Analisis Man City vs Liverpool Edisi I di Premier League 2025/2026

- Kemenangan pertama Man City atas Liverpool sejak April 2023
- Jeremy Doku tampil gemilang dengan mengobrak-abrik pertahanan Liverpool
- Liverpool telah menelan 5 kekalahan dari 11 laga liga, rekor terburuk bagi juara bertahan
Manchester City memanfaatkan momentum laga ke-1.000 Pep Guardiola sebagai pelatih untuk mengirim pesan tegas kepada seluruh pesaing di English Premier League (EPL) 2025/2026. Dalam duel sarat gengsi di Etihad Stadium, mereka menundukkan Liverpool dengan skor 3-0 yang menggambarkan perbedaan kualitas dan ritme permainan antara dua rival teratas Inggris. Kemenangan ini sekaligus menandakan kebangkitan tim setelah musim lalu dua kali dipermalukan tim asuhan Arne Slot.
Liverpool datang ke Manchester dengan optimisme setelah menaklukkan Real Madrid di Liga Champions Eropa, tetapi performa mereka di Etihad menjadi kontras total dari kemenangan itu. The Reds tampil lamban, kehilangan intensitas, dan gagal menahan gempuran The Cityzens yang tampak lebih bertenaga dan terstruktur. Malam itu, Guardiola tidak hanya merayakan tonggak pribadi, tetapi juga sebagai pernyataan, Manchester City belum selesai dalam perebutan takhta juara Premier League.
1. Kemenangan Manchester City atas Liverpool menjadi yang pertama sejak April 2023
Manchester City menampilkan permainan yang identik dengan ciri khas Pep Guardiola dengan penguasaan bola sabar, sirkulasi umpan presisi, dan kontrol ruang yang nyaris sempurna. Gol pembuka Erling Haaland pada menit ke-29 menjadi buah dari 19 umpan beruntun yang melibatkan seluruh pemain outfield Manchester City. Umpan silang Matheus Nunes dari sisi kanan disambut tandukan Haaland yang tak mampu dijangkau Giorgi Mamardashvili. Itu menjadi gol ke-99 sang striker di Premier League, sekaligus simbol kembalinya mesin kolektif tim yang sempat tumpul musim sebelumnya.
Guardiola menurunkan formasi cair dengan Rayan Cherki dan Phil Foden bermain lebih ke dalam untuk menciptakan keunggulan jumlah pemain di lini tengah. Pola itu membuat Liverpool kesulitan menekan dan membuka ruang bagi Nico Gonzalez yang menambah gol kedua lewat tembakan defleksi dari luar kotak penalti jelang turun minum. Menurut Opta Analyst, Manchester City unggul jauh dalam metrik serangan dan menahan Liverpool tanpa tembakan tepat sasaran hingga menit ke-76. Statistik itu menggambarkan kontrol penuh yang dimiliki tuan rumah sepanjang laga.
Kemenangan 3-0 ini menjadi yang pertama bagi Manchester atas Liverpool sejak April 2023, sekaligus mengakhiri empat pertemuan tanpa kemenangan di liga. Dalam konteks perebutan gelar juara, hasil ini sangat krusial. The Cityzens kini mengoleksi 22 poin, hanya terpaut 4 dari Arsenal di puncak klasemen dan mempertegas posisi mereka sebagai penantang utama. Guardiola tak ragu menyebut performa anak asuhnya sangat baik dari awal hingga akhir dan memuji bagaimana timnya kembali menemukan keseimbangan permainan setelah musim lalu sempat goyah.
2. Jeremy Doku tampil gemilang dengan mengobrak-abrik pertahanan Liverpool
Jeremy Doku tampil sebagai motor utama dalam kemenangan Manchester City atas Liverpool. Pemain asal Belgia ini tidak hanya mencetak gol penutup pada menit ke-63, tetapi juga menjadi sumber utama ancaman dari sisi kiri yang terus menekan pertahanan lawan. Berdasarkan analisis Opta Analyst, lebih dari setengah serangan Manchester City mengalir melalui kombinasi Doku dan Nico O’Reilly yang berulang kali memecah struktur pertahanan Liverpool lewat kecepatan dan koordinasi di sektor tersebut.
