Jakarta International Stadium yang Harus Bersolek

Kekurangan masih ada, dan itu bukan karena politik

Jakarta, IDN Times - Rabu, 12 Juli 2023, Tim IDN Times sedang berdiam di area dekat Jakarta International Stadium (JIS). Sembari beristirahat sejenak, kami memandang sekeliling. Panas, sudah tentu. Berdebu, sudah pasti. Kesal, karena tak bisa masuk.

"Izin mas, mohon banget belum bisa ya (untuk peliputan ke JIS)," ujar salah satu perwakilan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) kepada kami lewat pesan singkat.

Pun dengan tanggal 15 Juli 2023, hari Sabtu. Ketika itu, kami bersama beberapa media lain, sempat mengunjungi JIS. Serikat Masyarakat Bola Indonesia (SMBI) rencananya akan bermain di stadion utama JIS. Niatnya, tentu ingin merasakan fasilitas JIS.

Apa daya, yang terjadi justru jauh dari harapan. SMBI yang ketika itu mengundang beberapa legenda Timnas Indonesia, hanya diperkenankan main di lapangan latihan JIS, bukan utama. Bahkan, ketika itu pihak keamanan sempat melarang.

"Loh, pak, kami itu justru ingin memperkenalkan JIS ke mata dunia. Menunjukkan JIS itu sudah standar FIFA!" ujar salah satu perwakilan SMBI saat berdebat dengan pihak keamanan di JIS.

Dalam dua kejadian itu, kami memerhatikan dengan saksama. Di balik aroma politik kental yang sekarang tengah menyelimuti, memang nyatanya JIS itu harus bersolek. Sebab, bukan satu atau dua kali kami mengunjungi stadion ini.

Ya, tepatnya pada 2022 silam, kami sudah mengunjungi stadion ini beberapa kali. Dan lewat pengalaman kami, JIS harus dibenahi kembali agar lebih baik. Bukannya dipolitisasi oleh hal-hal tak perlu.

JIS keren, tapi....

Jakarta International Stadium yang Harus BersolekJakarta International Stadium (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Sekira 2022, kami mengunjungi JIS dalam dua kesempatan, yakni saat International Youth Championship (IYC) pada April 2022, dan Grand Launching JIS yang melibatkan Persija Jakarta, tiga bulan berselang.

Saat IYC, kami mendapatkan kesan yang baik soal JIS. Kami dibuat kagum dengan potret media center, serta kemegahan bangunannya. Plus, kami juga dibuat salut oleh arsitektur dalam stadion yang sekilas mirip San Siro.

Pujian juga diberikan oleh pelatih Atletico Madrid U-18, Daniel Perez, soal kualitas rumput JIS yang baik. Dia mengaku, senang bermain di sini dan bermain di JIS memberikan pengalaman yang bagus bagi dirinya dan para pemainnya.

"Saya dan para pemain senang main di sini. Ini jadi kali pertama kami main di sini . Merupakan pengalaman bagus untuk kami, bermain di stadion yang baru dengan kualitas bagus," ujar Perez saat itu.

Dalam Grand Launching JIS, kami berkesempatan hadir lagi ke stadion ini. Ketika itu, besar harapan kami stadion ini sudah dibenahi lebih baik lagi.

Sialnya, harapan tinggal harapan. JIS rupanya belum siap untuk menggelar laga dengan skala besar saat itu. Masalah awal bermula dari parkir. Kendati Pemprov DKI Jakarta sudah menyediakan kantong-kantong parkir, hal itu jadi tak efektif.

Kami yang memutuskan untuk menggunakan kantong parkir di area JIExpo Kemayoran, dan menggunakan shuttle bus ke JIS, harus terjebak kemacetan lantaran banyaknya parkir liar di sekitaran JIS. Hal tersebut membuat kami hampir terlambat tiba di stadion.

Masuk ke akses pemain, apa yang terlihat di IYC masih tampak di Grand Launching. Akses masuk pemain masih terlalu dekat dengan VIP. Bus tim pun masih tak bisa masuk ke lantai dua, lantaran atap yang terlalu rendah.

Pengalaman buruk lain kami alami saat liputan Grand Launching. Sebagai awak media, kami tidak mendapatkan tribune yang layak. Ditambah, sinyal handphone benar-benar susah didapat, bahkan di area media center sekalipun.

Berbeda dengan IYC, agaknya di laga ini panitia pelaksana pertandingan tidak menggunakan vendor tambahan untuk akses WiFi, sehingga internet jadi barang langka. Alhasil, awak media agak kelimpungan saat akan mengirim berita, foto, atau video.

Puncaknya, saat acara Grand Launching, pagar tribune utara JIS roboh. Ini terjadi saat Dewa 19 tampil. Terlepas dari alasan robohnya pagar ini adalah buah antusiasme The Jakmania, tentu harus jadi sorotan tersendiri.

Bayangkan, robohnya pagar ini terjadi saat laga sekelas FIFA Matchday. Tentu itu akan jadi tamparan bagi Indonesia. Akses internet yang sulit pun kelak akan jadi bahan kritik media-media luar, yang memang tak segan melempar kritik pedas.

Kami pun pulang dari liputan dengan perasaan kesal. Nyatanya memang, ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan JIS, jika ingin menggelar laga berskala internasional ke depannya. Akses parkir, akses masuk pemain, dan juga akses transportasi jadi sorotan kami.

Masalah sudah terdeteksi sejak awal

Jakarta International Stadium yang Harus BersolekSuasana JIS di malam hari. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Mantan COO PT Liga Indonesia Baru (LIB), Tigorshalom Boboy, memperkuat pengamatan kami. JIS sebenarnya bisa dipakai untuk menggelar laga internasional. Namun, tetap ada beberapa perbaikan yang harus dilakukan.

"Mesti ada beberapa perbaikan yang dilakukan di JIS. Kalau hanya menggelar pertandingan saja mungkin bisa. Tapi, ada banyak aspek terutama yang menyangkut keamanan dan keselamatan dalam menggelar pertandingan level internasional," ujar Tigor, beberapa waktu lalu kepada IDN Times.

Tigor menjabarkan, ada delapan catatan yang dibuatnya terkait perbaikan JIS. Kebanyakan, catatan itu terkait sederet fasilitas yang berkaitan dengan keamanan suporter serta kenyaman tim media yang meliput.

"Pertama, akses pemain yang masih menyatu dengan penonton umum atau bahkan VVIP. Kedua, akses kendaraan pemain, tidak bisa naik ke ramp atas jika menggunakan bus besar. Ketiga, fasilitas untuk host broadcaster terutama masalah cabling. Kemarin, host broadcaster sama sekali tidak menggunakan ruangan yg sudah disiapkan," ungkap Tigor.

Kasus robohnya pagar yang terjadi saat Grand Launching, menjadi catatan lain dari eks Licensing Club Manager PSSI tersebut. Pun, penonton harus disediakan pula area refreshment yang bisa menyediakan makanan dan minuman saat sedang menonton.

"Keenam, banyak blind spot yang tidak terpantau CCTV. Kalau ada insiden, sulit untuk dilakukan penanganan. Lalu, tribune media yang sampai kemarin belum tahu posisinya ada di mana. Katanya sih di lantai atas (8 atau 9), ini juga masalah bagi media cetak yang meliput. Terakhir, control room yang belum maksimal," ujar Tigor.

Itulah catatan Tigor kala itu. Dia mengamini memang tak ada namanya stadion berstandar FIFA. Namun, setidaknya rujukan pembangunan stadion harus mengikuti manual yang sudah dibuat FIFA. Tidak cuma soal rumput, tapi juga hal lain.

Baca Juga: Erick Thohir: JAS, JIS, Fokus Piala Dunia U-17 2023!

Buro Happold sudah kasih saran, nyatanya...

Jakarta International Stadium yang Harus BersolekJakarta International Stadium (IDN Times/Dini Suciatiningrum)

Konsultan yang turut serta dalam pembangunan JIS, Buro Happold, juga sudah memprediksi masalah JIS sejak lama. Dalam pernyataan resminya terkait JIS, ada analisis yang memperkuat pengamatan kami dan juga sejumlah otoritas.

Problematika banjir di Jakarta Utara ternyata masuk ke dalam analisis Buro Happold. Lantaran dibangun di wilayah yang rawan banjir, Buro Happold menyatakan kalau ini menjadi masalah utama bagi pembangunan JIS.

