Para Ilmuwan Temukan Sumber Meteorit yang Kerap Hantam Bumi

- Setiap hari Bumi dihujani sekitar 44.000 kilogram meteor, sebagian besar terbakar di atmosfer
- Hanya 6 persen meteorit yang berhasil dilacak asal usulnya, mayoritas berasal dari Vesta, Bulan, dan Mars
- 70 persen meteorit yang jatuh ke Bumi berasal dari tiga keluarga asteroid: Karin, Koronis, dan Massalia
Penelitian baru telah mengungkap asal usul sebagian besar meteorit yang menghantam Bumi, menghubungkannya dengan tabrakan di masa lalu yang relatif baru, mengutip situs IFL Science.
Asal tahu saja, setiap hari Bumi dihujani sekitar 44.000 kilogram (48,5 ton) material meteor. Sebagian besar terbakar tanpa membahayakan di atmosfer, tetapi beberapa yang berhasil mencapai permukaan dapat dipelajari untuk melihat komposisinya.
Ini dapat memberi tahu kita apakah mereka berasal dari keluarga asteroid yang sama. Simak hasil penelitiannya.
Kategori meteorit
Hingga saat ini, baru sekitar 6 persen meteorit yang berhasil dilacak asal usulnya. Benda luar angkasa tersebut berasal dari Vesta (asteroid terbesar kedua di Tata Surya), Bulan dan Mars—akondrit.
Meteorit terbagi dalam dua kategori besar, yakni:
- Kondrit: Merupakan potongan-potongan yang hampir murni dari tata surya awal sebelum planet terbentuk.
- Akondrit: Berasal dari benda-benda angkasa yang telah terdiferensiasi; yaitu, planet atau asteroid dengan lapisan inti, mantel, dan kerak.
Kondrit, yang merupakan mayoritas meteorit yang tersisa, mungkin tidak terlihat semenarik akondrit, tetapi secara ilmiah sama menariknya. Sebuah tim internasional, yang dipimpin oleh French National Centre for Scientific Research (CNRS), European Southern Obeservatory (ESO), dan Universitas Charles, telah mempelajari kelas meteorit ini secara terperinci.
Asal-usulnya

Tim tersebut menemukan bahwa 70 persen dari semua meteor yang jatuh ke Bumi berasal dari tiga keluarga asteroid, yang dikenal sebagai Karin, Koronis, dan Massalia.
Keluarga meteorit yang lebih kecil ini kemungkinan besar terbentuk oleh tabrakan yang relatif baru—dalam istilah astronomi—yang terjadi sekitar 5,8 juta, 7,5 juta dan 40 juta tahun yang lalu.
"Perpecahan ini, termasuk keluarga Karin yang terkenal, terjadi pada keluarga Koronis dan Massalia yang menonjol namun tua, dan merupakan asal mula dominasi kondrit H dan L di antara jatuhnya meteorit," jelas tim lain dalam makalah mereka.
Keluarga-keluarga muda ini dibedakan di antara semua asteroid sabuk utama karena memiliki kelimpahan fragmen-fragmen kecil yang sangat tinggi.
Distribusi ukuran-frekuensi mereka tetap curam selama beberapa puluh juta tahun, yang untuk sementara waktu melampaui produksi fragmen-fragmen berukuran meteran oleh keluarga-keluarga asteroid tua terbesar (misalnya, Flora dan Vesta).
Menciptakan zaman es
Sisi menariknya adalah keluarga asteroid Massalia, menyumbang lebih dari 20 persen jatuhnya meteorit saat ini.
Studi tentang mikrometeorit di batu kapur pertengahan Ordovisium dan kawah tumbukan di Bumi menunjukkan bahwa planet kita menyaksikan jatuhnya material kondrit L biasa secara besar-besaran sekitar 466 juta tahun yang lalu, yang menjadi asal mula zaman es Ordovisium dan perubahan besar dalam keanekaragaman hayati.
Pecahnya asteroid besar di sabuk utama kemungkinan merupakan penyebab jatuhnya material ini secara besar-besaran.
Mengetahui potensi tabrakan

Objek dekat bumi (NEO) yang lebih besar dan lebih menakutkan ditemukan berasal dari tempat lain.
"Untuk NEO berukuran kilometer, model kami menunjukkan bahwa sebagian besar berasal dari dua famili, Polana dan Euphrosyne. Di sisi lain, aliran kondrit karbon berukuran meter didominasi oleh satu famili, Veritas," kata yang lainnya.
Mempelajari keluarga-keluarga asteroid ini akan membantu kita mengetahui kemungkinan Bumi dibombardir oleh mereka. Tabrakan-tabrakan asteroid besar yang terjadi baru-baru ini, dapat menimbulkan ancaman yang lebih besar, memicu banyak tabrakan dan kekacauan yang dapat menyebabkan pecahan-pecahan terlepas dari sabuk asteroid, menempatkannya pada jalur tabrakan dengan Bumi.
Peningkatan dari 7 persen meteorit yang berhasil dilacak asal-usulnya, menjadi 90 persen merupakan lompatan maju yang mengesankan, di mana 10 persen masih belum teridentifikasi. Tim berencana untuk melanjutkan pekerjaan mereka, dengan fokus pada keluarga asteroid muda yang terbentuk kurang dari 50 juta tahun lalu.