Kluivert: Dorongan Van Gaal, Kedisiplinan, dan Trauma Mendalam

- PSSI tunjuk Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia, menggantikan Shin Tae Yong.
- Kluivert ditekan fans karena CV kepelatihannya yang kurang meyakinkan, serta masa lalu kontroversialnya.
- Kluivert harus meneruskan fondasi yang sudah ditancapkan Shin Tae Yong, serta menghadapi risiko karakter sulit diatur dan kurang disiplin.
Jakarta, IDN Times - Timnas Indonesia segera memasuki era baru setelah PSSI menunjuk Patrick Kluivert sebagai pelatih. Penunjukkan ini sekaligus membuat Kluivert memikul beban berat di pundaknya.
Menggantikan Shin Tae Yong yang telah mendongkrak nama baik sepak bola Indonesia di kancah internasional, tentu tidak mudah. Kian terasa berat, mengingat Kluivert sudah ditekan fans, bahkan sebelum diperkenalkan.
Akun Instagramnya digeruduk dengan komentar yang nadanya begitu pedas. CV kepelatihannya yang kurang meyakinkan membuat banyak pihak ragu Kluivert dapat melanjutkan tongkat estafet Shin dengan baik.
1. Shin disiplin banget, kalau Kluivert?
Tak bisa dipungkiri, Timnas akan lebih disorot karena ditukangi eks Timnas Belanda yang bersinar bersama Ajax Amsterdam, AC Milan, dan Barcelona, itu. Namun, di balik kisah betapa tajamnya ketika masih menjadi seorang striker, Kluivert juga dihantui memori kelam.
Masa lalu Kluivert yang kerap tersandung kontroversi juga menjadi sorotan fans. Mulai dari kecelakaan yang merenggut nyawa, pelecehan seksual, hingga tersandung kasus judi.
Football Paradise melansir, Kluivert dianggap sebagai pemain yang sulit diatur dan kurang disiplin. Karakternya itu tergambar jelas saat membela Timnas Belanda di Piala Dunia 1998.
Kluivert diganjar kartu merah langsung atas perbuatannya yang sembrono, saat jumpa Belgia pada laga perdananya di fase grup. Dia sengaja menyikut Lorenzo Staelens. Usut punya usut, sikutan itu dilancarkan Kluivert karena Staelens diduga menghinanya sebagai pemerkosa.
Atas insiden itu, Kluivert harus keluar dari skuad cukup lama, karena disanksi larangan bermain tiga laga. Tanpa Kluivert, De Oranje tetap mampu melaju ke babak 16 besar.
Kluivert kembali tampil saat Belanda jumpa Argentina di perempat final. Pria kelahiran Amsterdam itu langsung menjadi salah satu inspirator kemenangan Belanda, dengan mencetak sebiji gol.
Karakternya yang sulit diatur dan kurang disiplin ini tentu berisiko buat Timnas, mengingat pemain Indonesia juga memiliki sifat serupa. Tim Merah Putih menjadi lebih disiplin dalam menjaga nutrisi dan fisiknya setelah ditempa Shin. Gelandang muda Persita Tangerang, Rifky Dwi Septiawan, merupakan contohnya.
"Kalau kuat sama pola latihan Shin Tae Yong, pegang omongan saya pasti kuat main 90 menit. Kalau makan sekarang terjaga, itu setelah saya masuk Timnas. Dulu, sebelum masuk Timnas, saya gak menjaga makanan, ternyata berpengaruh. Sebelum masuk Timnas juga gak pernah gym. Cuma kalau ada sesi dari latihan klub aja, gak pernah gym sendiri. Gak pernah sama sekali," kata Rifky kepada IDN Times beberapa waktu lalu.
Namun, berdasarkan penelusuran IDN Times, belum ada testimoni perihal tingkat kedisiplinan Kluivert sebagai pelatih. Terlepas dari itu, Kluivert harus meneruskan fondasi yang sudah ditancapkan Shin.
2. Kluivert sudah sembuh dari trauma?
Kluivert sejatinya sempat kehilangan jati diri setelah terlibat kecelakaan yang menewaskan pria paruh baya. Dia dinyatakan bersalah karena mengendarai mobilnya melebihi batas kecepatan.
Insiden itu terjadi pada 1995 silam. Kala itu, Kluivert berusia 19 tahun dan masih membela Ajax Amsterdam. Kecelakaan horor itu terus menghantuinya.
Ketika tampil pascainsiden itu, Kluivert diteraki pembunuh oleh suporter lawan. Momen ini membuat Kluivert depresi. Dua tahun setelah itu, dia memutuskan hengkang ke AC Milan dengan status bebas transfer. Keputusannya ini untuk menghindari sorotan publik di negara asalnya.
"Ada sesuatu di dalam diri saya yang hancur. Saya tidak akan pernah bisa benar-benar bahagia lagi. Anak kecil dalam diri saya telah mati. Hanya ketika berada di lapangan, saya bisa menjadi diri sendiri dan merasa benar-benar bebas," kata Kluivert dilansir Football Paradise.
Setelah hampir satu dekade merumput di negeri orang, Kluivert kembali bermain di Belanda. Dia membela PSV Eindhoven, namun hanya semusim, 2006/07. Musim berikutnya, dia bertolak ke LOSC Lille dan pensiun setahun setelahnya.
3. Louis van Gaal jadi guru Kluivert
Selepas pensiun, Kluivert memulai karier kepelatihannya pada 2008. Dia digaet AZ Alkmaar, untuk menjadi pelatih striker, hingga Desember 2009.
Kluivert sempat mencari pengalaman di Brisbane Roar untuk menjadi asisten pelatih Ange Postecoglou, NEC Nijmegen (pelatih striker), dan FC Twente U-21 (pelatih).
Kemudian, Louis van Gaal menghubungi Kluivert untuk menjadi asistennya di Timnas Belanda pada Agustus 2012. Kluivert menemani Van Gaal hingga Piala Dunia 2014.
Selepas itu, Van Gaal cabut menuju Manchester United. Kluivert dirumorkan kembali menjadi asistennya. Namun, masih dari laporan yang sama, Van Gaal menyuruh Kluivert untuk memulai babak baru sebagai pelatih di klub atau tim nasional.
Bisikan dari mentornya itu membuat Kluivert memilih melatih Timnas Curacao pada 2015. Pilihannya cukup menarik perhatian, mengingat Curacao kurang disorot di panggung internasional.
Trauma insiden kecelakaan 1995 disinyalir masih menghantui pikiran Kluivert. Dia masih mau menghindari sorotan, yang pada akhirnya memilih Curacao. Namun, dalam pengakuannya, dia memilih Curacao karena merupakan tempat lahir ibunya.
"Ibu saya berasal dari sini dan benar-benar ingin memberikan sesuatu kembali untuk tempat ini. Itulah alasan kenapa saya ada di sini," kata Kluivert dilansir Football Paradise.