gadang.

Dalam kesempatan lain, Tan Malaka sedang bermain simbur di sungai dan sudah melihat semua temannya lari. Ternyata temannya lari karena melihat Guru Gadang datang, sedangkan Tan Malaka tidak menyadari karena posisinya membelakangi Guru Gadang. Akhirnya Tan Malaka mendapatkan hukuman pilin pusat.

Hukuman lain yang pernah dirasakan Tan Malaka adalah dimasukkan ke kandang ayam. Kali ini ia dicap sebagai "penjahat perang" akibat terlibat perang lempar jeruk yang melebar menjadi perang lempar batu antar kampung. Lagi-lagi ibu Tan tidak puas dengan hukuman yang diberikan dan melaporkan kepada Guru Gadang. Alhasil, pilin pusat kembali mendarat di perut Tan Malaka.

Itulah 8 fakta menarik tentang masa muda Tan Malaka. Ternyata kisah Tan Malaka muda sangat menarik dan bahkan menggelitik. Di satu sisi juga kita dibuat iba ketika Tan harus berjuang melawan sakit di perantauan yang jauh dari kampung halaman. Setidaknya Tan bisa bernafas lega karena tidak menemukan pilin pusat di Haarlem.

Baca Juga: Tan Malaka, Seorang Guru yang Jadi Oposisi Pemerintah Soekarno

Farhan Alam Photo Verified Writer Farhan Alam

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya