11 Sejarah Museum Louvre, Menjadi Bagian Penting Prancis

- Museum Louvre merupakan bangunan bersejarah di Paris yang awalnya berfungsi sebagai benteng pertahanan pada abad ke-12 sebelum diubah menjadi istana kerajaan. Museum ini lalu menjadi museum seni terkenal dunia.
- Selama berabad-abad, Louvre mengalami berbagai peristiwa penting, mulai dari revolusi, pendudukan Nazi, hingga aksi pencurian besar.
- Kini, Louvre menjadi simbol sejarah, seni, dan budaya Prancis yang menarik jutaan pengunjung setiap tahun.
Museum Louvre di Paris adalah museum seni yang dikunjungi banyak orang di dunia. Masuk akal, sih, karena museum itu terletak di Paris. Siapa coba yang tidak mau ke Paris? Selain itu, Museum Louvre juga diisi beberapa karya seni paling luar biasa yang pernah dibuat umat manusia, di antaranya Mona Lisa karya Da Vinci, Venus de Milo, hingga dan Dying Slave karya Michelangelo.
Awalnya, Museum Louvre adalah benteng abad ke-12 yang dibangun oleh Raja Pertama Prancis, Philippe Augustus. Struktur modernnya dibuat pada abad ke-16 oleh Raja Francis I untuk memudahkannya mengontrol kota. Dia merobohkan sebagian besar benteng aslinya dan membangun Istana Louvre untuk dirinya sendiri pada tahun 1546. Sejak itu, Louvre menjadi tempat tinggal (dan penjara) bagi raja-raja, lalu berakhir menjadi museum. Berikut beberapa hal unik yang terjadi di museum legendaris ini.
1. Istana Louvre pernah menjadi tempat penginapan bagi para seniman

Setelah awalnya sebagai benteng, struktur di tepi Sungai Seine di Paris dirobohkan dan dibangun kembali menjadi istana mewah oleh Raja Francis I pada tahun 1546. Ketika Henry IV naik takhta pada tahun 1589, Paris berada di ambang kekacauan. Setelah beberapa dekade terlibat perang agama, Henry masuk Katolik untuk mengklaim takhta dan mengakhiri konflik serta bertekad membawa Paris ke kejayaan lamanya.
Seperti yang dilaporkan oleh Art & Object, salah satu langkah Henry ialah menarik seniman ke Paris dengan menawarkan penginapan gratis di Louvre yang dimulai pada 1608. Hal ini cukup sukses sehingga cucu Henry Louis XIV, yang dikenal sebagai Raja Matahari, melanjutkan misinya. Pada 1682, Louis memindahkan istana ke istana baru di Versailles. Sebagai catatan Live Science, dia mengundang berbagai akademi seni untuk dipindahkan ke Louvre.
2. Istana Louvre ditinggalkan selama lebih dari 1 abad

Louvre menjadi rumah Raja Prancis selama lebih dari 1 abad. Namun, pada akhir 1600-an, Raja Louis XIV mulai menetap di Versailles. Dia memperluas istana sederhana itu menjadi Istana Versailles yang spektakuler yang kita kenal sekarang. Seperti yang dicatat oleh History.com, ia memindahkan pemerintahan Prancis dan istananya ke sana pada tahun 1682.
Louvre pun ditinggalkan dan dibiarkan kosong. Louvre juga ditinggalkan tanpa atap saat Louis XIV memerintahkan pekerja untuk menghentikan perbaikan konstruksi tersebut. Seperti yang dilaporkan Condé Nast Traveler, Istana Louvre mengalami kerusakan yang parah. Tidak lama kemudian, para tunawisma mulai menempati Louvre, hidup dalam kemelaratan saat istana itu runtuh di sekitar mereka. Louvre pun tetap ditinggalkan dan hancur selama lebih dari 1 abad ketika raja-raja Prancis mengendalikan pemerintahan di Istana Versailles hingga Revolusi Prancis.
3. Louvre menjadi penjara kerajaan

