Sejarah Perempuan dalam Balap Sepeda Tour de France

- Tour de France Femmes 2022 menandai era baru bagi atlet sepeda perempuan dengan sponsor dari Zwift dan penonton mencapai hampir 20 juta secara virtual.
- Perlombaan ini memiliki jarak 1.033,6 kilometer dan diikuti oleh 24 tim. Adapun, pemenangnya adalah Annemiek van Vleuten yang memenangkan hadiah uang senilai lebih dari 250 ribu dolar AS atau Rp4 miliar.
- Tour de France Femmes pertama diadakan pada 1984. Namun, kurangnya minat masyarakat dan dukungan media serta sponsor menghambat kesuksesan perlombaan tersebut.
Tiga puluh tahun berlalu sejak Tour de France Femmes perdana pada 1984 diadakan, lalu dilanjutkan dengan Tour de France Femmes avec Zwift. Dengan sponsor selama 4 tahun dari perusahaan alat-alat sepeda bernama Zwift dan diliput secara besar-besaran ketimbang lomba sepeda perempuan sebelumnya, Tour de France Femmes 2022 menandai era baru bagi atlet sepeda perempuan. Hampir 20 juta penonton di Prancis menonton balapan sepeda ini lewat layar kaca. Pada laga final, 5 juta penonton hadir secara langsung.
Di sisi lain, Tour de France laki-laki memang dikenal sebagai acara olahraga yang paling banyak ditonton di dunia. Kira-kira 3,5 miliar orang menonton acara ini. Namun, kini, pembalap sepeda perempuan mampu menandingi pembalap sepeda laki-laki.
Perlombaan Tour de France Femmes ini menempuh jarak 1.033,6 kilometer atau 642,2 mil dengan medan yang menantang dan tahap terakhir yang melewati pegunungan. Ada 24 tim yang bertanding dengan masing-masing 6 pembalap. Pemenang dari balap sepeda perempuan 2022 ini adalah Annemiek van Vleuten dari tim Movistar. Ia memenangkan hadiah uang senilai lebih dari 250 ribu dolar AS atau setara Rp4 miliar, dilansir web Le Tour Femmes. Yuk, baca terus untuk mengetahui fakta-fakta dan sejarah Tour de France Femmes (Tour de France versi perempuan)!
1. Tour de France Femmes pertama diadakan pada 1955

Tour de France Femmes pertama diadakan pada 1955. Saat itu, jurnalis olahraga bernama Jean Leulliot meluncurkan kejuaraan dunia pertama untuk pembalap sepeda perempuan. Jean Leulliot sendiri pernah menjadi panitia utama balapan sepeda Paris-Nice yang dia ikuti selama 25 tahun.
Jean Leulliot ingin balapan tersebut memiliki tujuh etape (leg) yang masing-masing berjarak 80 sampai 100 kilometer, tetapi hanya 5 etape yang disetujui. Pesertanya berjumlah 41 orang dan pemenangnya adalah pesepeda asal Isle of Man bernama Millie Robinson. Dia memenangkan perlombaan dengan selisih 35 detik dari pembalap sepeda Inggris bernama June Thackeray, seperti yang ditulis VeloNews.
Kontestannya kebanyakan adalah warga Inggris yang memiliki pengalaman sebelumnya. Millie Robinson sendiri baru saja memenangkan ketiga etape lomba balap sepeda perempuan terbesar pada saat itu, yakni Sirkuit Lyonnais-Auvergne. Beberapa etape pertama Tour de France Femmes 1955 dimenangkan oleh perempuan asal Prancis bernama Lyli Herse hingga etape keempat, yaitu saat balapan diambil alih oleh Millie Robinson. Mendominasi time trial pada etape kelima, dia bersepeda dengan kecepatan rata-rata 34 kilometer per jam.
2. Lomba balap sepeda perempuan kurang mendapatkan dukungan secara finansial

Tour de France Femmes perdana diadakan pada 1984, yang dimaksudkan sebagai awal untuk kejuaraan dunia bergengsi bagi atlet sepeda perempuan. Berdasarkan laporan The Washington Post, balap sepeda perempuan ini memiliki 18 tahapan dan menempuh jarak 965 kilometer. Ini menjadi perlombaan Tour de France terpanjang untuk perempuan hingga saat ini. Yang paling penting, ini diluncurkan oleh organisasi di balik Tour de France laki-laki, yaitu Société du Tour de France.
Namun, kurangnya minat masyarakat terhadap olahraga pesepeda perempuan ini justru menghambat kesuksesan perlombaan tersebut. Pasalnya, lomba sepeda perempuan ini hanya berlangsung selama 6 tahun sebelum ditutup karena kurangnya dukungan dana. Pada 1989, direktur Tour de France, Jean-Marie Leblanc, menjelaskan bahwa terbatasnya liputan media dan sponsor menjadi penyebab utama kegagalan balapan sepeda tersebut.
Perlombaan lantas mengalami penurunan sejak pertama kali diadakan. Jumlah peserta menurun dari 18 tim menjadi 11 tim pada tahun terakhir. Pada 1984, pesepeda perempuan juga harus bersaing dengan laki-laki karena balapannya diadakan pada waktu yang sama. Selain itu, pesepeda laki-laki mendapatkan akomodasi dan makanan yang lebih baik. Hadiah untuk pesepeda perempuan hanya 1.000 dolar AS atau setara Rp16,2 juta, sedangkan pemenang untuk pesepeda laki-laki memperoleh hadiah lebih dari 100 ribu dolar AS atau setara dengan Rp1,6 miliar.
3. Tour de France Femmes diubah menjadi balap sepeda berskala kecil

Untuk mengisi kekosongan karena gagalnya acara perlombaan Tour de France Femmes pada 80-an, pesepeda perempuan mulai bermunculan untuk mengikuti lomba sepeda lain. Dari 1990 hingga 1993, Tour of the EEC Women memiliki 9 hingga 12 tahapan. Juara pertamanya adalah perempuan asal Prancis bernama Catherine Marsal. Kemenangannya tidak mendapat dukungan dari Société du Tour de France, tapi kemudian menjadi bagian dari Amaury Sport Organization (ASO) pada 1992.
Pada 1992, jurnalis Prancis Pierre Boué menghadirkan balapan sepeda baru bernama Tour Cycliste Féminin, tetapi balap sepeda ini tak terlepas dari masalah. Boué berjuang untuk mendapatkan dukungan secara finansial. Seperti yang diingat oleh Marion Clignet, yang menempati posisi kedua pada 1993, ia mengatakan bahwa perlombaan sepeda perempuan ini sangat sederhana dan tidak meriah. Jadi tidak heran sponsor sulit didapatkan. Belum lagi, fakta bahwa hanya ada sedikit atau bahkan tidak ada hadiah uang dari tahun ke tahun untuk para pemenang.
Namun, perlombaan ini cukup bermanfaat bagi perempuan. Itu karena kaum perempuan merasa memiliki lomba balap sepeda layaknya Tour de France. Pada awalnya, perlombaan ini memiliki 9 etape, lalu meningkat menjadi 14 etape pada tahun-tahun berikutnya. Pada 1993, perlombaan menempuh jarak 1.000 kilometer dan termasuk pendakian ke L'Alpe d'Huez, yang belum pernah dilakukan dalam perlombaan balap sepeda perempuan.
4. Pemenang Tour de France Femmes pertama adalah peserta dari Amerika

Tour de France Femmes memulai debutnya pada 1984. Saat itulah, Amerika membuat sejarah dengan memenangkan juara pertama lewat Marianne Martin. Balapan sepeda perempuan dan laki-laki diadakan pada waktu yang sama, jadi Martin bersama pesepeda perempuan lainnya menjadi pusat perhatian layaknya pesepeda laki-laki. Pesepeda perempuan melintasi depan peloton laki-laki dan melewati jalur berliku yang sama di Pegunungan Alpen dan Pyrenees. Mereka disambut oleh penonton yang sama saat bersepeda sejauh 59 kilometer terakhir.
Marianne Martin bahkan berbagi podium dengan juara pesepeda laki-laki bernama Laurent Fignon. Terlepas dari semua ini, dia mengingat adanya kesenjangan yang mencolok antara hadiah pesepeda perempuan dan laki-laki. Hadiah yang diterima Martin hanya sekitar 1.000 dolar AS atau setara Rp16,2 juta, sementara Fignon menerima lebih dari 100.000 dolar AS atau setara dengan Rp1,6 miliar. Di samping itu, masyarakat juga tidak menyangka sama sekali pesepeda perempuan bisa menyelesaikan lomba.
Kemenangan Marianne Martin bisa dibilang sangat mengesankan, terutama karena dia tidak melakukan persiapan apa pun. Awalnya, Martin tampil cukup baik pada perlombaan sepeda nasional Amerika Serikat. Dia juga mengikuti uji coba Olimpiade untuk mendapatkan kesempatan berkompetisi di tim nasional, tetapi dia lebih memilih lomba balap sepeda Tour de France. Pada akhirnya, Martin menang dengan selisih 3 menit.
5. Tour de France Femmes kembali hadir, tapi secara virtual

