9 Juara Dunia MotoGP yang Pernah Menggunakan Nomor 1

- Wayne Rainey (1993): Tiga kali juara dunia 500cc yang mengenakan nomor 1 sebelum kecelakaan menghentikan kariernya.
- Mick Doohan (1995–1999): Konsisten pakai nomor 1 lima musim berturut-turut, simbol dominasi Honda di era 90-an.
- Nicky Hayden (2007): Juara dunia Amerika terakhir yang bangga membawa nomor 1 meski gagal mempertahankan gelar.
- Casey Stoner (2008, 2012) dan Jorge Lorenzo (2011, 2016): Dua pembalap modern yang tetap setia tradisi memakai nomor 1 setelah juara.
- Francesco Bagnaia (2023, 2024) dan Jorge Martín (2025): Menghidupkan kembali tradisi nomor 1 di era modern, menjadi simbol supremasi Ducati dan Aprilia.
Dalam dunia MotoGP, setiap pembalap juara dunia berhak memakai nomor 1 di musim berikutnya. Nomor ini bukan hanya sekadar angka, melainkan simbol supremasi tertinggi di lintasan balap. Namun, tidak semua juara memilih tradisi ini. Sebagian tetap setia pada nomor pribadi yang sudah melekat dengan identitas mereka.
Faktanya, penggunaan nomor 1 semakin jarang ditemui di era modern. Valentino Rossi tetap dengan nomor 46, Marc Márquez setia dengan 93, bahkan juara lain lebih suka mempertahankan angka khas mereka. Karena itu, saat ada pembalap yang berani memakai nomor 1, hal tersebut menjadi sorotan besar dan mencatatkan momen bersejarah.
Sejak era Wayne Rainey hingga Francesco Bagnaia, hanya beberapa nama yang berani menunjukkan kebanggaan mereka dengan nomor 1 di motor. Setiap kisahnya punya arti tersendiri, mulai dari simbol kepercayaan diri, kebanggaan membela pabrikan, hingga bentuk penghormatan terhadap tradisi lama.
1. Wayne Rainey (1991–1993)

Wayne Rainey meraih gelar juara dunia kelas 500cc pertama kalinya pada tahun 1990 bersama tim Yamaha. Setelah itu, ia memilih untuk mengenakan nomor 1 pada motornya, sebagai simbol supremasi di ajang balap motor paling bergengsi tersebut. Rainey tidak hanya sekadar mengenakan nomor itu, tetapi juga mampu mempertahankan dominasinya dengan meraih gelar juara dunia tiga kali berturut-turut pada 1990, 1991, dan 1992. Nomor 1 menjadi saksi kejayaan Rainey di masa keemasannya.
Pemakaian nomor 1 oleh Rainey juga menegaskan tradisi para pembalap era 1980–1990 yang sangat menghargai simbol kejuaraan. Dengan gaya balapnya yang halus namun efektif, ia dianggap sebagai salah satu pembalap paling teknis dan konsisten pada masanya. Sayangnya, karier Rainey berakhir tragis setelah kecelakaan hebat di GP Italia 1993 yang membuatnya lumpuh permanen. Walau begitu, penggunaan nomor 1 di masa jayanya tetap abadi dalam sejarah MotoGP.
2. Mick Doohan (1995–1998)

Mick Doohan berhasil merebut gelar juara dunia 500cc pertama kalinya pada tahun 1994 bersama Honda. Setelah itu, ia memutuskan untuk mengenakan nomor 1 di motornya sebagai simbol dominasi. Keputusannya ini terbukti tepat karena Doohan mampu mempertahankan gelarnya secara beruntun pada 1995, 1996, 1997, dan 1998. Dalam periode tersebut, Doohan benar-benar tampil dominan dengan gaya balap yang agresif, kemampuan teknis luar biasa, dan kerja sama kuat dengan tim Repsol Honda.
Pemakaian nomor 1 oleh Doohan bukan sekadar simbol, tetapi juga menunjukkan wibawa dan mentalitas juara sejati. Hampir setiap kali ia turun lintasan dengan nomor itu, lawan-lawannya sudah merasa gentar karena tahu betapa kuatnya Doohan. Sayangnya, kariernya harus terhenti setelah mengalami kecelakaan parah pada 1999. Meski begitu, citranya sebagai raja era 1990-an yang selalu membawa nomor 1 tetap melekat hingga kini.
3. Àlex Crivillé (2000)

