Anthony Ginting Berjuang untuk Bangkit, Menanti Momentum Giant Killer
- Anthony Sinisuka Ginting kembali ke lapangan setelah cedera, namun hasilnya belum maksimal.
- Meskipun sempat kandas di beberapa turnamen, Ginting akhirnya memetik kemenangan di Korea Open 2025.
- Proses pemulihan dari cedera membuat Ginting belajar banyak hal dan tampil lebih matang secara mental maupun strategi.
Jakarta, IDN Times - Setelah sempat absen panjang karena cedera, Anthony Sinisuka Ginting akhirnya kembali ke lapangan dengan semangat baru.
Pebulutangkis tunggal putra Indonesia yang dikenal dengan julukan The Giant Killer ini sudah sempat comeback di sejumlah turnamen. Namun, hasil capaian Ginting masih tak maksimal.
Ginting terhenti di babak 32 besar dalam comeback-nya pada Japan Open 2025 lalu. Dua terus menelan kekalahan di babak pertama setelahnya, mulai dari China Open 2025, Kejuaraan Dunia 2025, Hong Kong Open 2025, hingga China Masters 2025.
Baru pada Korea Open 2025 lalu, Ginting akhirnya kembali memetik kemenangan dri pertandingan yang dijalaninya. Meskipun, Ginting kemudian kandas di babak 16 besar.
Cedera sempat membuat Ginting harus berhenti sejenak dari hiruk-pikuk turnamen dunia. Lima hingga enam bulan bukan waktu yang singkat untuk seorang atlet yang hidup dari ritme latihan dan kompetisi.
Namun, di masa pemulihan itu, Ginting belajar banyak hal: tentang kesabaran, keteguhan, dan bagaimana tetap percaya pada proses meskipun hasilnya belum terlihat. Kini, Ginting tampil lebih matang, baik secara mental maupun strategi.
Dalam wawancara khusus dengan IDN Times pada Rabu (1/10/2025), peraih medali perunggu Olimpiade 2020 Tokyo itu bercerita soal proses bangkitnya. Kembalinya Ginting bukan cuma soal fisik yang pulih, tapi juga tentang menemukan kembali feel permainan yang sempat hilang.
Ginting mengakui proses adaptasi dengan pelatih-pelatih baru tidak mudah, tapi justru di situlah nilai perjuangannya. Setiap sesi latihan, setiap diskusi, dan setiap pertandingan jadi bagian dari perjalanan panjang menuju versi terbaik dari dirinya.
Berikut hasil wawancara khusus IDN Times dengan Anthony Sinisuka Ginting:
Seberapa excited kamu untuk bermain di BDMNTN-XL (BXL) 2025?
Ya, pastinya excited banget karena baru pertama kali tahun ini ikut dan formatnya dan rules-nya juga kan baru juga beda dari pertandingan-pertandingan biasanya. Jadi memang satu refresh juga lah buat saya pribadi untuk bisa main di BXL sih.
Kalau menang mau dipake apa?
Nabung buat susu anak.
Bagaimana kondisi Ginting saat ini?
Ya puji Tuhan semua sampe kemarin terakhir di Korea Open juga semua berjalan dengan baik. Cedera yang ada pernah juga gak ada kambuh ataupun rasa sakit atau gimana.
Jadi so far sih dari kondisi cedera kemarin udah pulih total sih.
Apa yang pertama kali ada di benak kamu saat awal memutuskan absen panjang? Apakah khawatir?

Sebenernya banyak sih, banyak maksudnya pikiran yang ada timbul gitu ya terutama kan waktu cedera itu bisa dibilang lima bulan atau enam bulan, ya. Macem-macem lah ada juga pikirannya.
Memang satu memang mau fokus penyembuhan dulu tapi mungkin berjalannya waktu juga ada kekhawatiran kayak aduh ke depannya bakal gimana ranking juga akan turun juga, maksudnya buat ngejar naiknya lagi juga gak gampang juga karena dari yang kita lihat persaingan di tunggal putra sendiri juga semuanya ketat juga gitu ya, jadi pasti ada kekhawatiran-kekhawatiran itu.
Cuma waktu perjalanan rehabnya memang ya sudah fokusnya diutamakan ke penyembuhan dulu aja gitu, jadi ada pikiran-pikiran yang lain ya ga bisa dipungkiri, ada. Tapi ya mengembalikan fokusnya ke penyembuhan dulu sih
Sejak pertama sakit sampai comeback kamu berproses dengan tiga pelatih berbeda. Susah tidak?