Raja Louis XVI pindah kembali ke Louvre pada tahun 1791, tetapi ia ditahan. Nah, itu karena adanya Revolusi Prancis. Setelah bertahun-tahun selalu salah mengurus keuangan dan menciptakan konflik dengan rakyatnya sendiri, raja dan istrinya, Marie Antoinette, harus kehilangan kekuasaan. Sebagai catatan History.com, pada 1789 sekelompok massa tiba di Versailles, lalu memaksa raja dan keluarganya untuk kembali ke Paris. Mereka akhirnya dipindahkan ke Istana Tuileries dan ditahan di sana sebagai tahanan rumah.
Mereka pun mencoba melarikan diri. Namun, seperti yang dilaporkan BBC, mereka ditangkap kembali oleh pemerintah revolusioner, dan dikembalikan ke Louvre. Mereka ditahan dan dijaga ketat di Istana Tuileries (pada waktu itu bagian dari kompleks Louvre) selama lebih dari setahun. Pemerintah revolusioner awalnya ragu-ragu untuk menahan seorang raja. Namun, ketika mengetahui bahwa Louis mendapat bantuan dari Austria untuk mendapatkan kembali kekuasaannya, dia pun harus diadili karena pengkhianatan, dinyatakan bersalah, dan dipenggal pada Januari 1793.
4. Napoleon Bonaparte mengubah nama Louvre menjadi Musee Napoleon

Napoleon Bonaparte dikenang karena banyak hal. Pria yang memproklamasikan dirinya sebagai kaisar, setelah Grande Armée (angkatan darat Napoleon) menaklukkan sebagian besar Eropa, menginginkan Museum Louvre dinamai seperti namanya. Dia menunjuk Dominique Vivant Denon sebagai direktur Louvre dan Denon segera mengganti nama museum menjadi Musée Napoleon.
Napoleon menghubungkan dirinya dengan sejarah untuk melegitimasi kediktatoran militernya. Dia menyatakan dirinya sebagai konsul pertama dengan menghubungkannya dengan Republik Romawi kuno. Saat menjadi kaisar, dia memaksa paus untuk ke Paris dan melakukan penobatan kepadanya. Itu karena paus telah menobatkan Kaisar Romawi Suci Charlemagne pada tahun 800. Tidak mengherankan, dia memilih untuk tinggal di istana kuno Raja Prancis, Louvre.
Seperti yang dilaporkan History.com, saat berada di Louvre ia memindahkan Mona Lisa dan menggantungkannya di kamar tidur pribadinya. Lukisan itu masih ada sampai kejatuhan Napoleon pada tahun 1814. Lukisan itu juga menjadi saksi penobatannya sebagai raja.
5. Batu Rosetta yang pernah menjadi bagian di Museum Louvre

Museum Louvre memamerkan beberapa karya seni paling terkenal yang pernah dibuat. Adapun, banyak dari karya seni itu merupakan hasil penjarahan tentara Prancis sepanjang sejarahnya, terutama pada masa pemerintahan Napoleon. Seperti yang dicatat History.com, Grande Armée Napoleon menambahkan ribuan karya seni yang tak ternilai ke pameran museum. Adapun, sekitar 5 ribu di antaranya dikembalikan ketika Napoleon jatuh dari kekuasaan.
Satu bagian sejarah yang sangat penting dan menjadi bagian dari warisan Louvre adalah Batu Rosetta. Dilansir Linda Hall Library, batu itu ditemukan di Mesir oleh pasukan Napoleon pada tahun 1799. Pada saat itu, bahasa hieroglif Mesir Kuno di batu tersebut masih menjadi misteri. Adapun, pengulangan batu tersebut pada dekret pendeta dalam tiga bahasa merupakan terobosan yang memungkinkan peneliti untuk memahami hieroglif.
Ketika Prancis dikalahkan oleh Inggris pada tahun 1801, perjanjian tersebut menetapkan bahwa semua jarahan yang diperoleh tentara Prancis di Mesir harus diserahkan kepada Inggris, mencakup Batu Rosetta. Orang Prancis mencoba menipu dengan memindahkan batu dari Kairo ke Alexandria selagi mereka mengajukan berbagai argumen. Namun, Inggris bersikap tegas. Batu itu akhirnya diserahkan dan dibawa ke London dan dipajang di British Museum.
6. Staf Louvre mencoba menyembunyikan karya seni hasil penjarahan

