Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kesadaran Bijak Plastik Harus Dimulai sejak Dini

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
Intinya sih...
  • Dampak lingkungan akibat penggunaan plastik sangat meresahkan, mencemari lautan dan membahayakan kehidupan laut.
  • Kesadaran bijak plastik sejak dini penting untuk generasi mendatang, Mondelez Indonesia perluas inisiatif #BijakPlastikSejakDini sebagai mitra Gerakan Sekolah Sehat (GSS) Kemendikbudristek.
  • Program edukasi di sekolah meliputi siklus hidup plastik, permainan interaktif, video edukatif, dan proyek daur ulang untuk mengubah perilaku anak-anak terhadap plastik.

Seperti yang kita ketahui, dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat penggunaan plastik sudah sangat meresahkan. Di seluruh dunia, jutaan ton sampah plastik mencemari lautan, merusak ekosistem, dan membahayakan kehidupan laut.

Kesadaran akan pentingnya bijak dalam menggunakan plastik harus dimulai sejak dini untuk memastikan generasi mendatang memiliki lingkungan yang lebih bersih dan sehat. \

Untuk mendukung hal tersebut, Mondelez Indonesia perluas jangkauan inisiatif #BijakPlastikSejakDini dengan menjadi mitra Gerakan Sekolah Sehat (GSS) Kemendikbudristek. Kampanye ini juga ikut menggaet tim dari Indonesia Environmental Scientists Association (IESA). 

1. Kenapa harus dimulai sejak dini?

ilustrasi anak-anak (pexels.com/Agung Pandit Wiguna)

Menurut Dr. Lina Trimugi Astuti, Sekretaris Jenderal IESA, kesadaran bijak plastik sejak dini bisa menjadi cara efektif untuk mengurangi dampak limbah plastik terhadap lingkungan. 

Ia menyatakan bahwa anak Sekolah Dasar (SD) akan memiliki memori yang akan tersimpan hingga mereka dewasa. 

"Kalau diberikan sejak dini, harapannya nanti dalam beberapa tahun kedepan, upaya-upaya pelestarian lingkungan bisa lebih mudah dilakukan," ungkap Dr. Lina. 

Program edukasi di sekolah-sekolah bisa memasukkan materi tentang siklus hidup plastik. Ini termasuk produksi plastik hingga menjadi sampah, dan bagaimana sampah plastik bisa bertahan di lingkungan selama ratusan tahun.

Melalui permainan interaktif, video edukatif, dan proyek daur ulang, anak-anak bisa belajar cara mengurangi penggunaan plastik dan pentingnya mendaur ulang. 

2. Membangun kebiasaan ramah lingkungan

ilustrasi belanja dengan tas ramah lingkungan (freepik.com/freepik)

Kebiasaan menggunakan plastik bisa sulit diubah, tetapi jika dimulai sejak dini, anak-anak dapat tumbuh dengan pola pikir ramah lingkungan. Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam mengajarkan kebiasaan ini.

Contohnya, membawa tas belanja kain sendiri, menggunakan botol minum dan kotak makan yang bisa dipakai ulang, serta menghindari penggunaan plastik sekali pakai seperti sedotan dan kantong plastik.

Dengan menerapkan kebiasaan-kebiasaan ini dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak akan terbiasa dan menjadikannya sebagai bagian dari rutinitas mereka.

3. Peluncuran materi edukasi bijak plastik

ilustrasi media briefing #BijakPlastikSejakDini (IDN Times/Rifki Wuda)

Sebagai bentuk kolaborasi dengan Gerakan Sekolah Sehat, Mondelez Indonesia meluncurkan materi edukasi buku saku dan video animasi pengantar. Pembuatan materi ini didukung oleh tim dari IESA. 

Untuk memudahkan pemahaman anak, materi dikemas dalam bentuk tantangan 30 hari menjadi #BijakPlastikSejakDini. Buku saku dan video pengantar ini terbagi menjadi dua kelompok usia, yakni untuk kelas 1 sampai 3 dan 4 sampai 6. 

"Materi ini dilengkapi dengan kolom monitoring yang melibatkan partisipasi guru, orang tua, maupun masyarakat sekitar untuk turut memantau perkembangan anak,” jelas Dr. Lina.

 

 

Mengubah perilaku manusia terhadap penggunaan plastik adalah tantangan besar, tetapi memulainya sejak dini adalah langkah yang sangat penting. Dengan pendidikan yang tepat, anak-anak dapat menjadi agen perubahan yang akan membawa masa depan yang lebih bersih dan sehat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Rifki Wuda Sudirman
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us