Akhir Cerita Piala Konfederasi, Piala sang Raja untuk Dunia

Gengsi ajang pemanasan intetrnasional #IDNTimesSport

Tak terasa Piala Dunia sudah di depan mata. Menilik kalender FIFA, Piala Dunia 2022 akan diselenggarakan pada bulan November dengan pertimbangan menghindari musim panas di negara Qatar.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Piala Dunia 2022 digelar tanpa turnamen pemanasan atau yang biasa kita kenal dengan nama Piala Konfederasi. Biasanya, turnamen yang mempertemukan juara dari berbagai benua ini diselenggarakan tepat setahun sebelum Piala Dunia berlangsung.

Namun, tahun ini Piala Konfederasi tak digelar karena problematika pandemi dan beberapa alasan lain dari FIFA.

Tetapi tahukah kamu, ternyata Piala Konfederasi awalnya bukan turnamen resmi dari FIFA, lho! Ajang ini merupakan turnamen yang diselenggarakan atas inisiasi Kerajaan Arab Saudi untuk menjadi turnamen persembahan bagi sang raja.

Penasaran bagaimana awal cerita lahirnya Piala sang Raja hingga bertransformasi menjadi Piala Konfederasi? Berikut kami sajikan ulasannya.

1. Awal lahirnya Piala sang Raja

Akhir Cerita Piala Konfederasi, Piala sang Raja untuk Duniapotret Saudi Arabia kontra Argentina di Piala Konfederasi 1992 (twitter.com/FIFAcom)

Pada tahun 1992, untuk pertama kalinya cikal bakal Piala Konfederasi diselenggarakan dengan nama King Fahd Cup. Nama ini diambil dari nama Raja Arab Saudi yakni, Fahd Abdulaziz Al-Saud untuk mengenang nama besar dan jasanya.

Edisi pertama turnamen ini hanya diikuti oleh 4 peserta, yakni Argentina sebagai juara Copa America 1991, Amerika Serikat sebagai juara Piala Concacaf 1991, Pantai Gading sebagai juara Piala Afrika 1992, dan Arab Saudi sebagai juara Piala Asia 1988 sekaligus menjadi tuan rumah turnamen.

Pada edisi King Fahd Cup pertama atau Piala Konfederasi 1992, Argentina berhasil mengukuhkan diri sebagai juara dengan mengalahkan Arab Saudi di babak final dengan skor 1-3.

2. Dari King Fahd Cup menjadi Piala Konfederasi 

Akhir Cerita Piala Konfederasi, Piala sang Raja untuk Duniapotret selebrasi timnas Denmark di gelaran King Fahd Cup 1995 (bt.dk)

Gelaran kedua King Fahd Cup digelar tahun 1995 dengan jumlah 6 negara peserta. Sama seperti edisi sebelumnya, perwakilan juara tiap benua diundang guna menyemarakkan acara. Denmark dari Eropa, Jepang dari Asia, Argentina dari Amerika Selatan, Mexico dari Amerika Utara dan Nigeria dari Afrika, diundang untuk bertanding melawan Arab Saudi sebagai tuan rumah.

Di gelaran kedua ini, Denmark muncul sebagai juara setelah mengalahkan Argentina di partai puncak. Pada gelaran kedua ini, FIFA mulai melirik King Fahd Cup untuk menjadi kompetisi internasional yang resmi.

Benar saja, pada penyelenggaraan ketiga di tahun 1997, FIFA mulai mengambil alih kepengurusan King Fahd Cup sekaligus mengubah secara permanen nama King Fahd Cup menjadi Piala Konfederasi yang berarti Piala Persekutuan. Nama konfederasi dipilih FIFa karena dirasa merepresentasikan wujud nyata misi persatuan dunia.

Baca Juga: Ide Gila Italia dan Arab Saudi Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2030

3. Perkembangan Piala Konfederasi

Akhir Cerita Piala Konfederasi, Piala sang Raja untuk Duniapotret skuad timnas Prancis di Piala Konfederasi 2001 (athlet.org)

Pelaksanaan Piala Konfederasi pertama diadakan di tahun 1997. FIFA merubah beberapa format turnamen ini, seperti jumlah peserta yang awalnya tidak menentu menjadi tetap dengan format 8 peserta yang berasal dari juara-juara di enam wilayah benua beserta juara Piala Dunia dan tuan rumah turnamen.

Mexico menjadi tuan rumah pertama Piala Konfederasi yang diselenggarakan di luar Arab Saudi pada gelaran ke-4 pada tahun 1999. Korelasi antara tuan rumah Piala Dunia dan tuan rumah Piala Konfederasi baru tercipta pada penyelenggaraan tahun 2001 yang dilaksanakan di Korea Selatan & Jepang.

Pada tahun itu, untuk pertama kalinya juga Piala Konfederasi dilaksanakan tepat 1 tahun sebelum penyelenggaraan Piala Dunia di venue yang sama dengan venue penyelenggaraan Piala Dunia.

4. Kontroversi Piala Konfederasi 

Akhir Cerita Piala Konfederasi, Piala sang Raja untuk Duniapotret skuad Jerman di Piala Dunia 2002 (soccerfootballwhatever.com)

Di luar misinya menjadi corong persatuan dunia,  Piala Konfederasi juga mendapatkan kritik dari beberapa pihak yang kontra dengan ide turnamen ini. Piala Konfederasi dinilai terlalu sering dilaksanakan sehingga mengganggu kondisi pemain.

Kritik itu menjadi wajar mengingat sebelum penyelenggaraan Piala Konfederasi seteratur sekarang, penyelenggaraannya masih dilaksanakan setiap 2 tahun sekali dengan tuan rumah yang masih harus ditentukan pula.

Akhirnya, sejak penyelenggaraan Piala Konfederasi 2005 di Jerman, turnamen ini rutin dilaksanakan tiap 4 tahun sekali dan dilaksanakan setahun sebelum turnamen Piala Dunia. 

5. Akhir Cerita Piala Konfederasi 

Akhir Cerita Piala Konfederasi, Piala sang Raja untuk Duniapotret Rapat Dewan FIFA (binsidethegames.biz)

Piala Konfederasi 2021 seharusnya bisa diselenggarakan di Qatar tahun ini. Namun, penyelenggaraan Piala Konfederasi resmi dihapuskan dan digantikan keberadaannya oleh Piala Dunia Antar Klub dengan format yang baru, yakni diikuti oleh 24 peserta.

Hal ini merujuk pada hasil keputusan Dewan FIFA yang mendorong dan menyetujui pembentukan kompetisi Piala Dunia Antar Klub dengan format 24 peserta. Meski begitu belum diketahui pasti format lengkap dan jadwal resmi penyelenggaraan turnamen baru ini.

Itulah akhir cerita dari Piala Konfederasi, piala pemersatu dunia persembahan sang raja. Semoga saja dengan Piala Dunia antar klub dengan format baru ini memiliki atmosfer yang sama bahkan lebih seru dan juga bisa mempersatukan dunia melalui sepak bola, layaknya Piala sang Raja.

Baca Juga: Solidaritas Bintang Dunia Protes Piala Dunia 2022 Qatar

Mufqi Fajrurrahman Photo Verified Writer Mufqi Fajrurrahman

Lagi seneng tidur

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya