Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sekjen PSSI, Yunus Nusi (IDN Times/Margith Juita Damanik)

Jakarta, IDN Times - Inkonsistensi agaknya sudah jadi sesuatu yang lumrah bagi PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB), dua pihak yang menjadi pemangku kebijakan kompetisi sepak bola Indonesia. Sikap mereka acap berubah-ubah.

Terbaru, PSSI memutuskan untuk menghentikan gelaran Liga 2 dan Liga 3 2022/23. Ada beberapa dasar pengambilan keputusan ini, seperti rekomendasi tim transformasi sepak bola Indonesia hingga permintaan dari sebagian besar klub.

Akan tetapi, lebih dari itu, keputusan ini kembali mencerminkan tidak konsistennya PSSI dan LIB dalam mengelola kompetisi. Saat Liga 1 diperjuangkan, lain hal dengan Liga 2 dan Liga 3.

1. Gigihnya PSSI memperjuangkan Liga 1

Ketua Umum PSSI dalam sesi jumpa pers. (ANTARA/Bambang Dwi Marwoto)

Selepas tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 lalu, PSSI berjuang gigih agar kompetisi Liga 1 2022/23, yang sempat tertunda beberapa bulan, bisa bergulir kembali. Ketika itu, alasan PSSI adalah soal nasib orang-orang yang bergantung pada sepak bola.

"Lebih dari 120 ribu orang menggantungkan diri dari sepak bola. Memang kami berduka atas tragedi Kanjuruhan, tetapi sepak bola harus terus bergulir. Alhasil, kita patut bersyukur Liga 1 2022/23 berjalan lagi," ujar Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan.

Buah dari perjuangan gigih ini terasa pada awal Desember 2022. Liga 1 2022/23 bergulir lagi. Meski harus menerapkan sistem bubble sepanjang Desember, pada akhirnya kompetisi bisa berlanjut. Itu karena upaya gigih dari PSSI.

2. LIB sempat berjanji akan menggelar Liga 2

Editorial Team

Tonton lebih seru di