Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Spesies Burung dari Famili Phylloscopidae yang Menghuni Tunisia

ilustrasi burung dari famili Phylloscopidae (commons.wikimedia.org/Estormiz)

Tunisia adalah negara di Afrika Utara seluas 163.610 kilometer persegi yang dihuni oleh 11.965.000 penduduk. Negara yang berbatasan dengan Aljazair dan Libya ini adalah rumah bagi banyak fauna. Tercatat, ada 84 spesies mamalia, 375 spesies burung, dan sekitar 1.500 spesies serangga di Tunisia.

Berbicara tentang burung, salah satu yang umum ditemukan di sana adalah beberapa burung dari famili Phylloscopidae. Pemakan serangga (insektivora) ini juga disebut sebagai warbler atau burung pengicau. Mau tahu fakta-fakta menarik tentang mereka?

1. Phylloscopus collybita

ilustrasi Phylloscopus collybita (commons.wikimedia.org/א Aleph)

First of all, mari berkenalan dengan Phylloscopus collybita alias common chiffchaff. Burung yang berwarna cokelat kusam ini panjangnya hanya 10–12 cm dengan berat 6–8 gram. Selain di Tunisia, mereka juga tersebar di beberapa negara Eropa dan Asia.

Makanan favoritnya ialah lalat, ngengat, serta telur dan larva kupu-kupu. Karena sangat mungil, mereka kerap dimangsa kucing, cerpelai, musang, burung gagak, dan elang. Jangan khawatir karena populasinya di alam liar masih berlimpah, diperkirakan antara 10–500 juta ekor.

2. Phylloscopus trochilus

ilustrasi Phylloscopus trochilus (commons.wikimedia.org/xulescu_g)

Sepintas, Phylloscopus trochilus alias willow warbler terlihat sama dengan spesies sebelumnya. Namun, terdapat perbedaan apabila diperhatikan dengan saksama. Tubuh bagian atasnya berwarna hijau zaitun, sementara dada dan perutnya berwarna kuning. Mereka bisa tumbuh sepanjang 10–11 cm dengan berat 7–12 gram.

Sebagai hewan diurnal, di siang hari mereka mencari serangga dan laba-laba untuk dimakan. Sebenarnya, Phylloscopus trochilus bukan penduduk asli Tunisia. Mereka berasal dari Eropa dan bermigrasi ke Afrika saat musim dingin.

3. Phylloscopus proregulus

ilustrasi Phylloscopus proregulus (commons.wikimedia.org/孟宪伟)

Selanjutnya adalah Phylloscopus proregulus atau Pallas’s leaf warbler. Namanya diambil dari Peter Simon Pallas, ahli zoologi Jerman yang pertama kali mendeskripsikannya. Tubuh bagian atasnya berwarna hijau, sementara bagian bawahnya berwarna putih, dengan garis kuning di kepala dan sayapnya.

Sangat mungil, panjangnya hanya 9–10 cm dengan berat 4–7 gram. Walau kecil, mereka bisa bermigrasi sejauh puluhan ribu kilometer, lho! Satu lagi yang unik, anak burung ini bisa terbang 12–14 hari setelah menetas. Cepat juga, ya?

4. Phylloscopus bonelli

ilustrasi Phylloscopus bonelli (commons.wikimedia.org/Kookaburra 81)

Bergeser ke Phylloscopus bonelli alias western Bonelli’s warbler, yang berasal dari Eropa Utara dan bermigrasi ke negara-negara di Afrika Utara (termasuk Tunisia) saat musim dingin. Kepala, punggung, sayap, dan ekornya berwarna hijau kekuningan, sedangkan dada dan perutnya berwarna putih. Panjang tubuhnya sekitar 11–12 cm dengan berat 7–9 gram.

Mereka bersarang di tanah dan meletakkan 4–6 butir telurnya di sana. Telur tersebut akan menetas setelah dierami selama 14 hari. Jumlahnya banyak dan persebarannya luas, sehingga Phylloscopus bonelli dikategorikan sebagai spesies dengan risiko rendah (least concern).

5. Phylloscopus sibilatrix

ilustrasi Phylloscopus sibilatrix (commons.wikimedia.org/Steve Garvie)

Mari mengakhiri daftar ini dengan Phylloscopus sibilatrix atau wood warbler. Tubuh bagian atasnya berwarna hijau kekuningan dengan bagian bawah berwarna putih serta ujung sayap dan ekor berwarna hitam. Panjangnya kurang lebih 12–13 cm.

Daerah asalnya adalah Inggris, Wales, Skotlandia, dan Irlandia, tetapi dapat dijumpai di Tunisia saat Eropa mengalami musim dingin. Tak jauh berbeda dengan kerabatnya, mereka mengonsumsi serangga, lalat, dan laba-laba. Kendati populasinya dilaporkan mengalami penurunan, sejauh ini status konservasinya masih least concern.

Burung-burung di atas tidak lebih besar dari telapak tangan kita. Namun, mereka bisa bermigrasi sangat jauh, bahkan hingga melintasi benua! Amazing, isn’t it?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tania Stephanie
EditorTania Stephanie
Follow Us