Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Ikan Raksasa yang Dilindungi di Indonesia, Populasinya Terus Menurun

pari gergaji gigi besar, salah satu ikan raksasa yang dilindungi di Indonesia (commons.wikimedia.org/Forrest Samuels)
Intinya sih...
  • Ikan pari seberat 2 ton masuk kategori terancam, masih ditemukan di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa Barat.
  • Ikan raja laut dengan nama ilmiah Latimeria menadoensis baru ditemukan, panjang maksimal 1,4 meter.
  • Pari gergaji hijau masuk kategori sangat terancam, toleransi tinggi terhadap perubahan salinitas air.

Indonesia merupakan negara dengan perairan yang sangat luas. Baik sungai, danau, laut, atau rawa semuanya ada di Indonesia. Tidak mengherankan jika Indonesia juga dihuni oleh berbagai spesies ikan rakasasa. Sayangnya, beberapa ikan raksasa tersebut populasinya terus menurun, terancam punah, dan akhirnya dilindungi oleh pemerintah.

Peraturan hewan dilindungi sendiri tercantum pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tahun 2018. Jika mengacu pada peraturan tersebut, maka terdapat lima spesies ikan raksasa yang dilindungi di Indonesia. Nah, kali ini kita akan membahas kelima spesies tersebut agar kamu tidak sembarangan memancing, menangkap, atau memperdagangkan ikan-ikan tersebut.

1. Pari sungai raksasa mampu tumbuh hingga seberat 2 ton

Pari sungai raksasa (commons.wikimedia.org/Gant223)

Data dari IUCN Red List menjelaskan kalau ikan dengan nama ilmiah Himantura polylepis ini masuk ke kategori endangered atau terancam. Saat ini populasinya terus menurun, bahkan ia sudah punah di beberapa daerah. Untungnya, ikan pari seberat 2 ton ini masih bisa ditemukan di Indonesia, khususnya di Sumatera, Kalimantan, dan Pulau Jawa bagian barat. Seperti namanya, ikan sepanjang 5 meter ini bisa ditemukan di sungai, danau, dan perairan payau.

Walau besar, nyatanya ikan ini tidak agresif dan sangat jarang menyerang manusia. Biasanya, ia hanya akan menyerang saat merasa terganggu, terusik, atau terancam. Saat hal tersebut terjadi, pari sungai raksasa akan menusuk manusia dengan durinya yang berbisa. Lebih lanjut, ikan ini sangat terancam oleh kerusakan habitat, polusi, dan perburuan liar.

2. Ikan raja laut menjadi hewan dilindungi yang sangat sulit ditemukan

Ikan raja laut (commons.wikimedia.org/Claudio Martino)

Tercatat, hewan dengan nama ilmiah Latimeria menadoensis ini memiliki berbagai nama, yaitu ikan raja laut atau coelacanth. Uniknya, ikan ini merupakan spesies purba yang masih memiliki beberapa ciri primitif. Pertama, ia memiliki banyak sirip yang tebal dan kuat, serupa dengan kaki hewan darat. Tak cuma itu, ikan ini juga masih memiliki paru-paru primitif yang sayangnya sudah tidak bisa digunakan.

Dilansir FishBase, panjang maksimal ikan raja laut bisa mencapai 1,4 meter. Ia hanya bisa ditemukan di perairan Sulawesi dan umumnya ditemukan di kedalaman 100 sampai 200 meter. Uniknya, ikan ini merupakan spesies yang baru ditemukan. Populasinya juga terus menurun dan saat ini ia masuk ke kategori vulnerable atau rentan. Usianya juga panjang di mana ikan raja laut mampu hidup hingga 100 tahun.

3. Pari gergaji gigi besar tak hanya bisa ditemukan di Indonesia

Pari gergaji gigi besar (commons.wikimedia.org/Amaury Laporte)

Laman Florida Museum menjelaskan kalau ikan dengan nama ilmiah Pristis pristis ini punya panjang maksimal 6,5 meter dan bobot yang mencapai 600 kilogram. Tapi walau besar ia sama sekali tidak gemuk, lho. Sebaliknya, tubuh ikan ini panjang, datar, dan ia punya moncong panjang nan tajam, mirip seperti gergaji. Nah, moncong tersebut merupakan senjata utamanya dalam berburu krustasea dan terkadang juga digunakan untuk menyerang predator.

Penyebarannya sendiri cukup luas karena ia bisa ditemukan Indonesia, Australia, Afrika, Malaysia, dan beberapa negara lain di benua Amerika. Dalam hal ini, habitat favoritnya adalah perairan dangkal, area karang, dan dasar laut berpasir. Di habitat aslinya, pari gergaji gigi besar harus bersaing dengan predator lain, seperti hiu putih raksasa, buaya, hiu banteng, hiu macan, dan pari gergaji lain.

4. Pari gergaji hijau masuk ke kategori critically endangered

Pari gergaji hijau (commons.wikimedia.org/Sidvics)

Jika dibandingkan pari gergaji gigi besar, ukuran pari gergaji hijau lebih besar dengan panjang maksimal mencapai 7,3 meter, jelas Animalia. Seperti namanya, ikan yang bisa ditemukan di Asia, Afrika, dan Oseania ini punya tubuh berwarna hijau. Tak cuma di laut, terkadang pari gergaji hijau juga bisa ditemukan di perairan payau dan sungai air tawar. Dari hal tersebut, maka dapat disimpulkan kalau ia memiliki toleransi yang tinggi terhadap perubahan salinitas air.

Sayangnya, eksistensinya yang paling terancam karena ia masuk ke kategori critically endangered atau sangat terancam. Artinya, ia memiliki risiko kepunahan yang sangat tinggi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, upaya konservasi dan kerja sama dari semua pihak harus diperketat supaya populasi ikan ini bisa stabil dan naik. Kamu tak boleh memburu, memancing, atau memperdagangkan ikan ini secara sembarangan.

5. Pari gergaji lancip terancam oleh kerusakan habitat dan aktivitas manusia

Pari gergaji lancip (commons.wikimedia.org/Hamid Badar Osmany)

Sebenarnya panjang pari gergaji lancip tak terlalu besar, yaitu hanya sekitar 3,5 meter. Namun, ukuran tersebut masih lebih besar dari kebanyakan ikan yang ada di lautan. Lebih lanjut, ikan dengan nama ilmiah Anoxypristis cuspidata ini bisa ditemukan di Afrika, Asia, Australia, sampai Oseania. Sayangnya, populasinya terus menurun dan ia masuk ke kategori endangered atau terancam, dilansir iNaturalist.

Saat ini, habitat alaminya, yaitu area karang dan laut lepas mulai tercemar polusi dan rusak. Aktivitas manusia seperti penggalian minyak dan penangkapan ikan juga turut andil dalam menggerus populasi ikan ini. Terakhir, ikan pemakan cumi dan ikan kecil ini juga tidak berbahaya bagi manusia. Jadi, jika kamu bertemu dengannya kamu tak perlu membunuh atau mengusiknya.

Sebagai hewan yang dilindungi, ikan-ikan raksasa tersebut merupakan spesies terancam punah yang populasinya terus menurun. Tentunya hal tersebut bukanlah hal yang baik. Jika dibiarkan, mereka akan musnah dari muka bumi dan akhirnya berdampak buruk bagi keseimbangan ekosistem dan kehidupan manusia. Karenanya, kita harus turut serta dalam menjaga dan melestarikan eksistensi mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhammad Hafizhuddin
EditorMuhammad Hafizhuddin
Follow Us