Kisah Pahit Lamine Yamal Sebelum Jadi Bocah Ajaib Spanyol

Jakarta, IDN Times - Wonderkid Spanyol, Lamine Yamal, tengah menjadi pusat perhatian atas performa impresifnya sepanjang Euro 2024. Siapa sangka, sebelum seperti sekarang, hidup Yamal begitu susah.
Dilansir Daily Mirror, Yamal lahir dan besar di Rocafonda yang hanya berjarak 32 kilometer dari Barcelona. Kota yang terletak di Mataro tersebut merupakan salah satu daerah termiskin Spanyol.
Kerasnya kehidupan memang sempat dirasakan pemain bintang lain, seperti Cristiano Ronaldo hingga Lionel Messi. Nah, Yamal juga tak jauh beda dengan mereka. Seperti apa ceritanya?
1. Yamal lebih sering berada di jalanan

Semasa kecil, Yamal mengaku lebih sering menghabiskan waktu di jalanan, ketimbang rumah. Apalagi kalau bukan untuk bermain sepak bola bersama rekan-rekannya. Karena hidup di kota miskin, jarang ada lapangan sepak bola. Yamal belajar mengolah si kulit bundar di atas kerasnya beton.
Mental Yamal pun sudah terasah sejak kecil. Sebab, dia sering melawan anak yang lebih tua darinya dalam pertandingan sepak bola jalanan.
"Saya menghabiskan lebih banyak waktu di luar rumah. Setiap kali saya menginjakkan kaki di jalan, itu untuk bermain sepak bola. Pengalaman ini akan selalu saya ingat," kata Yamal dilansir Daily Mirror.
2. Semua berubah setelah direkrut La Masia

Orang tua Yamal juga bukan orang yang berada. Ibunya, Sheila Ebana, bekerja di McDonald's. Sementara, ayahnya Mounir Nasraoui adalah seorang seniman. Mereka tidak mampu untuk membiayai Yamal sekolah sepak bola. Terlebih, Sheila dan Nasraoui memutuskan cerai saat Yamal masih berusia tiga tahun.
Ibu Yamal sempat menjadi sukarelawan di salah satu klub yang berbasis di Barcelona, La Torreta. Pemain La Torreta kala itu, Inocente Diez, sempat mendorong manajemen untuk memasukkan Yamal ke akademi.
"Anda bisa tahu dia (Yamal) istimewa. Dia seperti disihir oleh tongkat ajaib," kata Diez.
Namun, belum sempat diboyong La Torreta, pencari bakat La Masia melihat potensi Yamal. Tanpa pikir panjang, La Masia langsung memberikan beasiswa kepadanya.
3. Menjelma jadi bocah ajaib Barcelona

Selama di La Masia, Yamal pun berkembang pesat. Bakatnya juga dilihat Xavi Hernandez, pelatih Barcelona sebelum Hansi Flick. Xavi mengundang Yamal yang masih berusia 15 tahun untuk ikut berlatih di skuad utama.
Kemudian, 290 hari setelah melakoni latihan perdana bersama skuad utama, Yamal akhirnya mengukir debut di LaLiga. Kesempatan itu yang mendongkrak permainan Yamal hingga akhirnya menjadi tumpuan Spanyol di Euro 2024 saat usianya belum genap 17 tahun.