Keunggulan Doku tidak berdiri sendiri, ia juga mengeksploitasi kelemahan struktural Liverpool. Dalam analisis taktis BBC, ketidaksiapan Mohamed Salah membantu pertahanan membuat Conor Bradley kerap menghadapi situasi 2 lawan 1 melawan Doku dan O’Reilly. Setiap kali O’Reilly melakukan overlap, Bradley harus memilih antara menutup ruang Doku atau mengikuti pergerakan sang bek, dilema yang berulang sepanjang laga. Alhasil, Doku memiliki kebebasan penuh untuk memotong ke dalam dan melepaskan tembakan melengkung yang menutup skor menjadi 3-0.
Performa Doku malam itu menjadi puncak dari evolusi gaya main Manchester City. Jika pada era sebelumnya Pep Guardiola identik dengan kesabaran dalam penguasaan bola, kini skuadnya tampil lebih vertikal dan eksplosif. Doku mewakili wajah baru itu, pemain dengan insting langsung menyerang ruang kosong, bukan sekadar mengatur tempo. Dalam 90 menit, ia memenangi sebagian besar duel, mencatat dribel sukses tertinggi di pertandingan, dan menciptakan peluang paling banyak.
Penampilan ini menunjukkan alasan kuat di balik kepercayaan Guardiola kepadanya tampil sejak awal menghadapi Liverpool. Doku membuktikan, dirinya tak sekadar pemain dengan kecepatan, melainkan sosok yang mampu menanggung tanggung jawab besar di laga penting. Dalam pertandingan tersebut, ia menjadi pemecah kebuntuan sekaligus lambang perubahan Manchester City yang kini memiliki variasi ancaman selain ketajaman Erling Haaland.
3. Liverpool telah menelan 5 kekalahan dari 11 laga liga, rekor terburuk bagi juara bertahan
Di sisi lain, Liverpool justru menunjukkan sisi rapuh sebagai juara bertahan. Arne Slot mempertahankan sebelas pemain yang mengalahkan Real Madrid pada pertengahan pekan, tetapi keputusannya berbalik menjadi bumerang. Sejak menit awal, The Reds tertinggal dalam intensitas dan distribusi bola. Dalam 74 pertandingan di bawah Slot, baru tujuh kali Liverpool gagal menembak tepat sasaran pada babak pertama, dan laga semalam menjadi salah satunya.
Kelemahan struktural Liverpool kembali terlihat jelas. Ryan Gravenberch, Alexis Mac Allister, dan Dominik Szoboszlai kalah agresif dalam duel tengah, sedangkan Florian Wirtz kesulitan menyesuaikan diri dengan intensitas fisik Premier League. Pandit Sky Sports, Roy Keane, bahkan menyebut performa Liverpool lemah dan menilai tim tidak lagi memiliki energi sebagai kandidat juara. Kritik itu tidak berlebihan mengingat Slot kini telah menelan 5 kekalahan dari 11 laga, rekor terburuk bagi juara bertahan sejak Leicester City pada 2016/2017.
Kekecewaan Slot bertambah ketika gol Virgil van Dijk pada babak pertama dianulir karena Andrew Robertson dalam posisi offside. Sang pelatih menilai keputusan itu salah dan tidak konsisten yang merujuk kepada insiden serupa yang pernah disahkan untuk Manchester City musim lalu. Meski demikian, Slot menyadari kekalahan timnya tidak hanya disebabkan oleh keputusan wasit, tetapi juga karena performa Liverpool yang jauh dari standar permainan tim juara.
Liverpool kini tertahan di peringkat delapan klasemen sementara dengan 18 poin, 8 angka di belakang Arsenal dan 4 di bawah Manchester City. Opta Analyst mencatat, mereka baru mengumpulkan 18 poin dari 11 laga, lebih buruk dibanding 2022/2023 ketika gagal lolos ke Liga Champions. Kekalahan di Etihad makin memperjelas, Slot sedang berada dalam dilema antara mempertahankan idealisme menyerang atau menata ulang fondasi agar timnya kembali kompetitif.
Malam perayaan laga ke-1.000 Pep Guardiola menjadi penegasan, Manchester City masih menunjukkan tajinya dalam perebutan gelar juara Premier League 2025/2026. Sementara itu, jeda internasional November 2025 harus menjadi periode evaluasi mendalam bagi Liverpool untuk memulihkan identitas tim juara yang mulai pudar.















