Mengenang Kemenangan Emosional Ayrton Senna di GP Brasil 1991

Brasil punya sejarah panjang dalam gelaran Formula 1. Negara tersebut telah menjadi tuan rumah balapan jet darat sejak 1973. Tak hanya itu, sejumlah pembalap dari Negeri Samba juga berkompetisi di ajang balap tersebut. Salah satu yang terkenal adalah Ayrton Senna.
Sepanjang berkarier di Formula 1, Senna telah mengoleksi 3 gelar juara dunia, 41 kemenangan, dan 80 podium. Adapun sebanyak dua kemenangan berhasil diperoleh saat beradu cepat di hadapan publik negara sendiri. GP Brasil 1991 merupakan salah satu kemenangan kandang paling ikonik sekaligus emosional bagi Senna.
1. Ayrton Senna meraih kemenangan kandang untuk pertama kalinya pada 1991 meski mengalami masalah girboks
Tanggal 24 Maret 1991 merupakan hari penting bagi publik Brasil. Autodromo Jose Carlos Pace dipadati oleh penonton yang menyaksikan aksi para pembalap saling beradu cepat di lintasan. Saat itu, tak terlihat awan mendung menggelayut di area sirkuit.
Ayrton Senna punya peluang bagus untuk meraih kemenangan pada balapan tersebut. Itu karena dirinya memulai balapan dari pole position. Senna langsung tancap gas memimpin balapan begitu lampu start berwarna hijau menyala.
Lap balapan terus bertambah, tetapi Senna tetap kokoh di posisi pertama. Ia memimpin dengan keunggulan 3,243 detik atas Riccardo Patrese yang kala itu memperkuat Williams pada lap 27. Dari balik kemudi mobil McLaren MP4/6, Senna terus melesat meninggalkan rivalnya.
Namun, masalah muncul pada fase akhir balapan. Senna mengalami masalah girboks yang membuat mobilnya berada pada gir keenam. Keunggulannya atas Patrese terpangkas dari 40 detik menjadi 9,6 detik. Sementara itu, rintik hujan yang telah turun sejak pertengahan balapan tak menunjukkan tanda reda.
Masalah girboks memaksa Senna bekerja keras demi menyelesaikan balapan sebagai pemenang. Pada awal lap 71, Senna memiliki keunggulan 3,6 detik atas Patrese. Pada saat bersamaan, hujan deras mengguyur sirkuit. Senna mengangkat jari telunjuk seperti memberi isyarat perihal kondisi cuaca yang sedang terjadi. Namun, balapan tak berhenti lantaran itu adalah lap terakhir.
Senna terus mengemudikan mobilnya hingga bendera finis berkibar tepat di hadapannya. Ia sukses merampungkan balapan dengan kemenangan. Sorak sorai penonton bergema menyambut keberhasilan Senna yang mampu naik podium tertinggi di hadapan publik negaranya sendiri.
2. Bukan hanya girboks, Ayrton Senna juga mengalami sejumlah masalah saat berupaya memenangi GP Brasil 1991
Ayrton Senna membeberkan situasi yang harus dihadapinya pada lap terakhir GP Brasil 1991. Ia tak punya cara selain tetap balapan dalam kondisi girboks mobil bermasalah. Bahkan, mesin mobilnya hampir mati karena berada pada level rpm yang rendah.
"Pada lap terakhir, aku hanya bisa membiarkan mobilku berada pada level gir yang tertinggi. Hujan tak membantuku dan aku sangat berharap mereka menghentikan balapan. Aku hanya mendapatkan kecepatan mesin 2.000 rpm di tikungan lambat dan mesin mobilku hampir mati," ungkap Ayrton Senna kala itu dilansir F1i.
Masalah Senna tak hanya itu. Ia mengalami kram dan kejang otot saat berusaha menuntaskan balapan. Di sisi lain, Riccardo Patrese yang tampil lebih cepat terus menggerus keunggulan yang dimiliki Senna. Akan tetapi, Patrese tak punya banyak waktu sehingga Senna keluar sebagai pemenang.
"Mobil selalu ingin melaju lurus di tikungan cepat. Aku melihat Patrese datang dan diriku ragu apakah bisa bertahan. Namun, aku merasa tugasku di sini adalah meraih kemenangan. Aku terus mengemudikan mobil meskipun turun hujan," jelas Ayrton Senna.
"Akan tetapi, aku mulai mengalami kram dan kejang otot di bagian atas tubuh. Sebagian karena sabuk pengaman yang mengikat sangat kencang, sebagian juga karena emosi yang aku rasakan. Aku tak punya tenaga lagi setelah selesai balapan. Tuhan telah memberiku kemenangan pada balapan ini," sambungnya.
3. Mobil McLaren Mp4/6 yang mengantarkan Ayrton Senna meraih kemenangan di GP Brasil 1991 akan dilelang hingga 11 Desember 2025
Kemenangan GP Brasil 1991 adalah secuil kisah dari performa mengesankan Ayrton Senna pada musim tersebut. Setelah itu, Senna mengumpulkan poin demi poin yang berujung pada gelar juara ketiga dalam kariernya di Formula 1. Gelar juara tersebut sekaligus menjadi titel prestisius terakhir yang diraih Senna.
Berselang 34 tahun, mobil McLaren MP4/6 yang mengantarkan Senna merengkuh gelar juara akan dilelang lewat penawaran tertutup melalui salah satu rumah pelelangan mobil klasik, RM Sotheby's. Mobil tersebut telah disimpan oleh McLaren selama 30 tahun dan mengalami pemulihan ke kondisi siap balap sebelum dijual ke pemilik saat ini pada 2020. Nantinya, proses penawaran akan ditutup pada 11 Desember 2025.
McLaren MP4/6 juga akan dipamerkan dalam acara Abu Dhabi Collectors' Week pada 2--5 Desember 2025. Adapun perkiraan harga mobil tersebut adalah sebesar 12--15 juta dolar AS atau setara dengan 200,58--250,68 miliar rupiah. Penawar yang berminat dapat mendaftarkan diri di situs resmi RM Sotheby's.
Kemenangan Senna di negara sendiri pada 1991 menjadi bait cerita yang tak akan pudar. Sebab, ada tekad kuat yang Senna tunjukkan dalam situasi yang tak mudah. Meski sang pembalap telah lama berpulang, kisah perjuangannya akan selalu terkenang.


















