Kaleidoskop 2024: Runtuhnya Dominasi ManCity dan Real Madrid

Jakarta, IDN Times - Manchester City dan Real Madrid merupakan dua klub yang mendominasi kompetisi Eropa dalam beberapa tahun ke belakang dengan sukses mengoleksi banyak gelar. Namun, siapa sangkan dominasi keduanya mulai runtuh memasuki musim 2024/25.
ManCity sukses membuat sejarah dengan meraih gelar Premier League secara beruntun. Sementara, Real Madrid yang sukses meraih empat gelar musim lalu (LaLiga, Liga Champions, dan Copa de Espana, Piala Super UEFA), langkahnya tersendat hingga tampil inkonsisten beberapa bulan jelang pergantian tahun.
Lalu, bagaimana sepak terjang ManCity dan Real Madrid saat menjadi hegemoni hingga akhirnya kompak jadi pesakitan?
1. Punya modal mentereng sebelum dikalahkan Tottenham
ManCity berhasil membuat sejarah dengan meraih gelar keempat beruntun pada Premier League musim lalu. Tak hanya itu, mereka bahkan tampil dominan dengan mengoleksi enam gelar dalam tujuh musim terakhir kompetisi itu.
Sebelum meraih gelar juara, tim besutan Pep Guardiola itu bahkan sudah sempat membawa pulang dua trofi, yakni dari Piala Super UEFA dan Piala Dunia Antarklub FIFA.
Itu dinilai jadi modal yang bagus bagi The Citizen melanjutkan dominasinya dalam menghadapi beberapa kompetisi musim ini. Namun, semuanya berjalan kurang baik bagi mereka.
Sebetulnya, ManCity mengawali musim 2024/25 dengan baik usai jadi juara Community Shield. Mereka bahkan sempat berhasil menjalani 13 laga nirkalah di semua ajang.
Periode buruk ManCity dimulai saat dikalahkan Tottenham Hotspur di Piala Liga. Mereka bak tim semenjana. Dalam 14 pertandingan terakhir sudah dilalui di berbagai ajang, mereka hanya meraup dua kemenangan, dua imbang dan 10 kali keok.
Usai digebuk Tottenham Hotspur di Piala Liga, mereka acap kalah atau hanya imbang, sebelum meraih kemenangan teranyarnya dari Leicester City 0-2 tadi malam.
2. Kehilangan Rodri buat ManCity serba salah
Usai kehilangan Rodri, kreativitas ManCity seolah hilang. Hal itu berpengaruh ke sektor pertahanannya. Mereka bahkan sudah kebobolan 26 gol dalam 18 pertandingan yang sudah dijalani.
Erling Haaland yang biasanya jadi ujung tombak ManCity, tampil melempem musim ini. Dia sangat kesulitan mencetak gol, berbeda dengan performanya di musim lalu. Suplai bola yang selama ini memanjakannya sudah jarang didapat.
Sementara, Pep Guardiola bahkan sudah membuat rekor anyar, yakni menjalani musim terburuk sepanjang kariernya sebagai pelatih. Hingga memasuki boxing day, catatakan kekalahannya mencapai 32 persen.
Persentase itu bahkan mengalahkan catatan buruknya pada musim 2019/20, yakni 20 persen kekalahan [satu musim].
2. Punya modal empat gelar, Real Madrid malah terkapar
Real Madrid lebih gila lagi. Mengawali 2024, Los Blancos meraih gelar SuperCoppa de Espana usai mengalahkan Barcelona 4-1 di Arab Saudai pada 15 Januari 2024. Itu jadi gelar ke-13 mereka di ajang ini.
Real Madrid kembali mengukuhkan diri sebagai rajanya LaLiga di musim 2023/2024. Tim besutan Carlo Ancelotti meraih gelar juara ke-36. Selain itu, mereka menunjukkan statusnya sebagai Raja Liga Champions. Real Madrid meraih trofi Si Kuping Besar untuk yang ke-15 kalinya usai mengalahkan Borussia Dortmund di final musim lalu.
Berstatus sebagai kampiun Liga Champions 2023/2024, Madrid bertarung di UEFA Super Cup 2024. Hasilnya, mereka menjadi juara usai mengalahkan Atalanta, juara Liga Europa 2023/2024 di National Stadium Warsaw, Polandia, pada 15 Agustus.
Terakhir, mereka sukses menjuarai Piala Interkontinental 2024 usai mengalahkan Pachuca. Duel ini dihelat di Lusail Stadium, Qatar, pada 19 Desember 2024 dimenangkan Madrid dengan skor 3-0.
Raihan lima trofi tersebut menyamai pencapaian Real Madrid tujuh tahun silam, tepatnya pada 2017. Sayangnya, hanya Copa del Rey yang gagal diraih Real Madrid pada 2024.
4. Periode buruk Madrid diobati gelar Piala Interkontinental
Mengawali musim 2024/25, Madrid sama seperti ManCity yang doyan meraih kemenangan. Masuknya Kylian Mbappe nampak memberikan warna baru dalam permainan Los Blancos.
Namun, usai ditahan imbang Atletico Madrid di LaLiga, periode buruk tim Jude Bellingham dan kolega dimulai. Mereka kemudian keok dari Lille dalam laga Liga Champions.
Inkonsistensi Madrid berlanjut, Usai menang tiga laga beruntun (dua LaLiga dan satu Liga Champions, mereka bahkan ditaklukkan Barcelona (1-4) dan AC Milan (1-3) di Santiago Bernabeu.
Ruang ganti Madrid mulai memanas di tengah hasil inkonsisten itu. Mbappe seolah tak bisa berbuat banyak, sementara Bellinghma kehilangan ketajamannya, tak seperti musim lalu.
Sempat menang di dua laga LaLiga, Madrid kemudian kalah lagi di Bernabeu dalam laga Liga Champions. Kali ini, giliran Liverpool yang membuat mereka jadi pesakitan.
Kekalahan terakhir Madrid terjadi saat dikalahkan tuan rumah Atletico Bilbao 2-1 di LaLiga. Hal itu membuat posisi Carlo Ancelotti di kursi pelatih, diragukan.
Perlahan tapi pasti, Ancelotti kembali membangkitkan Madrid. Usai membawa tim menang atas Girona (3-0) di LaLiga dan bungkam Atalanta (3-2) di Liga Champions, dia mengantarkan anak asuhnya meraih gelar Piala Interkontinental usai kalahkan Pachuca pada 19 Desember.
Tahun 2024 pun ditutup Madrid dengan kemenangan telak 4-2 atas Sevilla dalam ajang LaLiga di Stadion Bernabeu.