Àlex Crivillé mencatat sejarah besar ketika berhasil meraih gelar juara dunia kelas 500cc pada musim 1999 bersama Repsol Honda. Pencapaian ini menjadikannya pembalap Spanyol pertama yang menaklukkan kelas premier, membuka jalan bagi generasi berikutnya seperti Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, hingga Marc Márquez. Pada musim 2000, Crivillé memilih untuk mengenakan nomor 1 di motornya, sebagai tanda pengakuan resmi atas statusnya sebagai juara bertahan.
Sayangnya, musim 2000 tidak berjalan sesuai harapan. Crivillé kesulitan mempertahankan performa terbaiknya karena masalah teknis pada motor dan kondisi fisik yang kurang mendukung. Ia gagal mengulang kesuksesan musim sebelumnya, dan popularitasnya sedikit meredup di tengah dominasi pembalap lain. Namun, keberaniannya mengenakan nomor 1 tetap menjadikannya sosok bersejarah dalam dunia MotoGP, khususnya sebagai pionir pembalap Spanyol di kelas tertinggi.
4. Kenny Roberts Jr. (2001)

Kenny Roberts Jr. berhasil meraih gelar juara dunia kelas 500cc pada musim 2000 bersama Suzuki. Prestasi ini sangat bersejarah karena menjadi salah satu gelar terakhir yang diraih Suzuki di era 500cc sebelum peralihan ke MotoGP. Sebagai bentuk penghormatan atas gelarnya, Roberts Jr. memilih untuk mengenakan nomor 1 di motornya pada musim 2001. Nomor ini menjadi simbol kuat, terlebih karena ia adalah putra dari legenda balap Kenny Roberts Sr., yang juga pernah menjadi juara dunia.
Sayangnya, musim 2001 berjalan berat bagi Roberts Jr. dan tim Suzuki. Mereka tidak mampu bersaing dengan dominasi Honda dan Yamaha yang tampil jauh lebih kompetitif. Roberts Jr. kesulitan mempertahankan posisinya di papan atas, sehingga gelar juara dunia hanya bertahan satu musim. Meski begitu, pemakaian nomor 1 membuatnya tetap tercatat dalam sejarah MotoGP sebagai salah satu pembalap Amerika yang berhasil menorehkan prestasi di kelas tertinggi.
5. Nicky Hayden (2007)

Nicky Hayden, yang dikenal dengan julukan “The Kentucky Kid”, berhasil menjadi juara dunia MotoGP pada musim 2006 setelah duel dramatis dengan Valentino Rossi. Sebagai bentuk kebanggaan atas gelarnya, Hayden memilih menggunakan nomor 1 di musim 2007. Nomor tersebut ia bawa di motor Repsol Honda, menandakan bahwa ia adalah raja baru MotoGP saat itu. Keputusan ini juga memperlihatkan keberanian Hayden untuk menunjukkan status juara dunia kepada lawan-lawannya.
Namun, musim 2007 tidak berjalan mulus. Performa Honda tidak cukup kompetitif, ditambah Hayden sendiri kesulitan menemukan ritme yang konsisten. Ia gagal mempertahankan gelarnya dan terlempar dari persaingan papan atas. Meski begitu, pemakaian nomor 1 pada motornya tetap meninggalkan jejak penting dalam sejarah MotoGP. Hayden pun selalu dikenang sebagai salah satu pembalap Amerika terakhir yang mampu meraih kejayaan di kelas premier.
6. Jorge Lorenzo (2011 dan 2016)

Jorge Lorenzo pertama kali meraih gelar juara dunia MotoGP pada 2010 bersama Yamaha. Di musim berikutnya, 2011, ia memutuskan untuk meninggalkan nomor khasnya, 99, dan mengenakan nomor 1 sebagai simbol supremasi di kelas premier. Keputusannya ini menegaskan dirinya sebagai salah satu pembalap generasi emas Spanyol, yang mengikuti tradisi lama para juara dunia. Nomor 1 di motor Yamaha M1 milik Lorenzo kala itu menambah wibawa dan menunjukkan statusnya sebagai juara bertahan.
Lorenzo kembali mengulang tradisi tersebut setelah meraih gelar juara dunia ketiganya pada 2015. Pada musim 2016, ia kembali membawa nomor 1 di motornya, meskipun performanya tidak sekuat musim sebelumnya. Meski tidak berhasil mempertahankan gelar, penggunaan nomor 1 membuatnya tercatat sebagai salah satu pembalap modern yang masih berani mempertahankan tradisi. Hal ini membedakannya dari rival utamanya, Valentino Rossi dan Marc Márquez, yang lebih memilih nomor pribadi.
7. Casey Stoner (2008 dan 2012)

