Fenomena Deja Reve, Ketika Mimpi dan Kenyataan Bertemu

Pernahkah kamu merasa sedang menjalani sesuatu yang sebelumnya kamu alami dalam mimpi? Fenomena ini disebut deja reve atau "sudah bermimpi." Meskipun serupa dengan déjà vu, deja reve merujuk pada ingatan akan mimpi, bukan pengalaman nyata. Penelitian menunjukkan bahwa pengalaman ini bisa terjadi pada siapa saja, sering kali dipicu oleh memori samar yang tiba-tiba muncul kembali ketika kejadian nyata memicunya.
Deja reve tidak hanya membangkitkan rasa keakraban, tapi juga bisa terasa mistis. Bahkan, ahli percaya bahwa fenomena ini bisa terkait dengan kondisi neurologis tertentu. Artikel ini akan membahas pengertian, jenis-jenis, serta penyebab deja reve menurut penelitian terbaru. Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
1. Apa itu deja reve dan bedanya dengan deja vu

Deja reve berarti "sudah bermimpi," menggambarkan pengalaman di mana kamu merasa pernah memimpikan sesuatu yang kini terjadi di dunia nyata. Berbeda dengan déjà vu yang membuatmu merasa pernah mengalami situasi tertentu, deja reve menghubungkan pengalaman itu dengan mimpi sebelumnya.
Meskipun keduanya bisa dialami oleh siapa saja, deja reve dan déjà vu sering terjadi pada individu dengan gangguan epilepsi. Ini karena area otak yang terlibat dalam pemrosesan memori (seperti lobus temporal) dapat memicu kedua fenomena tersebut. Namun, deja reve bukan selalu tanda bahaya dan biasanya terjadi tanpa alasan medis serius.
2. Jenis-jenis deja reve

Penelitian membagi deja reve menjadi tiga tipe:
- Episodic deja reve: Mengingat mimpi tertentu secara spesifik dan merasa bahwa kejadian tersebut benar-benar terjadi di dunia nyata.
- Familiarity deja reve: Mengalami rasa familier pada sesuatu tapi tidak bisa mengingat mimpi spesifik terkait.
- Dreamy state deja reve: Merasakan sensasi seperti sedang bermimpi, bahkan saat terjaga. Ini membuatmu seolah berada di antara realitas dan mimpi.
Setiap jenis deja reve melibatkan memori yang berbeda-beda, dan beberapa di antaranya bahkan dapat dipicu melalui stimulasi otak secara elektrik.
3. Penyebab dan faktor pemicu deja reve

Faktor pemicu deja reve antara lain kelelahan dan kondisi neurologis seperti epilepsi. Pada orang dengan epilepsi, deja reve bisa terjadi bersamaan dengan serangan atau sebagai tanda awal. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa deja reve lebih sering dialami oleh anak muda dan cenderung menurun seiring bertambahnya usia.
Penelitian juga menyebut bahwa individu dengan batas mental yang "tipis" lebih mungkin mengalami deja reve. Hal ini mengindikasikan bahwa otak mereka mungkin bekerja di beberapa jalur sekaligus, yang memicu terjadinya fenomena ini.
4. Cara menghadapi deja reve

Deja reve biasanya tidak berbahaya. Sebagian besar orang mengalaminya tanpa masalah berarti dan bahkan merasa bahwa pengalaman ini menambah keunikan hidup mereka. Namun, jika deja reve disertai dengan gejala seperti kebingungan, kehilangan kesadaran, atau sakit kepala, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga medis untuk memastikan tidak ada kondisi serius yang mendasarinya.
Menulis jurnal mimpi dapat menjadi cara efektif untuk mencatat pola dan makna dari deja reve yang dialami. Kamu juga bisa membahas pengalaman ini dengan terapis, terutama jika merasa ada pesan penting di baliknya. Jadikan pengalamanmu mengalami deja reve sebagai bagian dari perjalanan hidupmu yang unik.