Atlet dan Ketum Kickboxing Beda Suara Soal Kecurangan SEA Games 2025
- Timnas Kickboxing Indonesia mengalami kecurangan di SEA Games 2025
- Riyan Jefri berhasil meraih medali emas meski banyak rekan timnya yang dicurangi
- Manajer Timnas Kickboxing, Rosi Nurasjati, dideportasi dari Thailand karena konflik dengan federasi kickboxing
Jakarta, IDN Times - Timnas Kickboxing Indonesia mengaku mendapat pengalaman buruk di SEA Games 2025. Ada dugaan kecurangan di atas ring, salah satunya yang dialami Andi Mesyara Jerni Maswara.
Kecurangan itu dirasakan Andi saat menghadapi wakil Vietnam, Thi Thuy Giang Hoang di semifinal point fighting 50 kilogram putri, Senin (15/12/2025). Keputusan wasit, menurut Andi, amat menguntungkan kubu lawan.
"Di ronde pertama, saya sudah unggul 4-3. Di situ saya udah tenang, saya sudah berusaha untuk mencari jarak yang enak, main yang enak, tapi tiba-tiba disetop sama wasit dengan alasan saya harus fight. Saya harus menyerang. Pas aku duduk, aku langsung lihat papan skor. Tiba-tiba skor lawan naik ke 7. Skorku 4. Bayangkan, 4 ke 7 guys! Padahal lawanku gak pernah nendang badan atau kepala. Kalaupun nendang, saya (berhasil) block. Pada saat poin bersamaan, kita ambil poin bersamaan, poinku tidak naik, sedangkan lawanku naik," kata Andi di akun Instagramnya pribadinya.
1. Riyan Jefri juga merasakan
Pandangan serupa juga dilontarkan Riyan Jefri Hamonangan Lumbanbatu. Riyan Jefri memang mengakui, dugaan kecurangan itu memang menimpa rekan-rekannya di Timnas Kickboxing.
Riyan Jefri berhasil menguapkan sejenak kekisruhan itu berkat medali emas yang didapatnya. Riyan Jefri menjadi satu-satunya atlet kickboxing yang berhasil naik podium tertinggi.
"Kita tahu teman-teman banyak dicurangi di sana, tapi saya tetap percaya diri, optimistis, dan tidak memikirkan setiap masalah yang ada," ujar Riyan Jefri di Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (17/12/2025) malam WIB.
2. Manajer Timnas Kickboxing dideportasi
Kekisruhan ini berawal dari manajer Timnas Kickboxing, Rosi Nurasjati yang dideportasi dari Thailand. Rosi diusir paksa buntut konflik federasi, termasuk secara personal dengan Konfederasi Kickboxing Asia (WAKO Asia).
"Jadi aku tuh tidak di hotel yang sama dengan atlet. Aku datang karena anak-anak itu mengeluh makannya tidak baik, kurang layak deh. Anak-anak pesan di grup, 'Bunda aku minta dada ayam, madu, pisang'. Sebagai ibu, ya saya harus melayani mereka. Saya belikan dan saya datang ke hotel atlet," kata Rosi kepada IDN Times.
"Nah tahu-tahu pada waktu aku datang ke Athlete Village itu, aku enggak tahu, aku tiba-tiba ditanyain lah sama Sekjen WAKO, kenapa ada di sini. Aku bilang mau ada urusan sama atletku. Kata dia 'enggak bisa, enggak bisa'. Lalu datang polisi dua orang, datang lagi tiga orang, empat orang, sampai beberapa. Ada kali 20 polisi, sama anjing pelacak, bawa senjata gede-gede. Kayak aku nih pelaku teror aja," kesal Rosi.
3. Ketum PP KBI beda pandangan
Di sisi lain, Ketua Umum Pengurus Pusat Kickboxing Indonesia (PP KBI), Ngatino justru memiliki pandangan berbeda. Ia menyatakan kecurangan itu tergantung sudut pandang orang dalam menilai situasi tersebut.
"Itu kan kacamata orang melihat. Namanya bertanding ada kalah ada menang, ada yang puas ada yg tidak, itu hal biasa. Tapi, itu jd pembelajaran kita sebagai atlet, pengurus, tentunya harus melihat ke depannya kayak apa," ucap Ngatino di Bandara Soekarno-Hatta.
