MotoGP 2027 Alami Reset Besar, Ducati Siap Hadapi Tantangan Baru
- Perubahan besar di 2027 MotoGP termasuk pengurangan kapasitas mesin, larangan perangkat ride height, dan penggunaan ban Pirelli.
- Dominasi Ducati dalam MotoGP 2025 dengan Marc Marquez yang meraih 16 kemenangan dari 18 seri musim tersebut.
- Ducati terbilang babak belur di MotoGP Indonesia 2025, dengan kedua pembalap tim utama gagal finis dan Marc Marquez mengalami cedera.
Jakarta, IDN Times – Dunia MotoGP akan memasuki era baru mulai musim 2027, seiring rencana besar perubahan regulasi teknis yang bisa mengguncang peta persaingan di lintasan. Mulai dari pengurangan kapasitas mesin menjadi 850cc, pelarangan perangkat ride height, hingga ban resmi berganti ke Pirelli—regulasi ini disebut-sebut sebagai “reset besar” MotoGP modern.
Namun, di tengah dinamika ini, semua mata masih tertuju pada Ducati. Pabrikan asal Bologna itu tampil sebagai kekuatan dominan dalam beberapa musim terakhir, terutama pada MotoGP 2025 yang nyaris mereka sapu bersih. Maka, pertanyaannya: bisakah perubahan regulasi menjegal dominasi Ducati?
1. Perubahan Besar di 2027
Perubahan utama di 2027 adalah pengurangan kapasitas mesin dari 1000cc menjadi 850cc, langkah yang diambil demi meningkatkan keselamatan dan menekan kecepatan puncak. Selain itu, perangkat ride height—yang selama ini menjadi senjata andalan Ducati untuk mengoptimalkan akselerasi keluar tikungan—akan dilarang total.
Belum cukup sampai di situ, Dorna juga resmi menggandeng Pirelli sebagai pemasok ban tunggal menggantikan Michelin. Ban baru ini dipastikan akan memengaruhi karakter motor secara signifikan, terutama dari sisi traksi dan daya tahan.
Namun, sebagian pembalap justru melihat Ducati tetap berada di jalur yang tepat. Miguel Oliveira, salah satu pembalap yang aktif menyuarakan pandangannya, menilai Ducati punya modal besar menghadapi transisi regulasi.
“Saya rasa tidak akan banyak berubah. Ducati masih unggul. Mereka punya motor hebat dan pengalaman luas dalam menyesuaikan diri dengan perubahan. Mereka pasti bisa beradaptasi,” ujar Oliveira dikutip Crash.
2. Ducati Masih Digdaya di 2025, Mandalika Jadi Pengecualian
Dominasi Ducati di musim 2025 tak terbantahkan. Dari total 18 seri yang digelar, motor Ducati memenangi 16 seri, angka yang mendekati rekor musim terbaik mereka. Kehadiran Marc Marquez sebagai ujung tombak utama, ditambah Francesco Bagnaia dan Alex Marquez, menjadikan Ducati kekuatan absolut di lintasan.
Namun, jika ada satu sirkuit yang memberi mimpi buruk bagi Ducati, itu adalah Sirkuit Mandalika di Nusa Tenggara Barat. Di tengah dominasi global mereka, Ducati justru babak belur di MotoGP Indonesia 2025.
Dua pembalap utama, Francesco Bagnaia dan Alex Marquez, gagal finis. Marc Marquez mengalami kecelakaan berat, yang berujung cedera. Tim satelit seperti VR46 dan Pramac pun kesulitan menembus sepuluh besar.
Satu-satunya titik terang datang dari Fermin Aldeguer (Gresini Racing) yang tampil brilian menjadi juara, sementara Alex Marquez—yang saat itu membalap untuk tim satelit—mengamankan posisi ketiga.
3. Babak belur di Mandalika
Kegagalan Ducati di Mandalika bukan tanpa sebab. Karakteristik layout sirkuit yang mengalir, berpadu dengan aspal abrasif dan suhu tinggi, membuat setup Ducati yang mengandalkan traksi mekanik dari ride height device menjadi tidak efektif.
Kondisi lintasan Mandalika juga dikenal sulit diprediksi, dengan tingkat grip yang berubah-ubah akibat debu dan pasir. Ini membuat Ducati—yang selama ini mengandalkan stabilitas dan power delivery—kehilangan daya cengkeram optimal, terutama saat keluar tikungan cepat.
Ban juga memegang peran penting. Karakter Michelin di suhu tropis Indonesia kerap membuat Ducati overheat di sektor belakang, menyebabkan degradasi lebih cepat dibanding motor lain seperti Yamaha atau Aprilia yang lebih ringan dan fleksibel.
Meski perubahan regulasi MotoGP 2027 digadang-gadang akan meruntuhkan dominasi Ducati, faktanya justru bisa sebaliknya. Keputusan menghapus ride height device dan menurunkan kapasitas mesin bisa mendorong persaingan jadi lebih seimbang. Tapi di sisi lain, Ducati dikenal sangat agresif dalam pengembangan teknologi dan cepat beradaptasi dengan regulasi baru.
Jika sejarah jadi acuan, Ducati pernah bangkit lebih kuat dari perubahan sebelumnya. Maka, alih-alih tersingkir, Ducati justru berpeluang semakin menjauh dari para pesaingnya, apalagi dengan sumber daya teknis, pembalap kelas dunia, dan jaringan tim satelit yang solid.