Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Haiti ke Piala Dunia 2026 di Tengah Gejolak Politik dan Kemanusiaan

Ilustrasi bendera Haiti. (instagram.com/lapointefoundation)
Ilustrasi bendera Haiti. (instagram.com/lapointefoundation)
Intinya sih...
  • Krisis kemanusiaan dan gejolak politik di Haiti bermula ketika Presiden Jovenel Moise dibunuh pada 2021.
  • Tentang kisah unik Sebastian Migne Pelatih Haiti, Sebastien Migne, tak pernah menginjakkan kaki di tanah Haiti sejak diangkat jadi pelatih per 2024.
  • Berjuang di tengah keterbatasan Haiti tetap berjuang meski terbatas.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Terkadang, situasi buruk justru bisa memantik semangat untuk berbuat lebih baik. Skandal Calciopoli bikin Italia juara Piala Dunia 2006. Kini, giliran Haiti ke Piala Dunia 2026 di tengah gejolak politik dan kemanusiaan yang dialaminya.

Sudah lama Haiti tidak mentas di Piala Dunia. Terakhir mereka main di ajang itu, terjadi pada 1974 silam. Ketika itu, Belanda sedang jaya dengan total football. Namun, juaranya tetap Jerman.

Sudah 52 tahun lamanya Haiti absen dari ajang tersebut. Kini, dengan bensin dari gejolak politik dan kemanusiaan, Haiti justru bangkit dan menunjukkan diri bisa ke Piala Dunia.

1. Diawali pembunuhan presiden pada 2021

Krisis kemanusiaan dann gejolak politik di Haiti bermula ketika Presiden Jovenel Moise dibunuh pada 2021. Ketiadaan presiden memicu kosongnya kekuasaan dan ketidakstabilan politik berkepanjangan.

Akhirnya, kekuasaan geng bersenjata pun merebak di Haiti, termasuk di ibu kota negara, Port au Prince. Keterbatasan melanda Haiti, tetapi tim nasional sepak bolanya tidak menyerah.

2. Tentang kisah unik Sebastian Migne

Kisah unik dari pelatih Haiti, Sebastien Migne, mungkin bisa jadi contoh kelamnya suasana kebatinan dalam negeri. Sejak diangkat jadi pelatih Haiti per 2024, tak pernah sekalipun dia menginjakkan kaki di tanah Haiti.

Bagi Migne, situasi ini janggal. Selama karier kepelatihannya, terutama ketika melatih Timnas, tinggal di negara tempatnya bekerja adalah sebuah kewajiban. Namun, Haiti memberinya cerita berbeda.

"Saya biasanya hidup di negara di mana saya melatih, tetapi itu tak berlaku di sini (Haiti). Tidak ada lagi penerbangan internasional yang datang ke sana. Terlalu berbahaya," kata Migne, dilansir ESPN FC.

3. Berjuang di tengah keterbatasan

Di tengah segala keterbatasan, Haiti tetap berjuang. Agar lebih mengenal skuad, Migne mengandalkan Federasi Sepak Bola Haiti (FHF) untuk mengumpulkan beragam data terkait pemain dan kompetisi di sana.

Selain itu, Migne juga meminta bantuan satu pemain untuk menjadi jembatanya dengan skuad. Dia adalah Jean-Ricner Bellegarde, yang kini mentas di Wolverhampton Wanderers (Wolves).

Beruntung bagi Migne, para pemain Haiti banyak yang mentas di tim lima liga top Eropa. Selain Bellegarde di Wolves, ada Josue Casimir yang main di Auxerre, Cartens Arcus bersama Angers, hingga Hannes Delcroix dengan panji Burnley.

Perpaduan inilah yang bikin Haiti kuat. Di babak kedua, mereka bersaing ketat dengan Curacao, yang juga lolos ke Piala Dunia 2026. Masuk babak ketiga, mereka kangkangi dua negara legendaris, Honduras dan Kosta Rika.

Perkara kandang, Haiti mengandalkan negara-negara tetangga. Terkadang mereka berkandang di Barbados atau Trinidad and Tobago. Di babak ketiga, mereka main di Curacao. Menjadi musafir tak masalah bagi Haiti.

4. Lolos lagi ke Piala Dunia

Meski dilanda kesulitan berupa gejolak politik dan krisis kemanusiaan, Haiti akhirnya tetap menjejakkan kaki ke Piala Dunia. Untuk sesaat, tak ada lagi ketakutan di jalanan Port Au Prince. Yang ada hanya kebanggaan dan kesenangan.

Bagi Haiti, kelolosan ini jadi sesuatu yang bersejarah. Setelah menannti 52 tahun lamanya, mereka akhirnya bisa merasakan lagi panggung Piala Dunia. Hal itu membuat Bellegarde bangga.

"Saya merasa menjadi wakil dari keluarga saya. Haiti adalah negara kecil, tetapi kami sekarang akan tampil di Piala Dunia 2026. Itu adalah kesempatan besar bagi kami semua," ujar Bellegarde.

Lebih dari itu, cerita kembali mencatatkan, gejolak dan krisis bisa jadi bensin bagi sebuah tim berprestasi. Lolos ke Piala Dunia 2026 tak sekadar sejarah, tetapi cara Haiti memberikan kebahagiaan untuk masyarakatnya, walau sesaat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us

Latest in Sport

See More

Jadwal Laga Babak 16 Besar Wakil Indonesia di Australian Open 2025

20 Nov 2025, 08:43 WIBSport