Beberapa tentara seperti Grande Armée milik Napoleon pernah menjarah ribuan keping koleksi dari berbagai negara ke Museum Louvre selama 16 tahun pemerintahannya di Prancis. Napoleon berniat untuk mengisi Museum Louvre—dan Kota Paris—dengan seni luar biasa. Ini sebagai simbol kekuatan dan kesuksesan militernya.
Ketika Napoleon dikalahkan dalam Pertempuran Waterloo, negara-negara yang pernah dijarah olehnya menuntut pengembalian karya seni mereka. Administrator Louvre pun berusaha menyembunyikan sebanyak mungkin karya seni hasil jarahan. Seperti yang ditulis sejarawan Edward Porter Alexander, direktur Louvre, Dominique Vivant Denon, mengklaim bahwa dia tidak mengingat di mana karya seni yang disembunyikan. Beberapa yang lain menyembunyikan karya seni dalam koleksi pribadi mereka. Pada akhirnya, Louvre terpaksa mengembalikan ribuan karya seni ke negara asalnya masing-masing.
7. Revolusi berbeda menyulut kemarahan dan massa membakar bagian dari Louvre

Louvre menjadi bagian sejarah Prancis. Menurut Abandoned Spaces, pada 23 Mei 1871 sebanyak 12 pria berbaris di Istana Tuileries, yang merupakan bagian dari kompleks bangunan Louvre. Mereka lalu membakarnya dengan menggunakan tar dan minyak. Kobaran api menyala selama 2 hari berturut-turut dan mengubah istana yang indah menjadi reruntuhan yang terbakar habis.
Bangunan hangus itu dibiarkan membusuk selama 11 tahun, hampir sebagai pengingat monarki yang akhirnya diusir Prancis. Pada akhirnya, ada keputusan untuk menghancurkan reruntuhan pada tahun 1882. Pada September 1883, sisa-sisa bangunan itu akhirnya dihancurkan. Adapun, yang tersisa hanyalah kebun dan beberapa bagian yang diselamatkan dari kobaran api di Louvre.
8. Makam di Museum Louvre

Pada tahun 1899, makam Philippe Pot dipindahkan ke Museum Louvre. Pot adalah tokoh besar di Burgundy pada abad ke-15. Seperti yang dijelaskan oleh Joy of Museums, makam itu disertai patung Pot yang tergeletak di atas lempengan batu dan mengenakan baju besi kesatria terbaiknya. Lempengan itu dibawa oleh delapan patung manusia yang mengenakan jubah hitam. Hal ini cukup populer di Burgundy pada abad ke-15. Makam itu mungkin dicuri selama Revolusi Prancis atau pemerintah revolusioner yang baru. Mereka menyitanya sebagai milik negara lalu menjualnya, yang akhirnya disumbangkan ke Louvre.
Makam itu bukan satu-satunya makam di museum. Ada kapel makam Akhethotep dan fragmen dari makam Philippe Chabot serta Pangeran Brion. Ada juga patung dari makam Jeanne de Bourbon-Vendome, yang digambarkan dengan serangga dan cacing yang keluar dari tubuhnya.
9. Nazi menggunakan Louvre sebagai gudang barang curian

