Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Seram, 10 Tradisi Pernikahan Ini Berawal dari Kisah Mengerikan

ilustrasi acara pernikahan (unsplash.com/Álvaro CvG)

Manusia telah lama ada di Bumi ini, menciptakan berbagai hal, dan menciptakan peradaban. Ada juga konsep "tradisi," sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dari generasi ke generasi. Nah, salah satunya tradisi pernikahan.

Asal-usul tradisi sering hilang seiring berjalannya waktu. Kita melakukan tradisi karena orang tua kita melakukannya, dan mereka melakukannya untuk alasan yang sama. Mari kita menggali alasan adanya tradisi pernikahan populer yang ternyata memiliki asal-usul yang menyeramkan. Mari kita telusuri lebih dekat!

1. Seorang ayah mendampingi putrinya dalam tradisi pernikahan

Ilustrasi seorang ayah dari pengantin perempuan berjalan menyusuri lorong dengan putrinya. (pexels.com/Ignatios Kourouvasilis)

Tradisi ini menjadi bagian yang sangat emosional dari upacara pernikahan, ketika seorang ayah mengantar putrinya ke altar dan kemudian menyerahkannya ke calon suaminya. Saat ini, tradisi tersebut biasanya dilihat sebagai momen indah antara seorang ayah dan putrinya, dan untuk menghormati peran seorang ayah.

Namun, ada fakta menyeramkan di balik tradisi ini. Dahulu, pernikahan mirip seperti negosiasi bukan perihal cinta. Meskipun penulis buku Marriage Customs of the World, George Monger mengatakan bahwa menjual pengantin perempuan adalah kesepakatan bisnis antara ayah pengantin laki-laki dan pengantin perempuan jauh sebelum upacara pernikahan diadakan.

Dalam sejarah, hal ini terjadi ketika perempuan dilarang bekerja. Sang ayah yang mengantarkan putrinya ke pengantin laki-laki dimaksudkan untuk berjaga-jaga agar pengantin laki-laki dan keluarganya tidak melanggar kesepakatan.

2. Pendamping pengantin laki-laki

ilustrasi pendamping pengantin laki-laki (pexels.com/Oliver Li)

Di zaman sekarang, ada satu tradisi yang dikenal dengan pesta bujang. Asal-usul menyeramkan dari tradisi ini terjadi ketika perempuan dianggap sebagai perdagangan. Seperti yang dijelaskan oleh Reader's Digest, praktik penculikan seorang gadis untuk dinikahi seorang laki-laki (sebagai lawan dari negosiasi dengan ayahnya) dikenal sebagai pernikahan dengan penculikan. 

Nah, keluarga perempuan yang tidak terima ini akan mendatangi si laki-laki yang mungkin berujung pada tindak kekerasan. Si pengantin laki-laki ini biasanya memiliki beberapa pendamping pengantin laki-laki (groomsmen), untuk berjaga-jaga jika terjadi perkelahian. Laki-laki yang dianggap terbaik biasanya yang paling hebat dalam bertarung. Mereka juga akan menjaga pengantin perempuan agar tidak kabur.

3. Pengiring pengantin perempuan

ilustrasi pendamping pengantin perempuan (unsplash.com/Briana Autran)

Di zaman ini, pengiring pengantin terlihat tak kalah anggunnya dari pengantin perempuan itu sendiri. Tetapi pada zaman kuno, mereka memasang badan untuk melindungi pengantin perempuan.

Penulis buku All About Wedding, Ellen Bell mengklaim bahwa, berabad-abad yang lalu, pengiring pengantin dibawa ke pesta pernikahan untuk mengusir roh jahat dari pengantin perempuan. Namun, ada juga yang meyakini bahwa pengiring pengantin ada untuk membingungkan saingan pengantin laki-laki atau bahkan penjahat yang ingin menculik pengantin perempuan - berasal dari Romawi Kuno dan Cina feodal.

Sekelompok perempuan diminta untuk mengenakan pakaian serupa dengan pengantin perempuan agar siapa pun yang ingin menculik pengantin perempuan kesulitan untuk mencari pengantin perempuan yang asli. Itulah sebabnya, tradisi pengiring pengantin mengenakan gaun yang sama dengan pengantin perempuan bertahan hingga tahun 1880-an.

4. Tradisi garter

ilustrasi garter yang dipakai pengantin perempuan (unsplash.com/Chalo Garcia)

Tradisi garter pernikahan sudah sangat umum terjadi. Biasanya, setelah buket dilemparkan dan ditangkap, pengantin laki-laki mendudukkan pengantinnya dan melepas garter dari paha pengantin perempuan. Kemudian dia melemparkan garter ke kerumunan laki-laki lajang yang hadir, dan siapa pun yang menangkapnya akan menempatkan garter pada perempuan yang berhasil menangkap buket.

Seperti yang dilaporkan The Knot, asal-usul tradisi ini sangat mengganggu. Dahulu, tamu pernikahan biasanya akan merobek potongan pakaian pengantin perempuan untuk jimat keberuntungan. Garter itu hadir agar para tamu tidak lagi merobek pakaian pengantin perempuan.

5. Bulan madu

Ilustrasi sepasang pengantin yang sedang bulan madu. (unsplash.com/Jeremy Banks)

Seperti yang sudah kita ketahui di poin sebelumnya bahwa ada sejarah di mana seorang laki-laki menculik perempuan untuk dinikahi secara paksa. Penculikan ini membuat keluarga atau suku dari pengantin perempuan mengejarnya, dan pengantin laki-laki akan menyembunyikan si perempuan sampai dia hamil.

The New York Times mencatat bahwa "bulan madu" mungkin berasal dari kata Norse "hjunottsmanathr," yang secara harfiah berarti "bersembunyi." Mungkin juga istilah itu berasal dari abad ke-16, yang berasal dari praktik Babilonia yang memberi pengantin baru persediaan anggur madu selama sebulan dan mengirim mereka berlibur selama satu bulan untuk mempercepat pembuahan.

6. Cincin berlian

ilustrasi cincin berlian (unsplash.com/Andy Holmes)

Cincin berlian untuk pertunangan adalah salah satu tradisi pernikahan. Tapi, tahukah kamu bahwa berlian tak semahal saat ini. Pada akhir abad ke-19, penemuan tambang berlian membanjiri pasar dengan berlian, sehingga harganya turun. Dengan permintaan yang lamban dan pasokan di luar kendali, keluarga De Beers menyewa biro iklan, N.W. Ayer, untuk memasarkan berlian dan menyindir, jika pengantin laki-laki tidak memberikan berlian kepada calon pengantinnya, mereka dianggap tidak pantas untuk menikahi si perempuan.

Selebritas pun diajak untuk memamerkan cincin kawin berlian mereka, berita-berita dikaitkan dengan berlian dan pernikahan, serta sosialita memakai cincin berlian. Penjualan pun melonjak dari 23 juta dolar AS pada tahun 1939 menjadi 2,1 miliar dolar AS pada tahun 1979.

7. Veil

ilustrasi pengantin memakai veil (pexels.com/Olya Kobruseva)

Veil adalah gaya opsional dalam pernikahan modern. Ternyata, veil ada kaitannya dengan agama yang mengarah pada kesopanan dan kemurnian. Pengantin perempuan memakai veil biasanya akan menonjolkan sikap rendah hati dan meredam gairah laki-laki di sekitar mereka. Di Romawi kuno, veil digunakan untuk mengusir roh jahat.

Tetapi, asal usul lain dari tradisi ini, berasal dari umumnya perjodohan di seluruh dunia. Saat pernikahan diatur oleh ayah dan dinegosiasikan seperti kesepakatan bisnis, cinta dan ketertarikan fisik bukanlah pilihan utama. Veil sering kali digunakan untuk menyembunyikan wajah pengantin perempuan dari pengantin laki-laki yang sudah menyepakati perjanjian tanpa mengetahui seperti apa wajah si perempuan. Ratu Victoria menjadi ratu modern pertama yang menikah dengan menggunakan veil dan akhirnya menjadi tradisi pernikahan modern.

8. Cincin kawin

Ilustrasi pengantin laki-laki memasangkan cincin kawin ke jari pengantin perempuan. (unsplash.com/Jeongim Kwon)

Cincin kawin adalah simbol yang sangat umum dalam pernikahan. Cincin kawin menjadi perhiasan yang akan memberi tahu bahwa dia sudah menikah. Tradisi pertukaran cincin adalah bagian dari tradisi pernikahan di Roma pada abad ke-15 dan ke-16. Namun, alih-alih sekadar simbol ikatan abadi, cincin kawin juga memiliki asal-usul yang menyeramkan, karena digunakan sebagai mahar atau pembayaran sederhana kepada pengantin perempuan.

Faktanya, penulis Karen K. Hersch mencatat dalam bukunya The Roman Wedding: Ritual and Meaning in Antiquity, bahwa cincin sering digunakan dalam transaksi bisnis di Roma. Pengantin laki-laki akan menawarkan cincin sebagai tanda keseriusannya, menawarkan beberapa jaminan yang dapat disimpan pengantin perempuan jika dia memutuskan untuk mundur dari pertunangan.

9. Undangan pernikahan

ilustrasi undangan pernikahan (unsplash.com/Fiona Murray)

Kebanyakan orang cukup bahagia ketika mereka menikah dan dianggap sebagai kesempatan untuk merayakannya. Jadi sangat wajar untuk mengumumkan pernikahan kepada orang-orang yang dikenal dengan undangan.

Seperti yang dilaporkan Simply Catholic, hingga Abad Pertengahan, tidak ada persyaratan untuk mengumumkan pernikahan atau bahkan melibatkan Gereja. Setiap orang bisa menikah secara tertutup, bahkan tanpa saksi. Namun, hal ini bisa menjadi masalah karena bisa saja si mempelai sudah pernah menikah dan menyembunyikannya kepada calon pengantinnya. 

Gereja pun menerbitkan Konsili Lateran IV, yang mengharuskan penerbitan Larangan Pernikahan. Ini adalah pengumuman publik agar masyarakat memberi tahu jikalau si mempelai pernah menikah sebelumnya. 

10. Buket bunga

ilustrasi buket bunga (pexels.com/Leah Kelley)

Buket bunga dalam pernikahan sudah ada sejak lama. Tradisi tersebut berasal dari Yunani kuno. Pengantin perempuan saat itu membawa karangan bunga untuk mengusir roh jahat.

Seperti yang dilaporkan The New York Times, pada Abad Pertengahan, banyak yang percaya bahwa bau busuk bisa menularkan penyakit, jadi mereka membawa bunga dan kantong rempah-rempah atau sapu tangan beraroma wangi untuk melegakan pernapasan.

Dari sinilah tradisi buket pengantin berasal. Selama wabah pes (alias Black Death), pengantin perempuan membawa bebauan seperti bawang putih atau dill untuk mengusir penyebab penyakit. Seiring waktu, buket bunga menjadi bagian dari tradisi, tetapi bebauan itu digantikan oleh bunga yang lebih harum.

Saat ini, pernikahan adalah salah satu impian perempuan yang paling diidamkan, dengan tradisi dan acara yang mewarnainya, tapi siapa sangka jika tradisi pernikahan memiliki gambaran kelamnya di masa lampau.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Amelia Solekha
EditorAmelia Solekha
Follow Us