4 Juara Liga Europa yang Tampil Buruk di Liga Domestik

Manchester United dan Tottenham Hotspur menjadi dua perwakilan English Premier League (EPL) yang melaju ke semifinal Liga Europa 2024/2025. Manchester United melangkah ke semifinal setelah menaklukan Olympique Lyon secara dramatis. Sementara, Tottenham Hotspur sukses menjinakkan Eintracht Frankfurt.
Menariknya, kesuksesan kedua tim tersebut di Liga Europa berbanding terbalik dengan posisi mereka di EPL. Hingga pekan ke-33, Manchester United masih tertahan di posisi ke-14, sementara Tottenham Hotspur di posisi ke-16. Gelar juara Liga Europa bisa menjadi obat pada tengah musim yang sulit bagi keduanya.
Jika menilik sejarah, ada beberapa tim yang mampu menjadi juara Liga Europa meski tampil buruk di liga domestik. Mereka bahkan menyelesaikan musim di luar sepuluh besar di liga masing-masing. Berikut empat juara Liga Europa yang tampil buruk di liga domestik.
1. Eintracth Frankfurt finis kesebelas di Bundesliga Jerman ketika menjuarai Liga Europa 2021/2022
Eintracht Frankfurt asuhan Oliver Glasner sukses menjadi Liga Europa 2021/2022. Perjalanan mereka diawali dengan memuncaki Grup D yang juga dihuni Olympiacos, Fenerbahce, dan Royal Antwerp. Frankfurt lantas menyingkirkan dua tim Spanyol, Real Betis dan Barcelona, pada 16 besar dan perempat final dengan agregat serupa 3-2.
Pada semifinal, tim berjuluk Die Adler tersebut sukses menjinakkan West Ham United dengan agregat 3-1. Frankfurt akhirnya menjadi juara usai mengalahkan Rangers melalui drama adu penalti. Itu merupakan gelar juara Liga Europa kedua bagi Frankfurt.
Performa apik Frankfurt di Liga Europa ternyata tak berbanding lurus dengan performa mereka di Bundseliga Jerman. Start buruk dengan hanya 1 kemenangan dari 10 laga awal membuat Frankfurt kesulitan. Mereka pun hanya mampu mengakhiri musim di peringkat kesebelas.
2. Sevilla hanya menempati urutan ke-12 LaLiga Spanyol ketika menjuarai Liga Europa 2022/2023
Gelar juara Liga Europa 2022/2023 benar-benar seperti sebuah keajaiban bagi Sevilla. Bagaimana tidak, mereka benar-benar terupuruk di LaLiga Spanyol dengan finis di posisi ke-12. Tim yang bermarkas di Ramon Sanchez Pizjuan tersebut bahkan sempat beberapa pekan menghuni zona degradasi.
Sevilla tampil di Liga Europa setelah hanya menjadi peringkat ketiga grup G Liga Champions di bawah Manchester City dan Borussia Dortmund. Perjalanan Sevilla untuk menjuarai Liga Europa terbilang tak mudah. Sebab, mereka harus menghadapi deretan raksasa Eropa sebelum menjadi juara.
Sevilla sukses memulangkan PSV Eindhoven pada playoff dan Fenerbahce pada 16 besar. Mereka kemudian menyingkirkan Manchester United pada perempat final serta Juventus pada semifinal. Sevilla menjadi juara usai menang adu penalti atas AS Roma pada partai final.
3. Schalke 04 berada di urutan ke-12 Bundesliga Jerman ketika menjuarai Piala UEFA 1996/1997
Schalke 04 menjadi tim Jerman dengan posisi terburuk di liga domestik yang menjadi juara Liga Europa. Schalke menjadi juara pada 1996/1997 ketika kompetisi tersebut masih bernama Piala UEFA. Prestasi apik tersebut berbanding terbalik dengan performa mereka di Bundesliga yang hanya finis di urutan ke-12.
Performa buruk Schalke di Bundesliga sudah terlihat sejak pekan pembuka di mana mereka takluk 0-4 dari VFB Stuttgart. Schalke yang hanya menorehkan 2 kemenangan dari 8 laga awal kemudian memecat Joerg Berger dari kursi kepelatihan. Huub Stevens yang tampil sebagai pengganti tak mampu mengatrol posisi Schalke yang hanya finis di urutan ke-12.
Stevens justru mampu membawa Schalke tampil perkasa di Piala UEFA. Pada tiga babak awal, Schalke sukses memulangkan Roda JC, Trabzonspor, dan Club Brugge. Schalke kemudian menyingkirkan dua tim Spanyol, Valencia dan Tenerife, pada perempat final dan semifinal.
Pada final, Schalke sudah ditunggu Inter Milan asuhan Roy Hodgson. Kedua tim berbagi kemenangan dengan skor 1-0 pada final yang berlangsung dalam dua leg. Pada adu penalti, ketenangan Jens Lehmann di bawah mistar sukses membawa Schalke keluar sebagai juara Piala UEFA untuk kali pertama.
4. Inter Milan menempati urutan ke-13 Serie A Italia ketika menjuarai Piala UEFA 1993/1994
Musim 1993/1994 menjadi salah satu musim terburuk Inter Milan di Serie A dalam sejarah tim. Bagaimana tidak, Inter Milan yang dikenal sebagai salah satu raksasa Italia hanya mampu bertengger di urutan ke-13. Posisi itu diraih Nerazzurri setelah hanya meraih 2 kemenangan dari 13 pertandingan terakhir Serie A.
Buruknya performa Inter Milan di Serie A sedikit terobati dengan gelar Piala UEFA. Nerazzurri mengawali perjalanan mereka dengan menaklukan Rapid Bucharest, Apollon Limassol, dan Norwich City pada tiga babak awal. Inter Milan kemudian menyingkirkan Borussia Dortmund pada perempat final dan sesama tim Serie A, Cagliari, pada semifinal.
Pada final, Inter Milan bertemu SV Casino Salzburg atau yang kini bernama Red Bull Salzburg. Pada leg pertama, Nerazzuri meraih kemenangan berkat gol tunggal Nicola Berti. Leg kedua juga menjadi milik Inter Milan setelah Wim Jonk menjadi satu-satunya pencetak gol. Agregat 2-0 membuat Inter Milan mengangkat trofi Piala UEFA untuk kali ketiga.
Inter Milan masih menjadi juara Liga Europa dengan posisi finis terburuk di liga domestik. Rekor itu bisa saja pecah jika Manchester United atau Tottenham Hotspur menjadi juara dan tak beranjak dari posisi mereka saat ini di EPL.