Mengulik Jatuhnya Olympique Lyon di Liga Domestik

Kejatuhannya sudah diprediksi sejak beberapa tahun lalu

Dua bulan sejak Ligue 1 2023/2024 bergulir, Olympique Lyon belum memetik 1 pun kemenangan dari 7 pertandingan yang mereka lakoni. Mereka terpuruk di posisi juru kunci dengan 5 kekalahan dan 2 hasil imbang. Sebuah fenomena yang mencengangkan mengingat mereka punya riwayat langganan papan atas liga utama Prancis dan rutin berkompetisi di Eropa. 

Kehadiran pebisnis asal Amerika Serikat, John Textor, menggantikan Jean-Michel Aulas pun belum menampakkan hasil. Apa yang sebenarnya menjadi pemicu performa buruk tim raksasa Prancis, Olympique Lyon?

1. Penurunan performa Lyon sudah terdeteksi sejak 2010-an

Mengulik Jatuhnya Olympique Lyon di Liga DomestikAnthony Lopes dan Hugo Lloris, generasi emas Lyon era 2000--2010-an (instagram.com/ol)

Olympique Lyon merupakan tim langganan juara liga domestik Prancis. Setidaknya, pada era 2000-an ketika mereka merengkuh gelar juara Ligue 1 tujuh kali berturut-turut dari musim 2001/2022 sampai 2007/2008. Prestasi mereka di Eropa pun tidak mengecewakan walau tidak pula mencolok. Puncaknya terjadi pada 2009/2010 ketika Lyon mencapai semifinal UEFA Champions League (UCL). 

Sayangnya, medio 2010-an dominasi Lyon di Ligue 1 memudar. Mereka mulai tersalip tim-tim lain, terutama Paris Saint-Germain (PSG) yang punya suntikan dana besar dari Qatar Sports Investment serta AS Monaco yang dibeli miliarder Rusia, Dmitry Rybolovlev. Mereka perlahan tergeser ke posisi lima besar. Prestasi Olympique Lyon di UCL pun stagnan, yakni fase gugur 16 besar dan perempat final. Pengecualian pada musim 2019/2020 ketika mereka berhasil mencapai semifinal setelah satu dekade. 

Baca Juga: 4 Pemain Olympique Lyon yang Dilepas Gratis pada Musim Panas 2023

2. Pendekatan bisnis konservatif Aulas dikritik banyak pihak

Mengulik Jatuhnya Olympique Lyon di Liga DomestikJean-Michel Aulas pada seremoni perpisahan dengan Olympiqu Lyon. (instagram.com/ol)

Tanda-tanda kemunduran Lyon sudah tampak sejak beberapa tahun lalu ketika masih berada di bawah komando Jean-Michel Aulas. Aulas datang ke Lyon sejak 1987 dengan ide-ide segar. Reformasi akademi sepak bolanya berhasil menelurkan nama-nama prominen, seperti Karim Benzema, Hatem Ben Arfa, Nabil Fekir, dan Corentin Tolisso. Terbaru, mereka juga mengorbitkan beberapa bintang macam Rayan Cherki, Bradley Barcola, dan Malo Gusto. 

CIES Football Observatory pada 2020/2021 bahkan menempatkan akademi sepak bola Lyon pada peringkat tiga terbaik (hanya kalah dari Barcelona dan Real Madrid) di seluruh 5 liga top Eropa. Data terbaru dari CIES pada Februari 2023 menunjukkan bahwa Lyon tergeser beberapa tim besar lain. Salah satunya rival terberat mereka di liga domestik, Paris Saint-Germain. 

Beberapa pihak mulai menyoroti pendekatan bisnis Aulas yang dianggap konservatif alias kolot. Saumy Tripathi dari Foot The Ball menyoroti ketergesaan Aulas menjual pemain bintangnya dan memaksa pelatih untuk mempromosikan pemain muda jebolan akademi ke tim utama. Adam White dari The Guardian pun mengamininya dan menganggap ada ketidakberesan dalam kebijakan scouting Olympique Lyon.  

Hal tersebut bertolak belakang dengan tim sepak bola perempuan mereka yang berjaya di liga domestik dan regional. Sejak mengakuisisi tim sepak bola perempuan FC Lyon, Aulas dipuji karena berhasil menciptakan kesetaraan perlakuan antara tim perempuan dan tim pria. Namun, tak bisa dimungkiri pesaing mereka di ranah sepak bola pria jauh lebih inovatif dan berani.

Melihat pola perekrutan mereka di bawah Aulas, setidaknya pada 2000--2010-an, Lyon tampak konservatif dan kurang oportunis. Berbeda jauh dengan PSG, Stade Reims, AS Monaco, dan Olympique Marseille yang jauh lebih agresif dan berani mengambil risiko. Ini masih ditambah kehadiran investor-investor baru, seperti BlueCo di RC Strasbourg dan RedBird Capital di Toulouse FC yang membuat Ligue 1 semakin kompetitif. Walau budget belanja besar tidak selalu berbanding lurus dengan performa tim, Lyon beberapa kali diuntungkan dengan kehadiran pemain yang mereka tarik dari klub lain, seperti Florent Malouda, Dejan Lovren, Ederson, Hugo Lloris, dan Bruno Guimaraes.

3. Sanksi DNCG memperburuk kondisi Lyon

Mengulik Jatuhnya Olympique Lyon di Liga DomestikErnest Nuamah, rekrutan baru Lyon musim 2023/2024. (instagram.com/ol)

Kehadiran investor Amerika Serikat, John Textor, pada 2022 memang terdengar menjanjikan. Pebisnis yang menganut pendekatan multi-ownership itu terkesan lebih berani ketimbang Aulas. Namun, dengan sanksi yang dijatuhkan oleh lembaga pengawas keuangan khusus sepak bola Prancis, Direction Nationale du Contrôle de Gestion (DNCG), terkait dana mencurigakan yang mereka temukan pada musim sebelumnya di Lyon, tak banyak yang bisa dilakukan Textor pada bursa transfer musim panas 2023. 

Musim 2023/2024 Lyon lebih banyak mendatangkan pemain bertahan, seperti Paul Akouokou dari Real Betis dan Clinton Mata dari Club Brugge. Di sektor serangan, Lyon lebih banyak mengandalkan pemain-pemain jebolan akademi dan hanya bisa mendatangkan bintang muda alumnus FC Nordsjaelland, Ernest Nuamah. Itu pun melalui skema pinjaman dari RWD Molenbeek, klub Belgia yang juga dimiliki Textor. Otomatis pelatih Lyon, Laurent Blanc, yang menjabat sejak Oktober 2022 sampai September 2023 hanya bisa mengandalkan skuad seadanya. Beberapa pemain kunci mereka cedera atau hengkang, sementara tak banyak pemain baru yang bisa dipilih sebagai opsi. 

Lyon bukan tim yang merekrut pelatih dalam waktu lama. Laurent Blanc pun hengkang dan digantikan Fabio Grosso per Oktober 2023 ini. Grosso yang musim lalu berhasil membawa Frosinone juara Serie B mengemban beban berat. Perjuangannya tidak mudah, pada laga perdana sebagai pelatih Lyon Grosso harus menelan kekalahan 2-0 dari Stade de Reims. Kabar baiknya, Lyon masih punya waktu untuk berbenah musim ini. Hasil positif masih mungkin mereka raih di bawah tangan kepelatihan baru.

Baca Juga: 4 Pemain yang Kembali ke Olympique Lyon pada Musim Panas 2023

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya