Perang Puputan BRI Liga 1 yang Bawa Berkah

Jakarta, IDN Times - "Puputan!" begitu sosok Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai saat memimpin Kepala Divisi Sunda Kecil ketika memimpin perang dengan Belanda pada 20 November 1946 silam. I Gusti Ngurah Rai memimpin pasukan Ciung Wanara di Kecamatan Margarana, Tabanan, melawan Belanda yang hendak mendirikan Negara Indonesia Timur. Dalam kesempatan itu I Gusti Ngurah Rai bertarung habis-habisan melawan Belanda dengan segala kemampuannya.
Sebagai pemimpin tertinggi dalam perang, I Gusti Ngurah Rai bertugas untuk menyusun strategi dan memberikan komando dalam perang gerilya. Ya, strategi gerilya harus dipakai karena memang perlengkapan pasukan Ciung Wanara ketika itu terbatas, kalah dari tentara Belanda.
Namun, dengan keberanian mereka dan kecerdasan I Gusti Ngurah Rai, pada akhirnya sebanyak 400 pasukan Belanda tewas, menjadi pukulan yang begitu telak.
Kisah ini bak mengilhami pertarungan di BRI Liga 1 pada seri empat dan lima. Sebab, adu sikut para kontestan BRI Liga 1 begitu ketat, terutama di papan atas.
Hingga pekan 28, setidaknya masih ada lima tim yang bisa bersaing demi gelar juara. Bali United, Arema FC, Persib Bandung, Bhayangkara FC, dan Persebaya Surabaya, masih berpeluang jadi juara.
Persaingan kian menarik kala Arema baru saja menelan kekalahan dari Persik Kediri. Kondisi ini seharusnya bisa dimanfaatkan Bali United memperpanjang jarak poin dari Arema, menjadi lima angka.
Namun, margin lima poin belum tentu aman buat Bali United. Sebab, Persib, Bhayangkara FC, dan Persebaya, sejatinya masih mampu menyodok karena jaraknya juga tak jauh-jauh amat dari mereka.
"Pertarungan belum usai, karena laga baru memasuki pekan 27. Posisi sekarang tak penting. Sebab, paling penting kami bisa bertahan hingga pekan 34. Sebagai pemain, kami tak boleh bertepuk dada. Pekerjaan belum selesai," tegas striker Bali United, Ilija Spasojevic, di situs resmi klub.
Ketat di Papan Atas

Memang benar apa yang dikatakan Spaso. Sebab, setiap tim saat ini fokus mengejar Serdadu Tridatu.
Persib tampaknya ingin memanfaatkan kekalahan Arema dari Persik dan memangkas jarak poin dengan Bali United. Mereka bertekad buat bisa meraup tiga angka di laga pekan 28.
Namun, itu tak mudah karena lawan Persib adalah Persija Jakarta. Selama ini, Persib memang selalu kerepotan lawan Persija. Pada pertemuan terakhir, mereka juga kalah dengan skor 0-1.
"Pertandingan berbeda, salah satu yang terbesar di Indonesia dan kami harus melakukan pendekatan tak biasa. Kami kalah 0-1 di pertemuan pertama. Hasil itu menjadi cambuk yang bangkitkan gairah kami hingga sekarang," ujar pelatih Persib, Robert Rene Alberts, Senin (28/2/2022).
Robert tentu ingin cerita kali ini berbeda. Sebab, dia punya harapan kalau Maung Bandung mampu menyalip Arema dan mendekatkan diri dengan Bali United.
"Kami memang harus menang di pertandingan kali ini. Tak cuma sekadar tiga poin, tapi kami bisa menyalip dan naik tingkat. Puji Tuhan, kami terlibat dalam persaingan gelar juara. Kemenangan di laga ini, bisa mengangkat posisi kami," kata Robert.
Panas Pula di Papan Bawah

