Kenapa Ban Pesawat Tidak Pecah Ketika Mendarat dalam Kondisi Normal?

Berat pesawat komersial rata-rata mencapai sekitar 40—453 ton. Di samping itu, pesawat mendarat dengan kecepatan 273 kilometer per jam. Namun pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa tak pernah terdengar kasus ban pesawat pecah saat mendarat karena beban yang terlalu berat?
Sebenarnya, bukan berarti ban pesawat tidak bisa pecah, ya. Meskipun pernah ada kasus seperti ini, kejadian tersebut terbilang sangat langka. Penasaran, kan, kenapa ban pesawat tidak pecah ketika mendarat bisa sekuat itu? Mari kita cari tahu!
1. Kenapa ban pesawat jarang sekali pecah?

Ban pesawat dibuat menggunakan senyawa karet sintetis yang dicampur dengan baja, aluminium, polimer dan aramid. Selain itu, ban pesawat diisi dengan nitrogen. Nitrogen ini lebih kuat terhadap perubahan suhu dan tekanan dibandingkan angin biasa yang digunakan pada ban mobil atau motor. Nah, agar ban pesawat dapat menahan beban pesawat, ban tersebut dipompa enam kali lebih banyak dari ban mobil.
Pesawat komersial biasanya dapat landing sebanyak 200—400 kali, sedangkan pesawat jet 500 kali sebelum ban pesawat harus divulkanisir, yaitu dilapisi dengan karet baru. Setelah tujuh kali divulkanisir, ban harus diganti dengan ban baru. Jadi, sangat diperhatikan, nih!
2. Meski kuat, ban pesawat tetap bisa pecah

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, ban pesawat tetap memiliki risiko untuk pecah. Hal ini pernah terjadi pada Juni 2019, ketika sebuah pesawat United Airlines tergelincir dari landasan pacu karena bannya meledak di tengah pendaratan. Dikutip The Independent, ada korban yang mengalami cedera kepala dan cedera siku.
Tak hanya itu, pada September 2019, pesawat Qantas Airways harus kembali ke landasan karena salah satu bannya meledak di udara. Nah, berarti penyebab ban pecah bukan karena sedang melakukan pendaratan saja. Fakta ini jauh lebih seram, sih, karena faktornya bukan saja karena masalah beban pesawat.
Ban pesawat bisa pecah karena kelebihan tekanan udara. Akibatnya, mengerem jadi tidak efektif, membuat tapak roda lebih rentan terpotong, ban jadi cepat panas, dan meningkatkan tekanan pada roda pesawat. Hal ini juga dapat memperpendek masa pakai ban. Jadi, jika ban kelebihan tekanan udara dari rata-rata, ditambah lagi pesawat mendarat terlalu cepat atau rem pesawat yang digunakan dalam jumlah yang sangat tinggi, ban tersebut pun harus dilepas dan diganti.
3. Ban pesawat yang pecah bisa menyebabkan tragedi mengerikan

Pesawat yang rusak atau tidak dirawat dengan baik, jika ban pecah, bisa mengakibatkan tragedi mematikan. Dilansir The Los Angeles Times, hal ini pernah terjadi pada 1986, ketika ban pesawat Mexicana Airlines pecah, akibatnya pesawat menabrak gunung. Tragedi ini menewaskan 166 orang.
Para ahli percaya bahwa rem roda pesawat yang rusak membuat roda pesawat Mexican Airlines terseret di tanah. Akibatnya, roda menjadi terlalu panas dan akhirnya meningkatkan tekanan ban hingga pesawat ikut meledak. Meskipun pesawat punya katup pengaman untuk mencegah penumpukan tekanan yang berbahaya, tetapi katup pengaman ini bisa gagal berfungsi, lho. Itu sebabnya, ban pesawat yang meledak dapat menyebabkan kebakaran pada pesawat.
Tidak hanya itu, pada 1991, ban pesawat Nigerian Airlines pecah hingga menyebabkan kebakaran pada pesawat. Pesawat itu kemudian jatuh, dan seluruh penumpangnya, yakni 261 orang, tewas. Tragedi ini menjadi bencana udara terburuk ke-10 di dunia pada saat itu.
Setelah diselidiki, ada ban pesawat Nigerian Airlines yang kurang tekanan udara. Namun, petugas yang menyadari masalah tersebut tidak mengatasi masalah itu. Pesawat pun dibiarkan mengudara.
Pesawat dibuat khusus dan sebaik mungkin untuk menghadapi kendala terburuk yang bisa terjadi. Namun, layaknya manusia, pesawat pun tidak sesempurna itu. Ada hal yang tidak bisa diantisipasi manusia. Itu kenapa, meski kecelakaan pesawat jarang terjadi, tetapi bukan berarti tidak ada.