Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kapan Puncak Hujan Meteor Leonid 2025? Catat Waktunya

Puncak Hujan Meteor Leonid 2025
ilustrasi hujan meteor (pexels.com/ARMAN ALCORDO JR)
Intinya sih...
  • Puncak hujan meteor Leonid 2025 jatuh pada 18 November dini hari waktu universal (UTC) atau sekitar pukul 01.00–02.00 WIB.
  • Untuk pengalaman terbaik, cari tempat gelap, diamkan mata selama 30 menit, dan datang pada tengah malam hingga menjelang fajar.
  • Hujan meteor Leonid berasal dari komet 55P/Tempel-Tuttle, bisa berubah menjadi meteor storm, dan tidak akan mengalami badai besar lagi dalam waktu dekat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Fenomena hujan meteor Leonid selalu jadi salah satu momen paling ditunggu. Dengan meteor-meteor cepat yang tampak seperti kilatan cahaya, banyak orang bersiap untuk menyaksikan penampilannya yang kembali hadir menjelang akhir tahun ini. Cahaya-cahayanya yang melintas cepat bikin pengalaman mengamatinya terasa seru dan menenangkan.

Kapan puncak hujan meteor Leonid 2025? Tahun ini, kondisi langit cukup mendukung sehingga peluang melihat meteor akan makin besar. Berikut waktu idealn menyaksikan puncak guguran meteornya.

Kapan puncak hujan meteor Leonid 2025?

Puncak aktivitas hujan meteor Leonid 2025 terjadi pada 18 November dini hari waktu universal (UTC). Jika dikonversi ke waktu Indonesia, terutama WIB, puncaknya jatuh pada sekitar pukul 01.00–02.00 WIB pada 18 November 2025. Ini adalah periode ketika jumlah meteor mencapai titik tertinggi dan kondisi langit paling optimal.

Bagi pengamat di Indonesia, waktu terbaik untuk mulai melihat Leonid yakni setelah lewat tengah malam hingga menjelang fajar. Pada waktu tersebut, titik radian (constellation Leo) sudah berada lebih tinggi di langit timur sehingga meteor lebih mudah terlihat dan jejaknya tampak panjang. Kamu bisa mulai bersiap dari pukul 00.30 WIB, lalu terus mengamati hingga mendekati subuh.

Tahun ini, pengamatannya juga makin nyaman karena fase Bulan hanya sabit akhir (sekitar 9 persen iluminasi) sehingga cahayanya hampir tidak mengganggu visibilitas. Dari lokasi yang gelap dan minim polusi cahaya, kamu bisa melihat sekitar 15 meteor per jam dan jumlah ini bisa lebih tinggi jika terjadi meteor outburst.

Tips melihat hujan meteor Leonid

mengamati hujan meteor
ilustrasi mengamati hujan meteor. (pexels.com/Yuting Gao)

Biar pengalaman berburu meteor Leonid lebih maksimal, coba siapkan beberapa hal berikut:

  • Cari tempat lapang, jauh dari gedung, pepohonan, dan lampu kota. Langit yang gelap bikin meteor mudah terlihat, termasuk guguran redup. Kalau butuh cahaya, pakai lampu merah supaya penglihatan malam tetap terjaga
  • Sebelum mulai melihat meteor, diamkan mata selama sekitar 30 menit tanpa paparan cahaya terang. Adaptasi ini penting supaya kamu bisa menangkap meteor yang biasanya cepat dan samar
  • Cukup gunakan mata telanjang dan arahkan pandangan sekitar 40—45 derajat dari titik radian rasi Leo. Di area ini, jejak meteor biasanya terlihat lebih panjang dan jelas
  • Datang pada waktu terbaik, yaitu tengah malam hingga menjelang fajar. Kamu bisa mulai bersiap sekitar pukul 00.30 WIB dan lanjutkan hingga mendekati fajar.

Fakta hujan meteor Leonid

Hujan meteor Leonid punya sejarah panjang yang menarik. Tak heran, jika fenomena langit ini jadi salah satu yang paling ditunggu. Berikut beberapa fakta hujan meteor Leonid:

  • Berasal dari komet 55P/Tempel-Tuttle

Leonid muncul setiap kali Bumi melewati jejak debu komet Tempel-Tuttle yang mengorbit Matahari setiap 33 tahun dan meninggalkan jalur partikel pemicu meteor saat memasuki atmosfer Bumi.

  • Bisa berubah menjadi meteor storm

Kadang-kadang Leonid meningkat drastis hingga lebih dari 1.000 meteor per jam. Badai besar pernah terjadi pada 1833, 1866, 1966, 1999, 2001, dan 2002. Paling legendaris adalah 1966 ketika gugurannya diperkirakan mencapai 40 meteor per detik.

  • Puncak badai biasanya saat komet berada di perihelion

Aktivitas Leonid yang tinggi sering bertepatan dengan saat komet Tempel-Tuttle berada paling dekat dengan Matahari. Namun, badai sebenarnya muncul dari awan debris lama yang padat, bukan material baru.

  • Badai besar tak akan terjadi lagi dalam waktu dekat

Model orbit menunjukkan Bumi tidak akan bertemu awan debris paling padat sampai 2099. Jadi, meski komet kembali pada 2031 dan 2064, kemungkinan badai besar sangat kecil.

  • Leonid terkenal sangat cepat dan terang

Meteor Leonid termasuk yang paling cepat sehingga sering menghasilkan jejak cahaya panjang dan mencolok. Hal itu pula yang membuatnya mudah dilihat pada langit gelap.

Dengan tahu kapan puncak hujan meteor Leonid 2025, kamu bisa siap-siap lebih awal dan menikmati momen langit yang jarang terjadi ini. Jadi, siap berburu meteor malam nanti?

FAQ seputar kapan puncak hujan meteor Leonid 2025

Kapan puncak hujan meteor Leonid 2025 terjadi?

Puncaknya terjadi pada 18 November 2025 sekitar pukul 01.00–02.00 WIB.

Apakah Leonid 2025 bisa dilihat dari seluruh Indonesia?

Ya, Leonid dapat dilihat dari seluruh Indonesia selama langit cerah dan minim polusi cahaya.

Jam berapa waktu terbaik untuk mulai mengamati?

Mulailah mengamati setelah tengah malam hingga menjelang fajar, sekitar pukul 01.00 WIB ke atas.

Apakah perlu teleskop atau alat khusus?

Tidak perlu. Leonid bisa dilihat dengan mata telanjang dari lokasi yang gelap.

Berapa banyak meteor yang bisa terlihat pada puncaknya?

Di lokasi gelap, kamu bisa melihat sekitar 15 meteor per jam, dan kadang lebih jika ada peningkatan aktivitas.

Referensi

"Leonid Meteor Shower 2025". In The Sky. Diakses November 2025.
"The Leonid Meteor Shower Peaks Tonight: Here's Where To Look For 'Shooting Stars'". SPACE. Diakses November 2025.
"The Leonid Meteor Shower Is Peaking Early This Week. Here’s What To Know". CNN. Diakses November 2025.
"The Leonid Meteor Shower 2025: How To Watch". The Planetary Society. Diakses November 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Lea Lyliana
EditorLea Lyliana
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Kalong India, Hewan dengan Peran Penting bagi Ekosistem

18 Nov 2025, 23:24 WIBScience