Kenapa Kluivert yang Jadi Pelatih Timnas, Bukan Pastoor?

- Penunjukkan Patrick Kluivert menjadi pelatih Timnas Indonesia masih menuai pro dan kontra dari suporter.
- Kualitas Kluivert diragukan karena minim pengalaman, testimoni buruk, dan poin per pertandingan rendah.
- Rekam jejak Kluivert sebagai pemain bisa menjadi contoh dalam aspek profesional bagi Timnas Indonesia.
Jakarta, IDN Times - Penunjukkan Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia terus menuai reaksi. Gelombang penolakan dari suporter, lewat berbagai gerakannya, masih begitu masif per Rabu (8/1/2025) di media sosial, meski sudah ditetapkan secara resmi oleh PSSI.
Banyak yang meragukan kualitas Kluivert dalam dunia kepelatihan. Apalagi, dilihat dari rekam jejaknya, Kluivert minim pengalaman dan rata-rata bekerja dalam tempo singkat.
Testimoni dari media-media Curacao juga buruk. Ketika menangani Curacao, Kluivert dianggap tak punya kapasitas taktik yang bagus, bahkan sering mengambil keputusan aneh dengan menempatkan gelandang bertahan menjadi striker.
Dibandingkan dengan asistennya, Alex Pastoor, Kluivert justru sangat jomplang. Pastoor yang sudah sering promosikan tim-tim ke Eredivisie dan punya prestasi mentereng, tentunya lebih layak menjadi pelatih ketimbang Kluivert.
"Anda pasti berpikir sebaliknya, bukan? Pastoor pelatih kepala lalu Denny Landzaat dan Kluivert jadi asisten. Kluivert sebenarnya sudah melakoni banyak peran di sepak bola. Yang saya pahami, dia bekerja dengan baik di Adana Demirspor dengan permainan menyerang, tapi sialnya dipecat," kata legenda Belanda, Marciano Vink dilansir ESPN.
1. Kluivert meragukan, tapi...
Secara pengalaman dan rekam jejak sebagai pelatih, Kluivert memang sangat meragukan. Menilik Transfermarkt, Kluivert memulai karier kepelatihannya pada 2008. Bisa dibilang, eks bomber Barcelona itu minim pengalaman sebagai pelatih di klub divisi utama atau tim nasional.
Kluivert hanya pernah menukangi Timnas Curacao dan klub Turki, Adana Demirspor. Sisanya, Kluivert lebih sering menjadi pelatih tim muda, asisten pelatih, dan masuk jajaran tim kepelatihan, sektor penyerang.
Tak cuma itu, rata-rata poin per pertandingannya pun rendah. Bersama Demirspor, Kluivert mencatatkan 1,50 poin. Sementara, delapan laganya di Curacao pada 2015-2016 lalu, Kluivert mengukir 1,38 poin. Kluivert melakoni enam laga ketika menjadi pelatih interim Curacao, Mei-Oktober 2021. Catatannya menurun, yakni hanya meraih rata-rata 0,83 poin.
Namun, ada hal lain yang kemungkinan dilihat dari Kluivert, mempertimbangkan rekam jejaknya sebagai pemain.
"Jadi, ada daya tarik ketika dia menjadi pelatih nasional. Kluivert jadi figur utama, Pastoor dan Landzaat adalah profesional. Rasanya, ini jadi konstruksi bagus buat saya," ujar eks Belanda lainnya, Kees Luijckx.
2. Bisa jadi pemimpin?
Pendapat kedua mantan pemain Belanda itu didukung oleh eks pelatih Timnas Indonesia, Nilmaizar. Kepada IDN Times dalam program Locker Room, Nil merasa penunjukkan Kluivert sebagai pelatih Timnas lebih disebabkan oleh rekam jejaknya saat menjadi pemain. Bagi Nil, dengan catatannya sebagai pemain papan atas, Kluivert bisa menjadi contoh dalam aspek profesional.
"Dia sudah membela Barcelona, Ajax Amsterdam, lalu main juga di Timnas Belanda. Kluivert ini bisa jadi sosok, mungkin inilah yang dicari, pemimpin di ruang ganti. Dengan banyaknya diaspora dari Belanda, kan ada kedekatan secara bahasa, kultur. Jadi bisa berperan sebagai jembatan dan pemimpin," ujar Nil.
3. Pastoor jadi otaknya
Kehadiran Pastoor dan Landzaat juga disoroti oleh pelatih yang kini menukangi PSMS Medan tersebut. Menurut Nil, Pastoor yang kemungkinan besar bisa memberi masukan teknis lebih banyak kepada Kluivert.
"Pastinya ada perhitungan dari federasi. Memang, keputusannya tak populer. Tapi, kan sudah diambil. Sekarang, bagaimana caranya kita kawal, biarkan dia bekerja dulu," ujar Nil.