Perusahaan olahraga Zwift memulai debutnya dalam Tour de France secara virtual pada 2020—masa pandemik COVID-19. Perlombaan tatap muka ditunda pada Agustus, tapi batal pada Juli, saat balapan biasanya diadakan. Tour de France lantas diadakan secara virtual. Ini memberi kesempatan bagi pesepeda laki-laki dan perempuan untuk berkompetisi dengan tahapan serta jarak yang sama. Liputan siarannya pun sama.
Dikutip NPR, acara virtual tersebut disiarkan di 130 negara. Kesuksesan balapan virtual ini membantu mengubah pemikiran The Amaury Sport Organisation (ASO), organisasi yang bertanggung jawab atas Tour de France. Dengan sponsor dari perusahaan Zwift selama 4 tahun, Tour de France Femmes kembali dilirik.
Namun, ada cerita unik. Pesepeda perempuan awalnya tidak suka dengan balapan virtual ini. Pesepeda asal Amerika, Lily Williams, mengaku tidak nyaman jika harus bersepeda di dalam ruangan.
6. Ketua organisasi ASO tidak yakin Tour de France Femmes mampu menyaingi kesuksesan Tour de France

Direktur Tour de France bernama Christian Prudhomme mengonfirmasi bahwa Tour de France Femmes akan debut di lapangan pada 2022. Namun, dalam wawancaranya pada 2021 dengan The Guardian, ia mengatakan bahwa balapan sepeda perempuan tidak sesukses balap sepeda laki-laki. Usai memastikan tanggal Tour de France Femmes, Prudhomme menegaskan bahwa balapan baru ini tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama seperti kejuaraan putri sebelumnya.
Pesepeda Kathryn Bertine menyebut bahwa komentar Prudhomme itu sangat seksis dan bodoh. Menurut Bertine, lomba balap sepeda perempuan hanya kurang promosi dan dukungan dari ASO. Bertine menambahkan bahwa ASO punya tanggung jawab untuk mempromosikan Tour de France Femmes secara luas.
7. Tour de France Femmes 2022 mengalami kecelakaan

Selama tahap kelima Tour de France Femmes, terjadi tragedi yang mengejutkan. Pasalnya, tabrakan antara dua pesepeda menyebabkan tabrakan beruntun dan menyebabkan penumpukan. Para atlet sepeda perempuan ini berusaha untuk melepaskan diri dan kaki mereka dari jeruji roda pesepeda lain.
Insiden itu terjadi saat balapan tersisa 49 kilometer lagi. Setengah dari peloton putri terjatuh dari sepedanya. Banyak yang mengalami luka ringan. Adapun, pesepeda Emma Norsgaard dari tim Movistar harus dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans. Menurut berita yang beredar, kepala, leher, dan bahu kiri Norsgaard mengalami cedera.
8. Pesepeda perempuan ingin Tour de France mengalami perombakan

Ada ruang bagi Tour de France Femmes untuk berkembang dan para pesepeda menyerukan perubahan itu. Pertama, tidak ada uji waktu yang disertakan dalam perlombaan. Dalam Tour de France laki-laki, pengendara sepeda harus berpacu melawan waktu sejauh 21 kilometer pada tahap pertama. Uji waktu dapat dilakukan secara individu atau tim. Sayangnya, hanya ada 2 balapan WorldTour yang memiliki uji waktu: 1 di Giro Donne dan 1 lagi di Simac Tour.
Nah, ada pula hal-hal yang dikeluhkan pesepeda perempuan bernama Kathryn Bertine. Ia ingin Tour de France Femmes menambah durasi perlombaan selama 21 hari agar setara dengan pesepeda laki-laki. Ia menganggap bahwa perempuan bisa menempuh jarak yang sama seperti pesepeda laki-laki. Bertine juga merupakan bagian dari kelompok yang menekan ASO untuk membentuk Tour de France Femmes pada 2013. Hasilnya, terbentuklah La Course. Balapan diadakan selama 1 hari. Acara ini berlangsung dari 2014 hingga 2021 dan menjadi pembuka Tour de France Femmes saat ini.
Perempuan memang sering sekali tidak mendapatkan keadilan setara laki-laki. Ini pula yang dirasakan pesepeda perempuan dalam perlombaan Tour de France Femmes. Meski begitu, perempuan selalu berusaha memperjuangkan hal tersebut.