Jonatan Christie: Pemain Muda Harus Dapat Jam Terbang Lebih

- Jonatan Christie menyoroti jarak peringkat pemain tunggal putra Indonesia, terutama antara pemain utama dan pelapis yang cukup jauh.
- Christie merasa para pemain muda butuh lebih banyak promosi, seperti Alwi Farhan, Yohanes Saut Marcellyno, dan Moh Zaki Ubaidillah alias Ubed.
- Christie mengingatkan agar pengurus PBSI tidak hanya melihat hasil pertandingan atlet muda, tapi juga memberikan kesempatan untuk bersaing dengan pemain top dunia untuk pengembangan diri.
Jakarta, IDN Times - Tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie menyoroti soal jarak peringkat antara pemain Indonesia. Khususnya bagi para pemain utama dan pelapis yang punya gap cukup jauh.
Maklum, selama ini tunggal putra Indonesia hanya mengandalkan dua pemain elite nya yakni Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Bagi Jonatan, permasalahan ini menjadi PR bersama untuk sektor tunggal putra Indonesia.
“Ya, saya rasa itu menjadi PR untuk tim di tunggal putra sih ya. Mungkin juga dengan pergantian pengurus juga, pergantian pelatih juga, dan mungkin masih ada penyesuaian,” kata Jonatan ditemui di Istora Senayan, Jakarta.
1. Junior butuh lebih banyak promosi

Bicara soal gap ranking pemain, Jojo, apaan akrab Jonatan, merasa para pemain muda butuh lebih banyak promosi. Beberapa nama yang disebut Jojo adalah seperti Alwi Farhan, Yohanes Saut Marcellyno, dan Moh Zaki Ubaidillah alias Ubed.
“Saya rasa mungkin harus bisa lebih banyak mempromosikan yang junior ya. Seperti Alwi, Saud, sama Ubed harus segera lebih banyak dikasih jam terbang kalau menurut saya,” kata Jojo.
Jojo saat ini berada di ranking tiga dunia. Anthony Sinisuka Ginting menyusul di peringkat 10. Nama Chico Aura Dwi Wardoyo berada di peringkat 32 dunia sementara Alwi Farhan di peringkat 46. Di sisi lain, Saut berdad di peringkat 66 dunia.
2. Harus percaya proses

Jojo mengingatkan agar pengurus PBSI tidak hanya melihat hasil dari pertandingan yang diikuti para atlet muda. Menurut Jojo, para pemain muda perlu untuk merasakan bersua dengan pemain top dunia untuk mengembangkan diri.
“Kita kasih jam terbangnya dulu biar dia merasakan ketemu pemain-pemain yang mungkin top levelnya di atas dia, dia rasain bagaimana dia melakukan perlawanan, bagaimana dia mengevaluasi permainan, sehingga itu yang mungkin akan menimbulkan kepercayaan diri kepada mereka,” kata Jojo.
Jika pengembangan diri para atlet muda sudah berjalan dengan baik, menurut Jojo baru lah para pengurus perlu untuk memberikan target hasil yang spesifik. “Jadi jangan sekali dikirim, dua kali dikirim, langsung lihat hasil. Kalah (babak) pertama atau kedua, terus besoknya langsung gak dikirim lagi. Itu justru malah buat anak-anaknya jadi gak bisa percaya diri gitu. Jadi ya mungkin catatan juga untuk tim pelatih, tim pengurus juga, Untuk yang junior junior mungkin harus bisa lebih cepat dipromosikan lah,” kata Jojo.
3. Jojo pernah ada di posisi yang sama

Masukan dari Jojo bukan diucapkan tanpa dasar yang jelas. Jojo mengaku pernah berada di posisi yang sama. Mengisi sektor tunggal putra saat tak punya sosok senior yang bisa dikejar diakui Jojo cukup menyulitkan.
Jojo terbiasa didorong untuk terus mengikuti pertandingan meski levelnya di atas kemampuannya kala itu. “Walaupun ya mungkin masih main super series kualifikasi, pertama kalah, tapi pelan-pelan ketika kita sempat sekali nyentuh di quarter final, sempat ngalahin si A, si B, si C, Itu adalah rasa percaya diri yang timbul di diri saya pribadi,” kata Jojo.