Gas Air Mata Jadi Sorotan dalam Kericuhan di Laga PSIS Vs Persis

Jakarta, IDN Times - Penggunaan gas air mata oleh polisi dalam menghentikan keributan dalam duel PSIS Semarang versus Persis Solo di Stadion Jatidiri, Semarang, Jumat (17/2/2023), kembali jadi sorotan. Warganet menyayangkan keputusan polisi saat melepaskan senjata yang sempat menjadi buah bibir dan penyebab Tragedi Kanjuruhan itu.
Salah satu pesohor, Kemal Palevi, ikut bersuara soal penggunaan gas air mata di kasus ini. Bahkan, dia menyatakan seperti tak ada pelajaran yang dipetik dari insiden sebelumnya.
Namun, Kemal juga menyoroti aksi suporter yang nekat datang. Padahal, sehari sebelumnya panitia dan polisi sudah mengimbau untuk tak hadir ke stadion.
"Emang sudah sulit. Ternyata, dari Kanjuruhan, kita belajar bahwa, kita gak belajar. Kalau ada korban, pasti langsung playing victim. Terus pakai sound ibu pertiwi. Padahal, sudah dilarang datang. Aparat, lagi-lagi gas air mata. Memang, kayaknya Indonesia sudah jangan fokus sama pembangunan, tapi pendidikan," begitu cuitan Kemal.
1. Penggunaan gas air mata, apa masih boleh?
Tajuk "Gas Air Mata" sempat trending di linimasa Twitter semalam. Perdebatan terjadi di kalangan warganet terkait penggunaan gas air mata dalam menghalau suporter, tepat atau tidak.
Sebenarnya, penggunaan gas air mata dalam pertandingan, sempat disinggung oleh Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, saat persiapan pengamanan Piala AFF 2022 lalu.
Ketika itu, Listyo menyatakan gas air mata tak digunakan lagi dalam pertandingan dan itu tertuang dalam Peraturan Kepolisian (Perpol) Nomor 10 Tahun 2022 tentang pengamanan penyelenggaraan kompetisi olahraga.
"Standar FIFA yang diharapkan tentunya betul-betul lebih maksimal. Nanti akan disesuaikan, mungkin ada sekitar 1.300 hingga 1.400 (personel)," ujar Listyo.
2. Suporter sebenarnya sudah dilarang hadir
Bentrok di Stadion Jatidiri sebenarnya tak perlu terjadi. Sebab, sejak awal Panpel PSIS sudah mengimbau suporter kalau laga digelar tanpa penonton karena tak dapat izin.
Kenyataannya, mereka tetap datang. Bahkan, suporter memaksa masuk dan bentrokan pun terjadi.
Polisi sebenarnya sudah mengambil tindakan persuasif dan meminta suporter bubar. Namun, aksi lempar batu malah terjadi.
3. Noda hari pertama kepemimpinan Erick Thohir

Bentrok di Semarang menjadi noda pada hari pertama kepemimpinan Erick Thohir di PSSI. Erick menyatakan langsung berkoordinasi dengan sejumlah otoritas demi mendapatkan gambaran utuh terkait bentrokan tersebut.
Erick mengaku paham atas kekecewaan suporter yang ingin menyaksikan tim kesayangannya berlaga. Erick berjanji akan segera mencari solusi agar pertandingan sepak bola dapat dinikmati dengan tenang dan nyaman. Apalagi, sepanjang sejarah tak ada masalah antara suporter PSIS dan Persis.
"Suporter Semarang dan Solo itu seduluran. Makanya, ke depan perlu ada evaluasi terkait kategori risiko pada setiap laga," kata Erick.