Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Selain Donald Trump, Ini 5 Presiden AS tanpa Riwayat Karier Politik

foto Dwight D. Eisenhower saat kampanye Pilpres tahun 1952 (commons.m.wikimedia.org/Los Angeles Daily News)

Ketika Donald Trump memenangkan Pemilu Presiden di tahun 2016, kehebohan terjadi di antara publik Amerika Serikat. Berbeda dengan rivalnya, Hillary Clinton yang pernah menjabat Sekretaris Negara di masa pemerintahan Barrack Obama, Donald Trump lebih dikenal sebagai seorang pengusaha dan praktisi media. 

Di antara 45 tokoh yang pernah menjabat sebagai Presiden AS, mayoritas memiliki riwayat karier politik seperti pernah menjadi senator, gubernur negara bagian, anggota House of Representative, maupun wakil presiden sebelumnya. Begitu pula dengan lima presiden pertama yang pernah menduduki posisi Continental Congress selama periode awal kemerdekaan Amerika Serikat, dikutip dari Thoughtco.

Meski Trump adalah satu-satunya presiden tanpa riwayat karier politik di era modern Amerika Serikat, sejarah mencatat bahwa Negeri Paman Sam pernah beberapa kali dipimpin oleh presiden dari kalangan non-politisi. Kelima presiden ini sebelumnya berasal dari kalangan militer, hakim, hingga teknokrat.

1. Zachary Taylor

Zachary Taylor (commons.m.wikimedia.org/Samuele Wikipediano 1348)

Zachary Taylor merupakan Presiden Amerika Serikat ke-12. Taylor, yang lahir di tahun 1784, menghabiskan masa kecilnya di kompleks perkebunan tembakau yang ada di Kentucky.

Walau telah mengenal dunia perkebunan sejak kecil, Taylor lebih tertarik untuk mengikuti jejak ayahnya yang bekerja di bidang militer. Zachary Taylor dikenal atas jasanya sebagai jenderal pemimpin pasukan selama periode Perang Meksiko-Amerika. 

Kesuksesannya di Perang Meksiko-Amerika melambungkan namanya sebagai tokoh nasional. Pada Pemilu Presiden 1848, Taylor diusung oleh Partai Whig dan memenangkan pemilu setelah mengalahkan dua kandidat lainnya dari Partai Demokrat dan Partai Free-Soil.

Masa pemerintahan Zachary Taylor dilingkupi dengan masalah perbudakan di New Mexico dan California yang tak kunjung selesai, serta ketidakmampuannya untuk menghadapi perbedaan kepentingan politik antara anggota Kongres. Taylor hanya menjabat sebagai presiden selama 16 bulan akibat penyakit gastroenteritis yang merenggut nyawanya pada tahun 1850, dikutip dari American Battlefield Trust.

2. Ulysses S. Grant

Ulysses S. Grant (pxhere.com)

Ulysses S. Grant merupakan Presiden Amerika Serikat ke-18 sekaligus menjadi saksi berakhirnya Perang Sipil Amerika. Grant lahir di Ohio pada tahun 1822 dan dibesarkan di keluarga pengrajin kulit hewan.

Dikutip dari Britannica, Grant lebih tertarik bekerja di lahan pertanian milik ayahnya dibandingkan mendalami bisnis kerajinan kulit hewan. Akan tetapi, ayahnya memilih untuk mendaftarkan Grant ke United States Military Academy yang ada di New York.

Grant pernah menjadi bagian dari pasukan Jendral Zachary Taylor dan dikenal akan keberaniannya saat berperang. Setelah Perang Meksiko-Amerika berakhir, Grant mulai bosan dengan pekerjaannya dan terjerumus menjadi alcoholic. Pada tahun 1854, Grant memutuskan untuk resign dari US Army.

Meski sempat menjadi petani dan staf administrasi di toko ayahnya, karier militer hanya hilang sebentar dari kehidupan Grant. Ketika terjadi Perang Sipil, Grant secara sukarela mendaftar sebagai pasukan Union Army dan tidak butuh lama baginya untuk meraih pangkat Brigadir Jenderal, dikutip dari American Battlefield Trust.

Atas jasanya selama Perang Sipil, Presiden Abraham Lincoln menaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal dan menyebutnya sebagai General in Chief. Pada Pemilu Presiden 1868, Ulysses S. Grant mengalahkan petahana Presiden Andrew Johnson.

Dikutip dari The White House Historical Association, walaupun pemerintahannya tak terlepas dari skandal korupsi, Grant tetap dikenang sebagai Presiden Amerika Serikat yang melindungi kaum Afro-Amerika dari kekerasan serta berperan besar dalam pembentukan Department of Justice. Grant menghembuskan nafas terakhirnya di tahun 1885 setelah berjuang melawan kanker tenggorokan.

3. William Howard Taft

William Howard Taft (picryl.com/Library of Congress)

William Howard Taft pernah menjabat dua jabatan kenegaraan yaitu sebagai Presiden Amerika Serikat ke-27 dan Chief Justice ke-10. Lahir di tahun 1857, beliau adalah anak dari Alphonso Taft yang pernah menjabat Secretary of War dan Attorney General di masa pemerintahan Presiden Ulysses S.Grant.

Sama seperti ayahnya, Taft menunjukkan minatnya di bidang hukum. Di usianya yang baru 34 tahun, Taft sudah menjadi hakim federal dan kerap memutuskan perkara mengenai organisasi buruh, dikutip dari Britannica.

Babak baru kehidupan Taft dimulai ketika di tahun 1900, dirinya ditunjuk oleh Presiden William McKinley sebagai Chief Civil Administrator di Filipina. Selama ditugaskan, Taft berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat Filipina dengan membangkitkan perekonomian dan infrastruktur setempat.

Pada Pemilu 1908, Taft didaftarkan menjadi calon presiden dari Partai Republik setelah ditunjuk oleh Presiden Roosevelt. Menariknya, Taft sebenarnya tidak berminat menjadi presiden dan hanya menunjukkan loyalitasnya pada Presiden Roosevelt yang pernah mengangkatnya sebagai Secretary of War.

Meski pemerintahannya banyak mendapat pertentangan politik dari Partai Progresif, Taft dikenal sebagai presiden yang mengesahkan postal saving system. Postal saving system atau sistem tabungan pos memungkinkan masyarakat dari kalangan pra-sejahtera untuk bisa menabung tanpa melalui bank melainkan kantor pos. 

Selepas pensiun dari jabatan presiden, Taft sempat menjadi guru besar hukum di Yale University. Pada tahun 1921, Presiden Harding menunjuknya sebagai Chief Justice of United States ke-10 dan sekaligus menjadi jabatan terakhirnya sebelum meninggal di tahun 1930, dikutip dari laman The White House.

4. Herbert Hoover

Herbert Hoover (picryl.com/Library of Congress)

Herbert Hoover adalah Presiden Amerika Serikat ke-31 sekaligus salah satu presiden dengan masa kecil yang penuh perjuangan. Di usia kanak-kanak, Hoover dan kedua saudaranya harus kehilangan kedua orangtuanya yang meninggal karena sakit.

Bersama kedua saudaranya, Hoover kecil kemudian diasuh oleh paman dan bibi dari pihak ibunya. Karena melalui masa kecil yang sulit, rasa kepedulian terhadap orang-orang yang membutuhkan selalu tertanam dalam diri Hoover.

Setelah menyelesaikan studi geologi di Stanford University, Hoover bekerja sebagai insinyur pertambangan selama lebih dari 20 tahun. Meski telah menjadi milyarder, Hoover tidak meninggalkan jiwa kemanusiaannya.

Selama Perang Dunia I, Hoover terlibat dalam organisasi kemanusiaan untuk membantu warga Amerika Serikat yang terjebak peperangan di Eropa. Hoover juga pernah membantu penyediaan makanan bagi 9 juta penduduk Belgia di tengah serangan tentara Nazi Jerman. 

Melihat apa yang telah dilakukan Hoover, Presiden Woodrow Wilson menunjuknya sebagai food administrator selama masa Perang Dunia I. Tak butuh waktu lama baginya untuk menempati posisi kepala American Relief Administration dan terlibat dalam pengiriman bantuan makanan bagi wilayah-wilayah di Eropa yang terkena wabah kelaparan akibat perang.

Pada tahun 1928, Hoover terpilih sebagai presiden dari Partai Republik. Hoover melalui masa jabatan yang tidaklah mudah karena setahun kemudian terjadi peristiwa stock market crash 1929.

Kebijakan Hoover yang tidak memberikan bantuan sosial kepada orang-orang yang terdampak PHK, dianggap sebagai kegagalan pemerintahannya. Alih-alih memberi bantuan sosial yang berpotensi mengancam kestabilan keuangan negara, Hoover memilih untuk mendirikan Reconstruction Finance Corporation atau lembaga bantuan keuangan bagi bank dan industri, dikutip dari Britannica.

Ketika masa jabatan Hoover selesai di tahun 1932, Amerika Serikat masih dilanda Great Depression. Meski Hoover dikenal sebagai presiden pertama yang memperhatikan hak pendidikan dan kesehatan suku Indian, kegagalannya dalam menyelamatkan Amerika Serikat dari Great Depression juga tidak mudah dilupakan oleh publik.

5. Dwight D. Eisenhower

Dwight D. Eisenhower (picryl.com/US National Archives and Records Administration)

Dwight D. Eisenhower menjadi Presiden Amerika Serikat ke-34 ketika Perang Dingin tengah berlangsung. Eisenhower berasal dari keluarga pra-sejatera dan melalui masa kecilnya di Kansas.

Karena hidup serba kekurangan, Eisenhower harus membagi waktu antara sekolah dan bekerja di industri pembuatan mentega. Setelah lulus high school, Eisenhower sempat bekerja selama setahun sebelum mendaftarkan diri ke US Military Academy di New York.

Eisenhower melalui karier militernya dengan sangat baik. Ia pernah ditunjuk sebagai kepala pusat pelatihan tank selama Perang Dunia I, lulus dari Army War College, dan membantu persiapan tentara persemakmuran Amerika Serikat di Filipina. 

Puncak karier militer Eisenhower terjadi di Perang Dunia II saat dirinya yang telah berpangkat Mayor Jenderal ditugaskan sebagai komandan tentara AS di Eropa. Tak berhenti sampai situ, di tahun 1943, Eisenhower dipercaya sebagai komandan utama pasukan Sekutu. 

Pada tahun 1953, Eisenhower mulai mengemban jabatan Presiden Amerika Serikat setelah pensiun dari karier militernya selama 37 tahun. Dikutip dari Britannica, selama masa pemerintahannya, Eisenhower beberapa kali mengeluarkan kebijakan yang dipandang pro-rakyat seperti kenaikan upah per jam, perbaikan sistem jaminan sosial, termasuk pendirian Department of Health, Education and Welfare.

Karena memerintah di era Perang Dingin, Eisenhower memainkan peran dalam membendung pergerakan ideologi komunisme, termasuk dengan keterlibatan Amerika Serikat di Perang Vietnam dan pemutusan hubungan diplomatik dengan Kuba. Pembentukan NASA di tahun 1958 juga tak lepas dari ambisi Eisenhower untuk mengalahkan Uni Soviet dalam misi penjelajahan luar angkasa.

Ketika menjabat sebagai Presiden AS, kelima tokoh tersebut memiliki gaya pemerintahan yang cukup dipengaruhi oleh latar belakang profesi sebelumnya. Berbekal pengalaman berharga di karier non-politik, mereka telah memimpin Amerika Serikat menghadapi tantangan di setiap jamannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hella Pristiwa
EditorHella Pristiwa
Follow Us