Casey Stoner pertama kali merebut gelar juara dunia MotoGP pada tahun 2007 bersama Ducati. Di musim berikutnya, 2008, ia memilih mengenakan nomor 1 di motornya sebagai simbol statusnya sebagai juara bertahan. Keputusan itu sekaligus menunjukkan kepercayaan diri Stoner, apalagi ia berhasil mengangkat nama Ducati ke level tertinggi, sesuatu yang sebelumnya dianggap sulit di era dominasi Honda dan Yamaha. Nomor 1 di motor merah Ducati miliknya menjadi ikon tersendiri bagi para penggemar MotoGP.
Setelah kembali meraih gelar juara dunia pada musim 2011 bersama Honda, Stoner sekali lagi memilih menggunakan nomor 1 pada musim 2012. Walau tahun itu menjadi musim terakhirnya sebelum pensiun, Stoner tetap menunjukkan performa impresif dengan kemenangan demi kemenangan. Meskipun tidak berhasil mempertahankan gelar karena cedera, penggunaan nomor 1 oleh Stoner tetap dikenang sebagai simbol keberaniannya menjaga tradisi lama. Hal ini menjadikannya salah satu pembalap terakhir di era modern yang konsisten menggunakan nomor 1 setiap kali menjadi juara dunia.
8. Francesco Bagnaia (2023 dan 2024)

Francesco "Pecco" Bagnaia berhasil merebut gelar juara dunia MotoGP pada musim 2022 bersama Ducati, sekaligus mengakhiri penantian panjang pabrikan asal Italia itu sejak terakhir kali juara bersama Casey Stoner di 2007. Di musim berikutnya, 2023, Bagnaia memilih meninggalkan nomor khasnya, 63, dan menggunakan nomor 1 di motornya. Keputusan ini bukan hanya bentuk penghormatan pada tradisi lama, tetapi juga menunjukkan kebanggaannya sebagai pembalap Ducati pertama di era modern yang mampu mempertahankan kejayaan di kelas premier.
Bagnaia kembali mempertahankan gelarnya pada musim 2023, sehingga tetap menggunakan nomor 1 di musim 2024. Desain nomor 1 miliknya dibuat unik, dipadukan dengan identitas khas “Pecco” sehingga tetap mencerminkan karakternya. Meskipun tradisi memakai nomor 1 sudah jarang dipilih di era MotoGP modern, Bagnaia menjadi salah satu pembalap yang berani melakukannya, mengikuti jejak legenda seperti Mick Doohan, Jorge Lorenzo, dan Casey Stoner. Hal ini membuatnya dianggap sebagai penerus tradisi klasik di lintasan MotoGP.
9. Jorge Martín (2025)

Jorge Martín sukses merebut gelar juara dunia MotoGP pada musim 2024 bersama Pramac Ducati, sekaligus mencatat sejarah sebagai juara dunia pertama dari tim satelit. Di musim berikutnya, 2025, Martín memutuskan untuk meninggalkan nomor khasnya, 89, dan dengan bangga menggunakan nomor 1 di motornya. Keputusan ini semakin istimewa karena ia pindah ke Aprilia Racing, menjadikannya juara dunia bertahan pertama yang membela pabrikan asal Italia tersebut.
Nomor 1 di motor Aprilia milik Martín menandai awal era baru bagi tim, sekaligus memperlihatkan keberanian sang pembalap dalam melanjutkan tradisi klasik MotoGP. Kehadirannya dengan nomor 1 bukan hanya simbol supremasi pribadi, tetapi juga representasi kebangkitan Aprilia di kelas premier. Dengan gaya balap agresif dan konsistensinya, Jorge Martín kini menjadi ikon baru MotoGP yang siap mengukir sejarah bersama Aprilia.
10. FAQ

1. Mengapa tidak semua juara dunia menggunakan nomor 1?
Karena sebagian pembalap lebih memilih nomor pribadinya yang sudah ikonik, seperti Valentino Rossi dengan 46 atau Marc Márquez dengan 93.
2. Siapa pembalap terakhir yang menggunakan nomor 1 di MotoGP?
Jorge Martín memutuskan untuk meninggalkan nomor khasnya, 89, dan dengan bangga menggunakan nomor 1 di motornya.
3. Apa keuntungan menggunakan nomor 1?
Nomor 1 menunjukkan status resmi sebagai juara dunia, memberikan gengsi tambahan, dan bisa jadi motivasi mental bagi pembalap maupun tim.
4. Apakah ada risiko memakai nomor 1?
Ya, karena ekspektasi meningkat. Banyak juara bertahan justru gagal mempertahankan gelarnya setelah memilih nomor 1, contohnya Kenny Roberts Jr. dan Nicky Hayden.
5. Siapa pembalap yang konsisten menggunakan nomor 1 sepanjang dominasinya?
Mick Doohan. Ia memakai nomor 1 dari 1995 hingga 1999 selama lima musim beruntun bersama Honda.