Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Penyebaran Pemain Akademi Klub Inggris Memengaruhi Liga?

potret bola Premier League (pixabay.com/users/kelvinstuttard-5920577)

Sistem akademi sepak bola di klub-klub English Premier League (EPL) telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sejak diperkenalkannya Elite Player Performance Plan (EPPP) pada 2012, makin banyak pemain akademi yang mendapatkan kontrak profesional dan menembus level tertinggi. Namun, di sisi lain, persaingan yang ketat membuat banyak lulusan akademi harus mencari peluang di luar Inggris atau bahkan tidak mendapatkan kontrak.

Banyak tamatan akademi di Inggris mencari peluang bermain di berbagai liga domestik dan internasional akibat ketatnya persaingan di Premier League. EPPP telah berperan dalam meningkatkan jumlah pemain lokal yang memperoleh kontrak profesional. Meski demikian, hanya sedikit dari mereka yang benar-benar mendapat kesempatan bermain di tim utama Premier League, sementara yang lain harus berjuang menemukan tempat di liga lain.

1. EPPP berhasil membantu bakat-bakat muda mendapat kontrak profesional

Sejak diluncurkan pada 2012, EPPP memiliki tujuan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas pemain jebolan akademi klub Inggris. Program ini mengubah sistem akademi dengan meningkatkan standar pelatihan, jadwal latihan, serta investasi dalam pengembangan pemain muda. Menurut laporan Leaders Performance Institute, jumlah pemain akademi yang mendapatkan kontrak profesional di liga Inggris meningkat secara signifikan sejak implementasi EPPP.

Salah satu indikator keberhasilan EPPP yaitu meningkatnya jumlah pemain akademi yang mendapatkan kontrak di liga Inggris, termasuk di klub-klub Premier League dan English Football League (EFL). Dalam 10 tahun terakhir sejak EPPP diterapkan, terdapat peningkatan sebanyak 762 pemain lulusan akademi yang memiliki kontrak profesional. Trent Alexander-Arnold, Jude Bellingham, dan Phil Foden menjadi bukti kesuksesan program ini hingga Timnas Inggris kini lebih banyak diisi pemain akademi klub Premier League.

Meski demikian, keberhasilan ini tidak merata di semua klub. Beberapa klub besar tetap lebih mengandalkan pemain bintang dari luar negeri dibanding mempromosikan produk akademinya sendiri. Oleh karena itu, meskipun jumlah kontrak profesional meningkat, tidak semua pemain akademi mendapatkan tempat di tim utama Premier League.

2. Pemain yang kesulitan tampil di Premier League kemudian merantau ke liga lain

Tidak semua pemain yang berkembang di akademi klub EPL mendapat kesempatan bermain di tim utama. Banyak dari mereka harus mencari peluang di klub lain, baik di liga domestik maupun di kompetisi elite Eropa. Situasi ini menunjukkan, akademi di Inggris bukan satu-satunya jalan menuju Premier League, melainkan juga tempat pembinaan bagi pemain yang akhirnya berkembang di luar negeri.

Beberapa mantan pemain akademi dari klub seperti Manchester City, Chelsea, dan Arsenal memilih berkarier di klub liga top Eropa karena sulitnya mendapatkan menit bermain di Inggris. Fenomena ini mencerminkan ketatnya persaingan di Premier League yang membuat banyak pemain berbakat harus mencari jalur alternatif untuk berkembang. Dengan banyaknya pemain yang hijrah ke luar negeri, akademi sepak bola Inggris secara tidak langsung berkontribusi terhadap peningkatan kualitas liga-liga Eropa lainnya.

Meskipun beberapa pemain akademi menemukan peluang di luar negeri, jumlahnya masih jauh lebih sedikit dibandingkan mereka yang gagal mendapatkan kontrak profesional di Inggris. Banyak alumni akademi yang kesulitan melanjutkan karier di level tertinggi meskipun telah menjalani pelatihan bertahun-tahun. Hal ini menunjukkan, persaingan ketat di Premier League membuat jalur menuju tim utama makin sulit bagi pemain muda.

3. Klub menjadi lebih protektif kepada pemain akademinya akibat ketatnya persaingan

Ketatnya persaingan di Premier League membuat klub-klub makin protektif terhadap pemain akademinya. Salah satu strategi yang digunakan adalah membatasi akses bagi pencari bakat dari klub lain. Dalam beberapa kasus, bahkan ada klub yang secara sengaja mengisolasi area bagi pencari bakat agar mereka tidak bisa berinteraksi dengan orangtua sang pemain.

Peran Brexit juga memperumit situasi ini. Sejak Inggris keluar dari Uni Eropa, klub-klub EPL tidak lagi bisa merekrut pemain muda dari luar negeri sebelum mereka berusia 18 tahun. Akibatnya, persaingan dalam merekrut dan mempertahankan pemain lokal makin ketat, dengan klub-klub besar lebih agresif dalam mengambil pemain dari akademi domestik lain. Kebijakan inilah yang membuat beberapa klub besar seperti Chelsea dan Manchester City makin aktif dalam mempertahankan talenta mudanya.

Akibatnya, beberapa klub mulai menggunakan kebijakan kontrak jangka panjang untuk pemain akademinya guna menghindari kehilangan mereka secara gratis. Klub juga lebih selektif dalam memberikan kesempatan debut bagi pemain muda, memastikan hanya talenta terbaik yang bisa masuk ke tim utama. Sayangnya, ini juga berarti sebagian besar pemain akademi tidak memiliki jalur yang jelas menuju tim senior, sehingga harus mencari peluang di tempat lain.

4. Realitanya, masih jauh lebih banyak pemain yang gagal mendapat kontrak profesional

Meskipun sistem akademi Premier League menghasilkan banyak pemain berbakat, kenyataannya hanya sedikit yang benar-benar berhasil bermain di liga utama. Sebuah studi dari The i Paper mengungkapkan, 97 persen pemain akademi klub Premier League tidak pernah mendapatkan menit bermain di kasta tertinggi liga. Bahkan, 70 persen di antaranya tidak mendapatkan kontrak profesional di klub EPL maupun EFL.

Hal ini kemudian menjadi tantangan besar, termasuk bagi pemain yang telah lama berlatih dan berkembang di akademi klub besar. Banyak dari mereka yang gagal menembus liga utama akhirnya harus bermain di divisi lebih rendah atau mencari kesempatan di luar negeri. Beberapa malah memutuskan untuk meninggalkan dunia sepak bola profesional karena sulitnya mendapatkan peluang bermain di level tertinggi.

Meski EPPP telah berhasil mengorbitkan pemain jebolan akademi, sistem akademi di Inggris kerap dikritik karena lebih menguntungkan klub daripada pemain. Walaupun banyak talenta berbakat yang dihasilkan, mayoritas lulusan akademi kesulitan mencapai level tertinggi dalam karier profesional mereka. Kondisi ini menimbulkan keraguan terhadap efektivitas sistem akademi dalam mempersiapkan pemain yang benar-benar siap bersaing di Premier League.

Penyebaran pemain akademi Premier League ke berbagai liga menjadi bukti sistem ini telah berhasil mencetak talenta-talenta berbakat. Namun, ketatnya persaingan membuat sebagian besar lulusan akademi tidak mendapatkan tempat di tim utama EPL. Jika tren ini terus berlanjut, mungkin diperlukan perubahan dalam sistem pengembangan pemain agar lebih banyak lulusan akademi yang bisa meraih sukses di level tertinggi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Widyo Andana Pradiptha
EditorWidyo Andana Pradiptha
Follow Us