Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Schweinsteiger, Gelandang Tangguh Hasil Evolusi

Heineken hadirkan lagi tur trofi Liga Champions di Indonesia. (IDN Times/Sandy Firdaus)
Heineken hadirkan lagi tur trofi Liga Champions di Indonesia. (IDN Times/Sandy Firdaus)
Intinya sih...
  • Bastian Schweinsteiger, legenda Bayern Munich, sukses menjalani transformasi dari winger menjadi gelandang sentral tangguh dan visioner.
  • Produk akademi Bayern, Schweinsteiger meraih delapan gelar Bundesliga, tujuh DFB-Pokal, dan satu mahkota Liga Champions pada 2013.
  • Schweinsteiger juga sukses bersama Timnas Jerman dengan 121 caps dan satu gelar Piala Dunia pada 2014.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Legenda Bayern Munich, Bastian Schweinsteiger, bisa jadi merupakan salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Jerman. Tak bisa dipungkiri karena sederet pencapaian manis diraih Schweinsteiger saat masih berseragam Bayern dan Timnas Jerman.

Karier Schweinsteiger juga terbilang menarik, karena bisa sukses usai menjalani transformasi posisi. Sempat mengawali karier sebagai winger, pada akhirnya Schweinsteiger menjadi gelandang sentral yang tangguh dan visioner.

1. Van Gaal yang mengubahnya

Schweinsteiger merupakan produk akademi Bayern. Sejak usia 14 tahun dia sudah menimba ilmu sepak bolanya di sana dan mulai terdeteksi sebagai prospek terbaik klub. Hingga, pada 2002 silam, Schweinsteiger menembus tim utama Bayern.

Tapi, saat itu dia mengawali karier sebagai winger. Kemudian, pelatih Louis van Gaal melihat potensi terpendam Schweinsteiger. Dia mengubah posisi Schweinsteiger, dari winger yang cepat, bertenaga, dan agresif hingga gelandang sentral, bahkan deep-lying playmaker,

Keputusan itu membuat karier Schweinsteiger melejit. Sebab, dia akhirnya menjelma sebagai salah satu gelandang tersukses Jerman karena mampu mempersembahkan delapan gelad delapan gelar Bundesliga, tujuh DFB-Pokal, hingga satu mahkota Liga Champions pada 2013, yang merupakan treble winners Bayern pertama sepanjang sejarah.

2. Sempat jadi andalan di lini tengah Jerman pula

Tak cuma tangguh bersama Bayern, Schweinsteiger juga kuat ketika membela Jerman. Bahkan, kariernya begitu sukses bersama Die Mannschaft.

Dia menjadi ruh dari Jerman selama lebih dari satu dekade. Buktinya, Schweinsteiger tampil dalam tujuh turnamen besar dan mencatatkan 121 caps. Tak cuma itu, Schweinsteiger juga menyumbang satu gelar Piala Dunia, yakni pada edisi 2014.

3. Sayangnya, jadi pesakitan di MU

Bayern bukan satu-satunya tim yang dibela oleh Schweinsteiger. Pada Juli 2015, dia direkrut oleh Manchester United atas rekomendasi Van Gaal.

Sayang, karier Schweinsteiger meredup bersama MU. Dia mendadak jadi manusia kaca karena sering mengalami cedera, mulai dari otot hingga lutut yang membuatnya susah menampilkan performa terbaik.

Posisinya makin terjepit ketika Jose Mourinho menjadi manajer MU. Bahkan, Schweinsteiger sempat dibekukan dari tim utama oleh MU. Hingga, pada Maret 2017, Schweinsteiger memutuskan cabut dari MU dan gabung ke klub Major League Soccer (MLS), Chicago Fire.

3. Pahitnya kenangan di final Liga Champions

Schweinsteiger memperkuat Bayern Munich selama 13 musim dan menghasilkan total 18 gelar berengsi. Termasuk gelar Liga Champions pada musim 2012/2013.

Tapi, bukan berarti karier Schweinsteiger mulus. Sebab, pada 2010 dan 2012, dia sempat menelan dua kekalahan pahit di final Liga Champions. Ironisnya, pada 2012, Schweinsteiger gagal angkat trofi bersama Bayern karena kalah dari Chelsea di Allianz Arena.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us