Persaingan keluar dari zona degradasi juga terbilang panas. Sampai sekarang, setidaknya ada lima tim yang terancam turun kasta ke Liga 2.
Meski duduk di posisi 13, PSM Makassar belum aman. Mereka cuma terpaut tujuh poin dari Persipura yang ada di peringkat 16, batas zona degradasi.
Tentunya, pergolakan di papan bawah juga akan menjadi menarik. Bisa jadi, semangat Perang Puputan juga tercermin di sini.
Hanya saja, persaingan di papan bawah BRI Liga 1 sempat terganjal masalah dengan kasus tak datangnya Persipura di laga kontra Madura United, pekan lalu.
Persipura tak datang dengan alasan kekurangan pemain akibat COVID-19 dan cedera. Namun, perangkat pertandingan dan Madura United sudah ada di lapangan.
Status pertandingan tak jelas. Padahal, kalau merujuk aturan PT Liga Indonesia Baru dan PSSI seharusnya sudah bisa ambil keputusan yang tegas.
Merujuk dalam Kode Disiplin PSSI Pasal 58, ditegaskan kalau salah satu tim tak hadir, layak dijatuhkan WO dan denda Rp150 juta.
Itu diperkuat pula dengan regulasi BRI Liga 1 Pasal 13A, yang menyebutkan hal serupa.
Namun, PSSI menyatakan kalau kasus ini berada dalam ranah Komisi Disiplin. Seharusnya pula, Komdis PSSI bisa dengan cepat mengambil keputusan.
"Komdis terus melakukan pendalaman untuk mengkaji sebelum akhirnya memberikan putusan. Ya kita tunggu saja apa yang akan diputuskan oleh Komdis," kata Sekretaris Jenderal PSSI, Yunus Nusi.
BRI Liga 1 juga sempat diganggu oleh sejumlah insiden pengambilan keputusan wasit yang tak tepat. Berkali-kali, wasit melakukan kesalahan fatal, yang membuat laga menjadi tak menarik untuk ditonton.
Ini menjadi PR buat PSSI agar kualitas wasit di Indonesia harus diperbaiki. Ke depannya, diharapkan kompetisi BRI Liga 1 bisa menyajikan pertandingan yang lebih menarik dan adil karena kualitas bagus dari sang wasit.
PSSI menegaskan tak akan tinggal diam dalam menyikapi masalah ini. Sebab, citra mereka juga dipertaruhkan akibat kesalahan wasit di kompetisi lokal selalu dipajang di media sosial dan selalu jadi bahan candaan warganet.
"Kalau ada yang tidak beres dalam kepemimpinan wasit, pasti akan cepat tersebar. Kalau kabarnya negatif yang dirugikan pasti PSSI. Jadi wasit-wasit itu harus terus belajar dan jangan mengulangi kesalahan yang sama," tutur Yunus.
Perang yang Bawa Berkah
Perang biasanya membuat kesengsaraan ke setiap warga di sekitarnya, seperti yang terjadi di Ukraina, saat Rusia melakukan invasi. Tapi, perang di Bali yang melibatkan tim-tim BRI Liga 1 malah membawa berkah buat warga sekitarnya.
Kehidupan di Bali, yang sempat lesu akibat pandemik COVID-19 kembali bergairah. Sektor pariwisata bangkit, tepat setelah turnamen bulu tangkis yang terangkum dalam Indonesia Badminton Festival digelar pada akhir 2021.
Puncaknya, saat BRI Liga 1 digelar di sana, terjadi pertumbuhan yang menjanjikan di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) juga mendukung UMKM untuk bisa beraktivitas kembali lewat berbagai fasilitas yang diberikannya.
"BRI senantiasa hadir mendukung perhelatan sepak bola karena kami melihat banyak sekali dampak positif yang timbul. Tidak hanya bagi pelaku industri sepak bola, namun juga UMKM," kata Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto.
UMKM dan sepak bola memang tak bisa dilepaskan. Pesohor Indonesia yang juga pemilik RANS Cilegon FC, Raffi Ahmad, bahkan mengakui kekuatan sepak bola yang begitu besar di Indonesia.
Atas alasan itulah, Raffi mau terlibat dalam sepak bola. Sebab, bagi Raffi, sepak bola merupakan komoditas yang bisa menjaring masyarakat dalam jumlah masif.
"Kalau basket kan memang lebih luwes dan sudah menjadi gaya hidup. Bisa akrab di digital. Sedangkan, sepak bola itu punya pasar masif, namun konvensional," kata Raffi.
Dengan begitu, harapan perbaikan ekonomi Indonesia lewat sepak bola benar-benar bisa dicapai. Memang, selama pandemik COVID-19, UMKM menjadi salah satu sektor yang paling tangguh. Mereka mampu menyerap 97 persen tenaga kerja dan integrasi investasi hingga 60,4 persen.
BRI juga mendorong UMKM tersebut dengan melakukan digitalisasi usaha. Menggelar lapak secara online, membuat para pelaku UMKM bisa memperluas pasarnya dan memaksimalkan potensi penjualan.
Direktur Kepatuhan BRI, Ahmad Solichin Lutfiyanto, mengungkapkan digitalisasi pelaku UMKM menjadi jembatan untuk bertahan sekaligus bertumbuh di masa pandemi ini. Hal ini berbanding lurus dengan hasil riset BRI Research Institute yang menyebut digitalisasi bisnis dapat mendongkrak pertumbuhan penjualan lebih dari dua kali lipat.
Terlebih, BRI juga aktif menyalurkan Kredit Usaha Rakyat yang pada 2021, di wilayah Bali dan Nusa Tenggara terserap hingga 9,2 triliun atau 102,16 persen dari target yang ditetapkan.
Catatan ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya. Makanya, UMKM di Bali bisa berkembang lebih pesat ketika kompetisi BRI Liga 1 digelar di sana.
"Saat pandemi, rata-rata para pengusaha UMKM kesulitan mendapat modal untuk membiayai bisnis. Dalam situasi itu, BRI hadir dan mendampingi para pelaku UMKM untuk bisa mempertahankan optimisme dalam berbisnis, sekaligus mendorong mereka yang ingin go digital," ungkap Solichin.
Efek yang dirasakan juga bukan hanya di Bali saja. Kawasan luar Bali, seperti Bandung, juga mengalami hal serupa.
The Original Vikin Fanshop, gerai yang menjual pernak-pernik Persib, mengalami peningkatan omzet selama BRI Liga 1 digelar. Setidaknya, kenaikan mencapai 30 hingga 35 persen, menandakan gairah sepak bola Indonesia yang mulai meningkat lagi.
"Saya sangat berterima kasih kepada BRI Liga 1 karena kompetisi bisa berjalan lagi. Sebelumnya, kami hampir tidak berkutik selama pandemi melanda. Berbagai upaya kami lakukan agar dapat bertahan. Sekarang penjualan sudah mulai membaik dan kami bisa menghidupi karyawan yang berjumlah sekitar 20 orang. Kami juga produksi sendiri, jadi secara ekonomi cukup berdampak ke banyak warga lokal," kata Manajer TOVF, Hendri.