Selama Perang Dunia II, Jerman berhasil menaklukkan Prancis dengan sangat cepat. Setelah itu, negara tersebut berada di bawah pendudukan Jerman sepanjang sisa perang. Pemerintahan boneka pun dibentuk untuk memberi kesan seolah-olah Prancis masih memiliki kedaulatan.
Namun, seperti yang dilaporkan The Guardian, ketika invasi Jerman semakin dekat, Prancis membersihkan Louvre dan menyembunyikan koleksi seni yang tak ternilai. Pada 25 Agustus 1939, Louvre ditutup selama 3 hari untuk perbaikan, alih-alih melakukan perbaikan. Ratusan staf dan sukarelawan bekerja sepanjang waktu untuk mengemas hampir semua karya seni dan patung penting di museum. Barang-barang tersebut dimuat ke dalam lebih dari 200 armada dan dibawa ke kastel-kastel terpencil di seluruh negeri untuk disembunyikan.
Aksi itu berhasil. Ketika Nazi melenggang ke Louvre, sudah tidak ada yang tersisa. Namun, Nazi memerintahkan museum untuk tetap dibuka. Dilansir History.com, mereka menggunakan sebagian besar ruangan museum yang kosong untuk menyimpan karya seni yang dicuri dari keluarga kaya Prancis, terutama keluarga Yahudi.
Selama beberapa tahun, Louvre menjadi gudang tempat barang-barang curian, yang sebagian besar dibawa ke rumah elite Nazi di Jerman. Untungnya, seorang mata-mata berhasil melacak apa yang dibawa Nazi. Banyak karya seni yang akhirnya dikembalikan ke pemilik yang sah.
10. Pencurian paling menghebohkan dalam sejarah yang terjadi di Museum Louvre

Mona Lisa pernah dicuri dari Louvre pada 1911. Seperti yang dilansir History.com, Vincenzo Peruggia, mantan karyawan di museum, berpura-pura berjaga dan mengenakan seragam staf museum. Lalu, ia mengambil lukisan Mona Lisa yang tergantung di dinding. Dia melepaskan lukisan dari bingkai kaca dan membungkus ulang. Ketika mencoba keluar dari tangga, dia kesulitan membuka pintu. Namun, seorang pekerja museum datang dan membantunya keluar karena mengira bahwa dia rekan kerja.
Tidak ada yang tahu bahwa Mona Lisa hilang selama lebih dari sehari. Selama 2 tahun, investigasi tidak menghasilkan petunjuk apa pun, padahal Peruggia masih menyimpan lukisan itu di apartemennya. Dia akhirnya ditangkap ketika mencoba untuk menjual Mona Lisa pada 1913. Peruggia dihukum karena aksi pencurian dan hanya menjalani 7 bulan penjara karena dia dipandang sebagai pahlawan di negara Italia, tempat asalnya.
11. Para arkeolog marah karena Museum Louvre dibuka secara gratis

Dilansir The Art Newspaper pada 2020, Museum Louvre memiliki anggaran tahunannya sebesar 250 juta euro (4,8 triliun). Adapun, 150 juta euro (Rp2,9 triliun) dihasilkan dari penjualan tiket dan sumber pendapatan lainnya. Sisanya berasal dari pendanaan pemerintah Prancis untuk mendukung operasional museum. Biaya tiket masuk museum sekitar 15 euro atau 17 euro jika membelinya secara daring, setara dengan 256 ribu sampai 290 ribu rupiah.
Uniknya, pada 2015, ada penawaran bagus: Museum Louvre dibuka secara gratis. Dilansir The Local, ada sekitar 100 arkeolog yang marah. Mereka menyerbu museum dan memblokir loket tiket dengan memberi tahu semua orang yang memasuki museum bahwa tidak ada tiket gratis hari itu.
Ini semua dilakukan untuk memprotes meningkatnya kepentingan perusahaan swasta nirlaba di bidang arkeologi, khususnya proyek yang dirancang untuk melestarikan artefak kuno yang ditemukan di lokasi konstruksi. Para ilmuwan khawatir bahwa kepentingan perusahaan akan merusak lapangan. Menurut Hyperallergic, museum awalnya mencoba menutup pintu masuk, tetapi akhirnya malah membiarkan semua orang masuk secara gratis sampai protes berakhir sekitar 5 jam kemudian.
Setiap bangunan yang berdiri selama lebih dari 4 abad pasti memiliki beberapa kisah sejarah untuk diceritakan. Museum Louvre jadi salah satu yang menarik untuk terus dibahas. Kamu sendiri tertarik untuk mengunjungi museum ini?