Kaleidoskop: Antara Marquez, Bagnaia, dan Tonggak VR46

Drama di MotoGP musim 2023 begitu menarik

Jakarta, IDN Times - Kiprah Marc Marquez di MotoGP musim 2023 masih belum stabil. Awan gelap belum beranjak dari kepala Marquez dan terus menyelimutinya.

Meski begitu, Marquez sejatinya mendapat sedikit angin segar sepanjang 2023. Dalam beberapa seri jelang akhir musim, dia malah berhasil masuk podium.

Sebuah kelegaan, sekaligus harapan buatnya untuk bersaing setelah periode yang sulit di beberapa musim terakhir. Podium itu pun diraih oleh Marquez dengan menggunakan motor RC213V milik Repsol Honda yang dianggap kurang prima.

Atmosfer berbeda akan dirasakan Marquez musim depan. Sebab, untuk pertama kalinya dia akan mengaspal dengan tim lain, yakni Gresini Racing.

Harapan baru mengemuka. Sebab, Marquez akhirnya membalap dengan motor Ducati yang selama ini dianggapnya sebagai terbaik dalam tiga musim terakhir.

Menarik ketika membahas kiprah Marquez di musim lalu. Pun, ada baiknya juga kita kilas balik bagaimana keperkasaan Francesco Bagnaia di MotoGP 2023. Berikut IDN Times sajikan buat kamu lewat Kaleidoskop 2023.

1. Marquez masih kewalahan

Kaleidoskop: Antara Marquez, Bagnaia, dan Tonggak VR46pembalap Gresini Racing, Marc Marquez (motogp.com)

Marquez mengawali musim 2023 dengan kondisi fisiknya yang belum prima. Pada seri Portugal, dia tak bisa finis.

Itu karena Marquez bertabrakan dengan Miguel Oliveira di Sirkuit Algarve, 27 Maret 2023. Manuver Marquez memang begitu agresif saat itu.

Ketika hendak melewati tikungan ketiga, motor Marquez mulai hilang keseimbangannya. Hingga akhirnya, Marquez menyenggol motor Oliveira dan membuatnya jatuh.

Akibat tabrakan itu, Marquez mengalami cedera retak tulang tangan. Itu memaksanya absen di tiga seri beruntun, Argentina, Amerika Serikat, hingga Spanyol.

Ketika kembali di seri Prancis, Marquez juga mengalami kesialan. Dia gagal finis karena kembali mengalami crash. Hal itu terjadi pula di Italia dan membuatnya mengalami cedera rusuk.

Bahkan, pada MotoGP Jerman dan Belanda, Marquez sama sekali gak start akibat cedera rusuk. The Baby Alien kembali mengaspal di Inggris, sialnya lagi-lagi gagal finis.

Setelah penantian yang panjang, Marquez akhirnya bisa finis di MotoGP. Itu terjadi pada seri Austria dengan menempati posisi 13.

"Ya, tampak seperti lelucon, tetapi itu kenyataannya. Ini pertama kalinya saya bisa menyelesaikan balapan, dan dapat poin pertama musim ini dalam sesi balapan," ujar Marquez dilansir Crash.

Setelah finis di Austria, Marquez mulai rutin menyelesaikan balapan. Tapi, dia belum bisa menembus podium hingga seri India. Hanya saja, setidaknya grafik Marquez terus meningkat saat itu dengan mulai masuk 10 besar sejak seri San Marino dan India.

Podium pertama baru didapat Marquez dalam seri Jepang. Saat mengaspal di Motegi, dia bisa merebut podium ketiga. Sialnya, ketika mengaspal di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Marquez malah jatuh dan gagal finis.

Apa yang diraih Marquez di Motegi ternyata menjadi satu-satunya pada musim 2023. Setelahnya, Marquez gak mampu tembus podium lagi.

Dari pencapaian inilah, Marquez berpikir ulang tentang masa depannya di Honda. Akhirnya, dia memutuskan pindah ke Gresini Racing. Alasannya jelas, Marquez mau mencoba motor Ducati di Gresini yang dianggap lebih kompetitif.

Ketika pertama kali mencobanya di tes pascamusim, Marquez mulai menebar senyumnya. Dia terlihat optimistis bisa bersaing di musim 2024.

Direktur Olahraga Ducati, Paolo Ciabatti, mengaku tak heran melihat senyum Marquez. Menurutnya, Marquez sudah terkesima dengan kualitas yang dimiliki oleh Ducati, sampai-sampai menunjukkan wajah gembira seperti itu.

"Ketika sebuah pabrikan mampu menang dengan enam pebalap berbeda, itu berarti motornya bagus dan cocok untuk karakter pembalap yang berbeda di MotoGP. Dalam hal ini, saya tidak mengharapkan sesuatu yang sulit untuk Marc Marquez," ujar Ciabatti.

Jadi, bisa bangkit di 2024, Marquez?

Baca Juga: Kaleidoskop 2023: Indonesia Jadi Rumah Piala Dunia

2. Dominasi Bagnaia dan Ducati berlanjut

Kaleidoskop: Antara Marquez, Bagnaia, dan Tonggak VR46selebrasi Francesco Bagnaia bersama tim Ducati Corse (instagram.com/pecco63)

Musim 2024 masih menjadi milik Ducati dan Francesco Bagnaia. Performa Bagnaia pada dasarnya tak terlalu prima seperti musim lalu.

Dia sempat tiga kali gagal finis dan mundur di MotoGP Catalunya. Kemudian, pada seri kedua di Argentina, Bagnaia malah finis di posisi 16, pencapaian yang tak seharusnya muncul.

