Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pigmen Warna Langka, dari Cangkang Siput hingga Lapis Lazuli!

ilustrasi warna (pxhere.com)

Warna adalah salah satu elemen penting dalam seni. Warna bisa mengekspresikan suasana, emosi, dan pesan yang ingin disampaikan oleh seniman. Namun, warna tidak selalu mudah didapatkan. Di masa lalu, banyak bahan aneh yang sempat dijadikan pigmen untuk pewarna. Beberapa di antaranya bahkan berbahaya, mahal, atau sulit diproduksi. Berikut ini adalah lima bahan langka yang pernah digunakan sebagai pigmen di zaman dulu.

1. Ultramarin

Pigmen ultramarin (commons.wikimedia.org)

Ultramarin adalah pigmen warna biru yang sangat dalam dan awalnya dibuat dengan menggiling batu semi permata lapis lazuli menjadi bubuk. Proses penggilingan dan pencucian yang panjang membuat pigmen alami ini sangat berharga—sekitar sepuluh kali lebih mahal daripada batu asalnya dan seharga emas. Melansir Oxford Reference, nama ultramarin berasal dari bahasa latin ultramarinus, yang berarti "di luar laut". Karena pigmen ini diimpor oleh pedagang Italia selama abad ke-14 dan ke-15 dari tambang di Afghanistan.

Ultramarin adalah pigmen biru terbaik dan termahal yang digunakan oleh pelukis Renaissance. Sering digunakan untuk jubah Bunda Maria dan melambangkan kesucian dan kerendahan hati. Ultramarin tetap menjadi pigmen yang sangat mahal sampai ultramarin sintetis ditemukan pada tahun 1826.

Ultramarin alami memiliki keunggulan yaitu warnanya semakin cerah dan indah ketika terkena sinar matahari dan udara. Namun, warna ini juga memiliki kelemahan yaitu sulit dicampur dengan warna lain dan mudah berubah warna jika terkena asam atau basa. Oleh karena itu, ultramarin alami jarang digunakan dalam jumlah besar, kecuali oleh seniman yang sangat kaya atau didukung oleh patron besar

2. Ungu tirus

Ungu tirus (needpix.com/Alex Borland)

Ungu tirus adalah warna ungu yang sangat prestisius dan elegan. Warna ini dianggap sebagai warna kerajaan, karena hanya digunakan oleh orang-orang kelas atas, seperti kaisar Romawi, dan raja-raja Eropa. Melansir situs umich.edu, warna ini sangat sulit dan mahal untuk diproduksi, karena dibuat dari menghancurkan puluhan ribu siput laut. Proses pembuatan warna ini sangat melelahkan dan berbau tidak sedap, karena melibatkan lendir yang dikeluarkan oleh siput.

Dilansir BBC Future, ungu tirus juga memiliki keunggulan yaitu warnanya semakin cantik dan terang ketika terkena sinar matahari dan udara. Namun, warna ini juga memiliki kelemahan yaitu sangat langka dan mahal, sehingga hanya bisa dinikmati oleh orang-orang yang sangat kaya dan berkuasa. Warna ini akhirnya menghilang setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, dan metode pembuatannya pun hilang. Baru pada abad ke-19, seorang kimiawan Inggris menemukan cara untuk membuat warna serupa tanpa menggunakan siput, yang disebut sebagai mawar.

3. Quercitron

Warna quercitron terletak di daun bagian tengah (commons.wikimedia.org/Jean-Pol GRANDMONT)

Melansir laman Rarest.org, quercitron adalah warna kuning alami yang sudah lama dilupakan. Warna ini dibuat dari kulit pohon Eastern Black Oak atau buah Persian berries yang dihancurkan. Warna yang dihasilkan adalah kuning kehijauan. Secara historis, quercitron digunakan sebagai pigmen seni. Warna ini juga digunakan sebagai pewarna kain, terutama oleh orang-orang Amerika yang menggunakannya untuk membuat bendera dan seragam militer.

Quercitron memiliki keunggulan yaitu warnanya tahan lama dan tidak mudah pudar. Namun, warna ini juga memiliki kelemahan yaitu tidak terlalu populer dan kurang cerah dibandingkan warna kuning lainnya. Warna ini akhirnya tergantikan oleh warna kuning sintetis yang lebih murah dan mudah didapatkan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa pewarna alami seperti quercitron tidak sepenuhnya hilang setelah penemuan pewarna sintetis pada tahun 1856.

4. Timbal putih

ilustrasi timbal putih (commons.wikimedia.org/Alina Zienowicz)

Timbal putih adalah pigmen dasar karbonat timbal PbCO3. Pigmen ini digunakan sebagai bahan untuk cat timbal dan kosmetik yang disebut Venetian ceruse, karena opasitasnya dan campuran halus yang dibuat dengan minyak yang dapat dikeringkan. Namun, pigmen ini cenderung menyebabkan keracunan timbal, dan penggunaannya telah dilarang di sebagian besar negara.

Timbal putih memiliki keunggulan yaitu warnanya sangat terang dan permanen. Tetapi, warna ini juga memiliki kelemahan yaitu sangat berbahaya bagi kesehatan. Menurut WHO, warna ini bisa menyebabkan keracunan timbal, dan pada tingkat paparan tinggi, otak dan sistem saraf pusat dapat rusak parah, menyebabkan koma, kejang, dan bahkan kematian.

Timbal putih akhirnya digantikan oleh titanium putih, yang lebih aman. Titanium putih dibuat dari titanium dioksida, yang memberinya opasitas tinggi. Titanium putih memiliki warna yang lebih dingin daripada timbal putih dan juga mengering lebih lambat. Meskipun titanium putih tidak sekuat timbal putih, penggunaannya lebih aman dan tidak beracun.

5. Lapis lazuli

Lapis lazuli (commons.wikimedia.org/Chemical Elements)

Lapis lazuli adalah warna biru yang sangat mahal dan langka, bahkan lebih dari ultramarin. Warna ini dibuat dari menggiling batu semi-permata lapis lazuli, yang sama dengan bahan ultramarin, tetapi dengan kualitas yang lebih tinggi. Melansir laman artsy.net, warna ini pertama kali digunakan sekitar abad ke-5 di Afghanistan, tetapi menjadi sangat populer karena patron seni besar yang ingin warna biru yang menakjubkan pada jubah Maria dan Yesus dalam lukisan religius,

Lapis lazuli memiliki keunggulan, yaitu warnanya sangat indah dan mewah. Namun, warna ini juga memiliki kelemahan yaitu sangat mahal dan langka, bahkan lebih dari emas. Dilansir Britannica, warna ini hanya bisa didapatkan dari beberapa tempat di dunia, seperti Afghanistan, dan Chile. Warna ini akhirnya digantikan oleh ultramarin sintetis, yang lebih murah dan mudah didapatkan.

Dari lima bahan aneh yang pernah digunakan sebagai pigmen untuk pewarna di zaman dulu, kita bisa belajar banyak hal tentang sejarah dan seni manusia. Kita bisa mengagumi keindahan dan kemewahan warna-warna tersebut, tetapi juga menyadari risiko dan tantangan yang dihadapi oleh orang-orang yang menggunakannya. Kita juga bisa bersyukur dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan kita untuk mendapatkan warna-warna yang lebih aman, murah, dan beragam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us