Ya jujur sih lumayan berefek. Karena kan masing-masing pelatih punya gambaran dan apa ya, kayak ramuannya masing-masing untuk menciptakan seorang juara gitu ya. Pasti kan itu juga apa buat adaptasinya segala macem juga kan.
Butuh waktu juga dan itu juga ga gampang buat menyatukan satu sama lain pikiran segala macem.
Cuma memang saya percaya setiap pelatih punya niat yang baik juga buat bikin si atletnya ini juga jadi juara gitu. Jadi memang itu yang terus setiap hari didiskusikan.
Ada perasaan apa, ada pikiran apa, ada latihan apa, semua segala macem, dalam pertandingan sama latihan. Terus dikomunikasikan sih. Biar saya dan pelatih juga sama-sama tahu kendalanya di mana, solusinya harus apa, terus juga ke depannya harus kayak bagaimana, segala macem.
Jadi memang itu aja sih yang jadi kendala sebenernya.
Kemampuan kamu tidak hilang, tapi bagaimana dengan feel pertandingannya? Apakah membaik?

Ya so far sih sampe kemarin puji Tuhan sih berjalan dengan baik. Memang dari feel-nya juga segala macem, cuma memang lebih ke strategi di lapangannya kayak yang gimana itu yang. Maksudnya harus terus digali lagi sih, dibiasakan lagi di latihan kayak bagaimana.
Terus juga, kan karena kalau kondisi angin dan kok-nya normal memang itu lebih. Bukan lebih gampang. Lebih gak banyak faktor yang harus mengganggu lah ya.
Jadi memang waktu kemarin ada menang angin kalah angin terus kok-nya juga kenceng apa segala macem itu yang harus lebih di diperhatikan lagi.
Jadi itu yang hal-hal secara gak langsung juga mengganggu psikis juga ya. Jadi harus memang lebih tenang lagi, lebih tenang lah jadi pas udah tenang jadi lebih bisa nyaman mainnya
Seperti di BXL 2025, Ginting sempat dijuluki “The Giant Killer”. Ingat kapan dijuluki sebutan tersebut? Ingat lawan siapa saja? Itu core memory?

Pernah pernah. (Berawal di) China Open ya.
Ingat. Ini kan babak pertama Lin Dan (China), babak kedua (Viktor) Axelsen (Denmark). Ketiga-nya Chen Long (China). Terus, Chou Tien Chen (Taiwan). Sama (terakhir melawan Kento) Momota (Jepang).
Iya, (core memory) sih pastinya.
Apakah sekarang ada kerinduan kembali ke masa itu?

Ya pastinya ada sih. Maksudnya kalau menurut saya kadang masih suka menonton juga gitu match-match di 2018 itu meskipun Asian Games atau pun di China Open itu. Karena kan jaraknya ga terlalu jauh ya. Maksudnya dalam satu tahun itu.
Cuma memang itu yang bikin terus termotivasi sih. Maksudnya 'oh gue dulu bisa gitu, sekarang juga pasti bisa'. Jadi itu yang terus diri saya ingetin ke diri sendiri gitu. Jadi waktu itu pernah ada di posisi ini pasti bisa lagi gitu.
Jadi itu sih lebih ke motivasi diri sendiri buat nonton itu.
Kalau sekarang masih menjadi The Giant Killer atau udah menjadi salah satu The Giant?
Ya gak tahu. Bagaimana? Hahaha
Gak mau menilai diri sendiri.
Terlepas dari hasilnya apakah saat kamu menjalani di Olimpiade Paris itu menyisakan penyesalan?

Kalau penyesalan sih engga sih. Kenapa? Karena saya rasa saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan maksimal yang saya bisa.
Ya cuma memang kalau dibilang ada pengalaman yang bukan kurang baik, yang sedih lah, yang bikin sedih itu ya pasti tetap ada gitu. Kalau nyesel sih engga ada.
Apakah masih ingin mengejar Olimpiade Los Angeles (LA) 2028?
Pastinya masih berusaha. Buat pertama mungkin ada tujuan panjangnya ke sana. Cuma mungkin untuk beberapa waktu ini lebih fokus ke pelan-pelan sih.
Maksudnya dari yang kemarin udah lewat, nanti ke depan ada apa jadi itu dulu sih yang aku fokuskan.
Apakah kamu rindu bertanding di Istora Senayan yang penuh dengan penonton?
Iya pastinya kangen banget sih maksudnya jadi inget juga kan dulu pertama kali main di Istora itu memang ramai banget ya. Meskipun di hari awal segala macam, tapi penonton juga hampir full juga gitu.
Jadi inget momen sama feeling-nya waktu awal-awal pertama kali main sih.