Beda Nasib Maccabi Tel Aviv dan Zenit St Petersburg, Standar Ganda

Kerusuhan yang melibatkan suporter klub sepak bola Israel, Maccabi Tel Aviv, di Amsterdam pada lanjutan UEFA Europa League (UEL) 2024/2025 beberapa waktu lalu bukan hanya mengusik ketentraman, melainkan juga membuat siapa pun bertanya-tanya soal jalan pikiran entitas-entitas berkepentingan dalam sepak bola elite dunia.
Terindikasi melakukan genosida di Gaza, Palestina, klub sepak bola dan Timnas Israel sampai sekarang belum dapat sanksi apa pun dari FIFA dan UEFA. Ini berbeda dengan Rusia, yang 3 hari setelah melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina, langsung dibatalkan keikutsertaannya dalam berbagai turnamen internasional.
Standar ganda ini bisa kamu amati makin jelas lewat nasib juara liga domestik Israel dan Rusia 2023/2024 lalu, Maccabi Tel Aviv dan Zenit St Petersburg. Mari kupas lebih jauh beda nasib mereka di hadapan FIFA dan UEFA.
1. Partisipasi Zenit St Petersburg diblok di kompetisi internasional sejak Februari 2022

Sebagai juara bertahan Rusia selama 6 musim berturut-turut sejak 2018/2019 sampai 2023/2024, Zenit St Petersburg kerap jadi perwakilan rutin Rusia di kompetisi Eropa. Namun, sejak sanksi FIFA berlaku pada 27 Februari 2022, partisipasi mereka dalam semua kompetisi internasional dan regional diblok penuh. Laga terakhir Zenit di kompetisi Eropa terjadi pada leg kedua play-off fase gugur UEL 2021/2022 melawan Real Betis yang berlangsung di Spanyol pada 25 Februari 2022.
Sudah hampir 3 tahun berlalu, belum ada tanda FIFA bakal mencabut sanksi tersebut. Ini sejalan dengan fakta Rusia belum pula mengakhiri perang yang mereka mulai di Ukraina. FIFA hanya mencabut larangan bagi tim usia muda Rusia dengan mengembalikan hak mereka untuk berpartisipasi dalam kompetisi antarnegara.
Sejak sanksi berlaku, Zenit St Petersburg sudah merengkuh dua gelar juara Russian Premier League (RPL), tetapi belum pernah kembali ke panggung termegah Eropa. Sementara itu, koefisien UEFA Rusia terus turun. Begitu pula dengan Zenit. Bila pada nantinya blokir ini dihapuskan, klub yang memuncaki RPL dipastikan tak bisa lolos otomatis ke UEFA Champions League (UCL) karena peringkat liga mereka yang turun drastis selama sanksi.
2. Maccabi Tel Aviv hampir tak menanggung konsekuensi apa pun setelah peristiwa 7 Oktober

Nasib Zenit St Petersburg bertolakbelakang dengan rekan sejawat mereka di Israel, Maccabi Tel Aviv. Sama-sama berstatus juara liga domestik 2023/2024, Maccabi Tel Aviv tidak mengalami masalah berarti terkait kebijakan politik Israel yang kontroversial saat merespons serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dengan agresi militer besar-besaran ke wilayah Gaza, Palestina. Sesuai dengan regulasi dan hak mereka sebagai anggota UEFA, Maccabi Tel Aviv tetap berkesempatan berpartisipasi dalam UEL 2024/2025
FIFA sudah didesak dan dituntut oleh banyak pihak, terutama Palestinian Football Association (PFA) yang membawa berbagai bukti pelanggaran HAM dan teritori yang dilakukan Israel. Namun, bukannya segera mengambil keputusan, FIFA terus menunda dan merapatkan isu ini. Sampai November 2024, lebih dari setahun sejak agresi Israel ke Gaza dan meluas ke Lebanon, negara itu dan entitas sepak bola mereka tak mendapatkan konsekuensi berarti. Timnas Israel bahkan masih berpartisipasi di UEFA Nations League dan melakukan laga persahabatan dengan negara-negara Eropa seolah tanpa masalah.
Satu-satunya konsekuensi yang harus Maccabi Tel Aviv dan Timnas Israel dapat adalah kepastian mereka tak bisa menyelenggarakan pertandingan kandang di negeri sendiri. Selama beberapa bulan terakhir, Timnas Israel meminjam stadion di beberapa negara Eropa untuk UEFA Nations League dan laga persahabatan. Maccabi Tel Aviv yang merupakan satu-satunya tim sepak bola pria Israel yang mengikuti kompetisi Eropa musim ini juga dipastikan tak akan menggelar laga kandang di stadion mereka sendiri karena risiko keamanan.
3. Standar ganda FIFA dan UEFA bikin publik geram

Perbedaan nasib dua klub asal Israel dan Rusia tadi adalah standar ganda terbrutal dalam sepak bola. Keduanya sama-sama melanggar konvensi internasional tentang perdamaian, tetapi dapat perlakuan yang jauh berbeda. Rusia disanksi hampir seketika itu juga. Perusahaan-perusahaan Rusia bahkan diputus kontrak kerja samanya dengan FIFA dan UEFA. Namun, tak ada yang terjadi dengan Israel setelah berbulan-bulan melakukan agresi yang menunjukkan indikasi genosida.
Leyla Hamed, seorang jurnalis olahraga melalui media Turki, Anadolu Agency, membeberkan temuan-temuannya soal kaitan erat antara atlet dengan militer Israel. Ini karena mereka adalah salah satu negara yang memberlakukan kewajiban militer untuk warga negaranya tanpa pandang gender. Hamed menemukan beberapa atlet high-profile Israel yang dengan terang-terangan pernah jadi bagian dari Israel Defense Forces (IDF) serta menunjukkan dukungan terbuka terhadap agresi Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Unggahan berbau glorifikasi IDF juga bisa ditemukan dengan mudah di media sosial klub sepak bola Israel, termasuk di Maccabi Tel Aviv.
Ini tidak terjadi di Rusia. Sejak Februari 2022, tidak ada satu pun atlet Rusia yang secara terbuka mendukung invasi ke Ukraina. Hampir semua memilih untuk bungkam atau menyatakan komitmen mereka untuk tidak ikut campur dalam urusan politik. Meski kebijakan wajib militer berlaku di Rusia, tak ada pula atlet mereka yang dengan bangga menunjukkan riwayat keikutsertaan dalam program tersebut. Tak ada klub Rusia yang mengunggah sesuatu yang beraroma militer layaknya klub-klub sepak bola Israel.
Perbedaan perlakuan dan sikap ini jelas bikin publik makin geram dan makin menyangsikan komitmen FIFA dan UEFA. Perbedaan nasib Maccabi Tel Aviv dan Zenit bisa jadi salah satu bukti standar ganda terjelas dalam sepak bola.