Hanya saja, semua catatan itu tertutupi dengan banyaknya podium yang diraih Bagnaia. Dalam balapan utama, Bagnaia sering meraih podium.

Tercatat, dia meraih podium pertama tujuh kali. Lalu, Bagnaia finis di posisi runner up sebanyak enam kali dan peringkat tiga dalam dua seri.

Secara keseluruhan, Bagnaia gak terlalu jago di sprint race. Catatannya kalah dari sang rival, Jorge Martin.

Menariknya, persaingan Bagnaia dan Martin malah dibuat seru oleh sprint race. Pada musim pertama format ini diberlakukan, Martin bisa memanfaatkannya dengan baik.

Dia menempel Bagnaia setelah menjadi raja sprint race di musim 2023. Total, Martinator meraih podium di sprint race sebanyak 14 kali. Jumlah itu melebihi Bagnaia yang cuma meraih 13 podium di sprint race. Ditambah, Martin lebih sering finis pertama di sprint race, delapan kali.

Martin sempat membuat persaingan puncak klasemen panas, karena bisa menipiskan jarak menjadi tiga poin usai berjaya di Motegi. Bahkan, memasuki seri Mandalika, Martin sempat menggusur posisi Bagnaia dari puncak klasemen usai memenangkan sprint race.

Saat itu, Martin menggusur Bagnaia yang cuma finis di posisi delapan. Dengan catatan itu, Martin unggul tujuh poin.

Kesialan justru terjadi di balapan utama. Dia gagal finis di MotoGP Mandalika dan memaksanya turun tahta karena Bagnaia pada akhirnya bisa jadi juara. Jarak poin melebar dan memunculkan momentum buat Bagnaia.

Setelah insiden ini, Martin makin susah kejar Bagnaia. Berbagai kesialan, menimpa Martin. Puncaknya terjadi di Sirkuit Lusail, Qatar.

Martin gak bisa menembus podium. Dia kalah saing dan diduga akibat performa ban yang kurang maksimal. Hingga, Martin crash di Valencia dan Bagnaia juara tanpa harus menunggu balapan selesai.

Bagnaia pada akhirnya bisa menyempurnakan gelar juaranya setelah finis di posisi pertama MotoGP Valencia, yang menjadi seri penutup.

"Gelar juara dunia adalah sebuah mimpi, ini musim yang bagus. Saya selalu bermimpi memenangkan gelar dengan memenangkan perlombaan," kata Bagnaia selepas balapan dilansir ILFaro.

3. VR46 buka lembaran baru

Kaleidoskop: Antara Marquez, Bagnaia, dan Tonggak VR46Pembalap VR46, Fabio Di Giannantonio, saat mengaspal di tes pascamusim Valencia, Selasa (28/11/2023) (dok. VR46 Racing Team)

Musim 2023 juga menjadi salah satu momentum buat VR46 Racing Team. Kerja sama dengan perusahaan fintech asal Italia, Mooney, selesai di akhir tahun.

Situasi itu direspons dengan begitu mengejutkan. VR46 akhirnya menggandeng Pertamina Lubricants sebagai title partner mulai 1 Januari 2024 mendatang. Keduanya bekerja sama selama tiga tahun ke depan.

"Menyambut Pertamina Lubricants, yang menjadi title partner VR46 Racing Team selama tiga musim, menjadi jalan krusial dalam sejarah tim. Sebuah kerja sama yang penting dan kemajuan dalam mencapai target kami," kata Direktur Tim VR46, Alessio Salucci, lewat surat elektroniknya kepada IDN Times, Sabtu lalu (16/12/2023).

Direktur Utama PT Pertamina Lubricants, Werry Prayogi, merasa begitu puas bisa bekerja dengan VR46. Sebab, kolaborasi dengan VR46 bisa membuka akses lebih luas dalam misi Pertamina Lubricants untuk ekspansi ke pasar internasional.

"Kerja sama antara Pertamina Lubricants dan VR46 Racing Team adalah langkah strategis untuk memperluas visi kami menjadi juara di industri pelumas. Ini merupakan bukti bahwa VR46 Racing Team dan Valentino Rossi menaruh kepercayaan yang tinggi pada kualitas internasional Pertamina Enduro," ujar Werry.

Memang, ada kepentingan yang berbeda dari kedua elemen. Pertamina Lubricants hendak penetrasi ke pasar Eropa, melalui Italia menjadi pilihannya. Itu masuk akal karena Italia merupakan raksasa otomotif Eropa keempat dan masuk dalam 20 besar dunia.

Sementara, VR46 mau menjadikan Indonesia sebagai fans hub di kawasan Asia Tenggara bahkan Asia. Wajar, karena Indonesia punya fans yang loyal.

VR46 juga tak berhenti dalam urusan bisnis dalam terobosannya. Mereka berani mengambil keputusan dengan merekrut pembalap di luar akademi, Fabio Di Giannantonio, demi mengisi slot kosong yang ditinggalkan Luca Marini.

Ternyata, ada alasan khusus mengapa kebijakan ini diambil. Manajemen VR46 menilai, belum ada pembalap akademi yang siap bersaing di level MotoGP. Sementara, Diggia dengan pengalaman dan perkembangannya, dianggap menjadi tandem pas buat Marco Bezzecchi. Jadi, apakah VR46 musim depan bisa meledak? Patut dinantikan nih!

Baca Juga: Kaleidoskop: 7 Atlet Indonesia Paling Bersinar Sepanjang 2023

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya