Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jangan Pernah Mengatakan 7 Hal Ini kepada Pengidap Penyakit Mental

betterhelp.com

Stigma terhadap pengidap penyakit mental masih terjadi sampai saat ini, salah satunya di Indonesia di mana kebanyakan masyarakat masih buta mengenai penyakit mental itu sendiri. Alhasil, para pengidap penyakit mental malah dijauhi sehingga mereka terlambat mendapatkan pertolongan. Meski begitu, kita bisa meringankan beban mereka dengan bersikap baik, salah satunya dengan menjaga perkataan. Yuk, berhenti mengatakan hal-hal berikut ini kepada mereka!

1. "Kamu cari perhatian, ya?"

gulfelitemag.com

Para pengidap penyakit mental tidak mencari perhatian. Ketika seorang teman menceritakan mengenai penyakit mentalnya, artinya kamu menjadi orang yang paling dipercaya olehnya. Kedua, ia berusaha mendapatkan pertolongan dari orang terdekat. Jangan sampai kepercayaannya pada kamu disia-siakan, sehingga pada akhirnya ia enggan mencari bantuan.

2. "Sepertinya itu terjadi karena kamu jauh dari Tuhan"

thefix.com

Banyak orang mendapatkan stigma ini. Malah, di antara mereka juga sering dicap "kurang beriman". Padahal, penyakit mental sama nyatanya dengan penyakit fisik. Salah satu penyebabnya adalah ketidakseimbangan neurotransmitter di otak. Banyak orang yang religus juga mengalami penyakit mental, lho! Jika sudah begitu, apa kamu akan tetap mengatakan hal itu?

3. "Berhenti mengeluh, orang lain ditimpa ujian yang lebih berat!"

s3.amazonaws.com

Mengeluh adalah hal yang wajar, lho! Sama halnya dengan curhat, mengeluh adalah salah satu upaya untuk meredakan ketegangan psikologis. Lagi pula, setiap orang pasti memiliki suatu titik di mana ia merasa tidak mampu menjalani kehidupannya.

Hal itu wajar karena tidak ada manusia yang sempurna. Jadi, jika suatu saat salah satu teman kamu mengeluh, lebih baik beri dukungan yang positif.

4. "Jangan terlalu dipikirkan."

inc.com

Mungkin hal ini banyak dikatakan oleh orang-orang dengan maksud memberi dukungan. Namun, perkataan tersebut malah menjadi "peluru" bagi pengidap penyakit mental. Pasalnya, menyuruh seseorang untuk jangan terlalu memikirkan penyakit mentalnya hanya akan membuat ia enggan untuk mencari pertolongan pada orang-orang terdekat. Sehingga, mereka akan merasa bingung ke mana harus mencari pertolongan maupun dukungan.

5. "Bunuh diri? Ingat, itu dosa dan kamu akan masuk neraka!"

huffingtonpost.com

Hal ini juga mungkin banyak dikatakan oleh orang-orang dengan maksud menyadarkan pengidap penyakit mental. Namun, pengidap penyakit mental seperti depresi, bipolar, skizofrenia dan borderline personality disorder memang rentan melakukan bunuh diri.

Pasalnya, pemikiran bunuh diri mereka terjadi karena hal kompleks dan tidak bisa diselesaikan dengan perkataan tersebut. Salah satunya, keinginan mereka untuk melakukan bunuh diri, bisa terjadi karena mood yang menurun drastis--yang terjadi karena faktor fisiologis di otak.

6. "Mungkin kamu hanya berlebihan menanggapi hal ini."

growingupchaotic.com

Jangan salah sangka, ya. Respon terhadap masa-masa "kambuh" para pengidap penyakit mental tidak berlebihan. Mereka sudah berupaya sebisa mungkin untuk menahan hal-hal yang dialami ketika kambuh, seperti pengidap social anxiety yang berusaha tetap tampil ke depan meskipun ia merasa nyaris pingsan, atau penderita depresi yang sebisa mungkin menahan keinginannya untuk bunuh diri.

7. "Berhenti berpikir negatif!"

chopra.com

Mengatakan hal ini juga sama sekali tidak membantu. Hal-hal tidak rasional yang terjadi pada pengidap penyakit mental tidak melulu karena pemikiran negatif. Seperti cemas berlebihan yang terjadi pada pengidap social anxiety--hal itu bisa saja terjadi sebagai akibat daripada sebab.

Setelah mengetahui hal yang sebaiknya tidak dikatakan pada pengidap penyakit mental, mulai sekarang yuk jaga lisan kita!

Mari menjadi pendengar sekaligus supporter yang baik bagi mereka. Mari mulai berempati, sebab kita tidak akan pernah merasakan betapa sulitnya perjuangan para pengidap penyakit mental untuk survive. Cara terbaik adalah dengarkan atau bahkan peluk mereka, dan katakan bahwa kamu ada untuk mereka. Sebisa mungkin ajak mereka untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas bersama kamu, ya. Hal itu sangat membantu proses kepulihan mereka, lho!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bayu D. Wicaksono
EditorBayu D. Wicaksono
Follow Us