Apa Itu Microburst? Fenomena Alam yang Dampaknya Mirip Tornado

Bisa bikin rumah roboh

Sebuah video singkat baru-baru ini beredar dan meramaikan media sosial. Dalam klip tersebut, terlihat jelas bahwa air jatuh dengan volume besar yang hanya berpusat di satu titik. Narasi dari perekam juga menyebutkan bahwa peristiwa tersebut mirip seperti air terjun ngejlok dari langit alias jatuh dari langit.

BMKG menyebutkan bahwa peristiwa tersebut jamak disebut sebagai microburst. Warga pun diminta berhati-hati meski akhirnya terdapat informasi bahwa fenomena alam di Bekasi ini merupakan akibat dari talang air stadion yang rusak. Untuk mengulik lebih jauh apa itu microburst, simak ulasan berikut.

Apa itu Microburst?

Walaupun kenyataannya bukan, kamu perlu tahu apa itu peristiwa alam yang disebut microburst. Dilansir NOAA National Severe Storms Laboratory, microburst adalah downburst konsentrasi kecil yang menghasilkan ledakan angin kencang di dekat permukaan. 

Adapun prakirawan cuaca senior BMKG, Reifda Novikarany, menjelaskan bahwa downburst merupakan sistem angin kencang yang berembus secara vertikal dalam waktu singkat. Downburst umumnya muncul dari jenis awan cumolonimbus. 

Downburst dikatakan microburst apabila terjadi di kawasan seluas 4 kilometer atau lebih kecil. Selain itu, waktu terjadinya pun lebih singkat, biasanya 5-10 menit saja. Sementara, kecepatannya bisa mencapai 100 mph atau sekitar 161 km/jam.

Baik microburst atau jenis downburst yang lain, dapat menyebabkan kerusakan luas di permukaan. Pada wilayah lebih luas, efek yang ditimbulkan bisa serupa dengan tornado. Jika terjadi di kawasan permukiman, dapat membuat rumah dan bangunan roboh.

Baca Juga: Perhatikan, Ini 7 Persiapan untuk Menyelamatkan Diri dari Badai Petir

Penyebab microburst

Apa Itu Microburst? Fenomena Alam yang Dampaknya Mirip Tornadoilustrasi microburst (flickr.com/NOAA National Severe Storms Laboratory)

Dari sumber yang sama disebutkan bahwa ada beberapa penyebab munculnya microburst. Di antaranya, udara kering tingkat menengah, pendinginan di bawah dasar awan badai petir, sublimasi (terjadi ketika dasar awan berada di atas titik beku), dan adanya hujan atau hujan es dalam badai petir. 

Fenomena microburst masih dibagi menjadi dua jenis lain, melansir National Weather Service. Pertama, microburst basah yang disertai dengan hujan. Kedua, microburst kering yang terjadi selama musim panas atau di daerah dataran tinggi dengan sedikit atau tanpa curah hujan yang mencapai tanah. 

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan terjadi microburst hibrida yang merupakan gabungan dari kering dan basah. Seluruhnya bisa terjadi karena satu atau kombinasi beberapa penyebab. 

Memprediksi potensi microburst

Munculnya microburst biasanya dapat diprediksi sekitar 6-12 jam sebelum konveksi berkembang. Ada beberapa parameter atmosfer yang digunakan untuk menentukan potensi microburst, yakni air yang dapat diendapkan (PW) dan udara kering di tingkat menengah. Selain itu, bisa pula dari angin kencang di lapisan kering.

Saat menafsirkan data radar, prakirawan cuaca mencari udara yang berkumpul di tengah badai petir. Tanda-tanda ini juga disebut penutup radial ketinggian tengah (MARC).

Microburst bisa sangat sulit dideteksi karena terjadi dengan cepat. Biasanya ketika microburst mencapai tanah, tanda divergensi baru yang terlihat pada radar.

Microburst adalah fenomena alam dadakan yang terdengar asing. Mengingat dampaknya yang cukup besar dan bisa merusak, usahakan tetap waspada jika terdapat pemberitahuan peristiwa ini.

Baca Juga: Fenomena Geosfer: Pengertian dan Contohnya di Kehidupan

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya