Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Musim Hujan Datang Lebih Awal, Waspada Banjir Hingga Angin Kencang

Ilustrasi banjir. (unsplash.com/Misbahul Aulia)
Ilustrasi banjir. (unsplash.com/Misbahul Aulia)
Intinya sih...
  • Musim hujan 2025/2026 datang lebih awal dari biasanya, mulai Agustus 2025 dan akan meluas September-November 2025.
  • 193 ZOM (27,6%) berpotensi musim hujan atas normal, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku, dan Papua. 20 ZOM (2,9%) diprediksi musim hujan bawah normal.
  • Kesiapsiagaan ditingkatkan untuk menghadapi potensi ancaman hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin kencang. Penyesuaian kalender tanam pertanian dan langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan musim hujan 2025/2026 di Indonesia akan datang lebih awal dari biasanya.

Berdasarkan pemantauan iklim terkini, sebagian wilayah Indonesia mulai memasuki musim hujan sejak Agustus 2025, dan secara bertahap akan meluas ke sebagian besar wilayah pada periode September hingga November 2025. Hal ini sekaligus menegaskan kita untuk waspada terhadap potensi ancaman hidrometeorologi.

Tingkatkan kesiapsiagaan

Secara umum, sifat hujan pada musim hujan 2025/2026 diprediksikan berada pada kategori normal (69,5 persen), artinya curah hujan musiman tidak jauh berbeda dengan biasanya.

Namun, terdapat 193 ZOM (27,6 persen) yang berpotensi mengalami musim hujan dengan sifat atas normal, di antaranya sebagian besar Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, beberapa wilayah Sulawesi, serta Maluku dan Papua. Selain itu, terdapat pula 20 ZOM (2,9 persen) yang diprediksi mengalami musim hujan bawah normal.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa ada potensi ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat menyebabkan dampak seperti banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang tetap perlu diwaspadai, terutama pada wilayah dengan prediksi curah hujan atas normal.

Oleh karena itu, BMKG mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, sektor terkait, dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Penyesuaian kalender tanam pertanian, pengelolaan waduk dan irigasi, perbaikan drainase, pengendalian hama di perkebunan, hingga langkah mitigasi dampak ancaman bahaya hidrometeorologi harus dilakukan sejak dini agar dampak dapat ditekan.

Perencanaan dan pengambilan keputusan

ilustrasi hujan asam (pexels.com/Genaro Servín)
ilustrasi hujan (pexels.com/Genaro Servín)

Lebih lanjut, Dwikorita mengajak seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, daerah, maupun masyarakat luas, untuk memanfaatkan informasi cuaca dan iklim yang disediakan BMKG sebagai dasar dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Badan tersebut menekankan pentingnya langkah antisipasi di berbagai sektor dalam menghadapi musim hujan ini. Pada sektor pertanian, misalnya, penyesuaian jadwal tanam, penggunaan varietas tahan genangan, serta perbaikan irigasi dan drainase menjadi kunci agar produksi tidak terganggu. 

Sedangkan di sektor perkebunan, kelembaban tinggi perlu diantisipasi melalui pengendalian hama dan penyakit, pengelolaan drainase yang baik, serta penyesuaian pemupukan. Sementara pada sektor energi, pengelola waduk perlu mengoptimalkan pengisian sejak awal musim dan menyesuaikan operasi waduk dengan puncak hujan agar ketersediaan air dan energi tetap terjaga.

Selain itu, sektor kebencanaan dan kesehatan juga harus lebih waspada. Potensi banjir, longsor, dan genangan di wilayah berintensitas hujan tinggi dapat diminimalkan melalui edukasi masyarakat, pembersihan saluran air, dan kesiapan evakuasi. 

Pada periode transisi di NTB, NTT, Papua Selatan, dan sebagian Sumatera, risiko kebakaran hutan dan lahan tetap perlu diwaspadai. Dari sisi kesehatan, meningkatnya kelembaban udara diprakirakan memperbesar peluang penyebaran penyakit tropis seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), khususnya pada Desember 2025-Januari 2026, sehingga upaya pemberantasan sarang nyamuk, fogging fokus, serta edukasi masyarakat harus diperkuat.

“BMKG telah meningkatkan layanan informasi iklim dan cuaca melalui berbagai kanal, termasuk aplikasi mobile, media sosial, dan jaringan komunikasi langsung dengan pemerintah daerah. Kami berharap informasi ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk perencanaan, mitigasi, dan pengambilan keputusan yang tepat, sehingga dampak ancaman bahaya dapat diminimalkan,” pungkasnya

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

4 Fakta Taedonggang, Bir Paling Terkenal di Korea Utara

14 Sep 2025, 08:26 WIBScience