Apa yang Bikin Wakil Serie A Lesu di UCL 2024/2025?

Liga Champions Eropa (UCL) menghadirkan lima klub perwakilan Serie A Italia, antara lain Inter Milan, AC Milan, Juventus, Atalanta, dan Bologna. Namun, hanya Inter Milan yang masih bertahan dengan lolos ke 16 besar secara otomatis usai finis di peringkat keempat lewat koleksi 19 poin. Sementara itu, Bologna sudah tersingkir terlebih dahulu setelah menempati peringkat ke-28 dengan koleksi enam poin.
Parahnya lagi, tiga klub Serie A tidak berkutik menghadapi lawannya masing-masing pada playoff fase gugur. AC Milan, Juventus, dan Atalanta, tersingkir dari UCL setelah kalah agregat dari Feyenoord Rotterdam, PSV Eindhoven, dan Club Brugge. Padahal, materi pemain ketiga klub Serie A tersebut cukup berkualitas.
Lantas, kenapa empat perwakilan Serie A tampil lesu di UCL pada 2024/2025? Berikut analisisnya.
1. Kurang efektif dalam menyelesaikan peluang
Salah satu faktor krusial tersingkirnya empat perwakilan Serie A karena kurang efektif dalam menyelesaikan peluang. Baik AC Milan, Juventus, dan Atalanta, tidak mampu menyelesaikan peluang emas kala mencetak gol. Seperti yang terjadi ketika Atalanta tengah mengejar ketertinggalan 1-3 dari Club Brugge pada babak kedua. Ademola Lookman yang menjadi eksekutor penalti, gagal menyelesaikan tugasnya dengan baik. Hal tersebut mempengaruhi mental para pemain Atalanta sehingga kesulitan mengejar ketertinggalan.
Selain itu, gelandang Juventus, Kephren Thuram, juga menyia-nyiakan peluang emas di depan gawang PSV. Padahal, Juventus hanya butuh satu gol lagi agar unggul secara agregat untuk lolos ke 16 besar. Kemenangan Juventus 2-1 atas PSV pada leg pertama menjadi sia-sia setelah kalah 1-3 pada leg kedua sehingga PSV unggul agregat 4-3. Di sisi lain, AC Milan tidak mampu menciptakan peluang setelah gol cepat Santiago Gimenez.
2. Buruknya organisasi pertahanan
Dalam sejarahnya, klub-klub Serie A dikenal dengan filosofi catenacio yang mengedepankan pertahanan kokoh. Namun, empat klub Serie A yang gugur di UCL tidak menunjukkan filosofi catenacio yang dibanggakan sepak bola Italia. Misalnya, Bologna kebobolan 9 kali dan hanya mencetak 4 gol pada fase liga. Selisih gol Bologna menjadi -5 dengan rekor 1 kemenangan, 3 keimbangan, dan 4 kekalahan.
Selain itu, tiga klub yang berlaga pada playoff fase gugur menampilkan organisasi pertahanan yang buruk. Itu seperti yang terjadi kala Juventus yang kebobolan tiga gol saat kalah 1-3 dari PSV Eindhoven pada leg kedua playoff fase gugur UCL pada 20 Februari 2025. Pertahanan Juventus begitu mudah ditembus dengan terbukanya ruang lebar di sisi kanan saat Ivan Perisic mencetak gol pertama PSV. Ditambah lagi, organisasi pertahanan yang buruk di kotak penalti membuat PSV menorehkan gol kedua lewat Ismael Saibari.
Hal tersebut juga terjadi dengan Atalanta yang kebobolan tiga gol pada babak pertama. Sementara itu, bek kanan AC Milan, Kyle Walker, lambat menutup ruang di sisi kanan sehingga Hugo Bueno dapat memberikan umpan silang ke kotak penalti. Ditambah lagi, Strahinja Pavlovic dan Davide Bartesaghi, tidak bereaksi cepat untuk menyapu bola dan menutup ruang yang berakibat Julian Carranza dapat menyundul bola ke gawang tanpa penjagaan ketat.
3. Bikin kesalahan fatal yang berujung kepada kartu merah
AC Milan dan Atalanta harus menyelesaikan pertandingan dengan sepuluh pemain. Hal ini disebabkan dua pemain penting di lini belakang, Theo Hernandez di AC Milan dan Rafael Toloi di Atalanta, mendapat kartu merah. Parahnya lagi, kedua pemain tersebut sebenarnya tidak perlu diusir keluar lapangan jika tidak melakukan kesalahan fatal.
Theo Hernandez sudah mendapat kartu kuning akibat pelanggaran pada babak pertama. Ia justru melakukan diving di kotak penalti Feyenoord pada babak kedua. Wasit yang mengecek insiden itu lewat video assistant referee (VAR) mendeteksi aksi diving Hernandez. Alhasil, ia menerima kartu kuning kedua sehingga AC Milan harus bermain dengan sepuluh pemain pada menit ke-51. Feyenoord memanfaatkan situasi tersebut dan berhasil mencetak gol penyama kedudukan lewat Julian Carranza pada menit ke-73.
Di sisi lain, Rafael Toloi tidak mampu menahan emosi ketika berduel fisik dengan bek Club Brugge, Maxim De Cuyper. Kapten Atalanta itu bahkan berniat melempar bola ke arah De Cuyper, tetapi tidak berhasil. Toloi akhirnya sengaja mendorong De Cuyper sampai terjatuh dan wasit langsung mengeluarkan kartu merah pada menit ke-87. Situasi ini makin menyulitkan Atalanta dalam mengejar ketertinggalan 1-3 dari Club Brugge.
Perwakilan Serie A di kompetisi antarklub Eropa hanya menyisakan tiga klub, yaitu Inter Milan di UCL, AS Roma di Liga Europa (UEL), dan Fiorentina di Liga Konferensi Eropa (UECL). Tersingkirnya empat klub di UCL membuat Serie A turun ke peringkat ketiga dalam daftar koefisien UEFA. LaLiga kini menempati posisi kedua dengan perolehan 18.034 poin, sementara Serie A 17.687. Serie A terancam hanya bisa mengirim empat perwakilan ke UCL 2025/2026 jika gagal menempati posisi pertama atau kedua.