Lokasinya yang berdekatan dengan laut, membuat JIS begitu rentan terhadap banjir. Maka dari itu, Buro Happold harus menganalisis lebih dalam solusi dari banjir tersebut, bekerja sama dengan otoritas setempat.

Selanjutnya, mereka membuat rekayasa drainase agar air tak menggenang di kawasan JIS ketika banjir. Hingga akhirnya, diimplementasikan dalam pembangunan.

Masalah kedua JIS menurut Buro Happold, ternyata sama dengan apa yang disampaikan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono. Akses menjadi tantangan tersendiri bagi JIS.

Sebab, JIS dibangun di sekitar rumah penduduk. Ada dua wilayah pemukiman yang mengepung JIS dan menjadi sorotan Buro Happold. Dengan dikepung oleh dua wilayah penduduk, maka perlu ada perencanaan matang terkait transportasi.

Dalam kasus ini, Buro Happold selaku konsultan meminta agar otoritas terkait membangun sistem transportasi yang terkoneksi, sekaligus infrastrukturnya. Hal tersebut harus dijalankan agar tak terjadi penumpukan di titik tertentu. 

Baca Juga: PSSI Ajukan 8 Stadion untuk Piala Dunia U-17 2023, Termasuk JIS

Masalah tak cuma soal rumput

Jakarta International Stadium yang Harus BersolekSoft launching Jakarta International Stadium (IDN Times/Sandy Firdaus)

Selepas inspeksi JIS pada 3 Juli 2023, Basuki menyebut aspek pembenahan JIS memang bukan cuma rumput. Hal lain yang dia soroti adalah soal akses. Jadi, rumput dan akses-lah yang jadi fokus pembenahan JIS, tidak cuma rumput saja.

"Jadi, akan ditambah lima akses, berupa jembatan penyeberangan. Kemarin, pengalaman Jakmania, banyak yang parkir di Ancol dan kalau mau ke sini harus berputar. Nantinya, dibangun jembatan supaya lebih cepat," kata Basuki.

"Untuk stasiun kereta api, akan dibangun yang sementara JIS oleh PT KAI. Ramp (gerbang keluar) untuk tol, Jasa Marga, kami akan percepat selesai agar ada akses lagi. Semua keroyokan, ada yang dikerjakan Gubernur DKI Jakarta, PUPR, dan Jasa Marga," lanjutnya.

Masih bicara akses, Basuki juga menyinggung soal akses masuk bus. Dia menyatakan akan ada pintu dekat zona Barat yang dibongkar, agar bus berukuran besar bisa masuk. Kondisi sekarang, bus tak bisa masuk dan ini jadi sorotan tersendiri.

"Nantinya, ada akses bus besar untuk pemain dan ofisial tim, karena kondisi sekarang bus besar tidak bisa masuk. Nanti akan ada pintu masuk, yaitu pintu tiket (dari zona Barat) yang kita bongkar supaya bus bisa masuk," ujar Basuki.

Memang rumput jadi sorotan juga

Jakarta International Stadium yang Harus BersolekPelatih dan pemain Chonburi FC. (IDN Times/Sandy Firdaus)

Oke, memang rumput jadi polemik JIS sekarang. Namun, perlu diingat pada 2022 lalu, sudah ada dua pihak yang menyarankan agar rumput JIS dibenahi. Mereka adalah Chonburi FC dan pelatih Indonesia All Stars.

Pelatih Chonburi, Sasrom Pobprasert, sempat memuji JIS sebagai stadion yang gagah, sekaligus bukti berkembangnya sepak bola Indonesia. Dia pun sampai mengirimkan video kepada rekannya di FA Thailand (FAT) soal JIS. Tapi, rumput tetap kena kritik darinya.

"Tetap harus ada yang diperbaiki dari stadion ini (JIS). Tanah dari lapangan ini masih keras. Tanah dan rumputnya jadi masalah tersendiri bagi para pemain kami. Kami harus beradaptasi lama dengan lapangan ini, kurang lebih selama 20 menit," ujar Pobprasert.

Hal serupa juga diucapkan pelatih Indonesia All Stars, Ilham Romadhona. Menurutnya, di IYC, kualitas rumput JIS kurang merata. Untuk stadion dengan level internasional, jelas hal ini jadi sebuah cela tersendiri.

"Kalau untuk stadion yang sebesar ini saya rasa harus ada yang diperbaiki lagi, terutama di pinggir masih ada rumputnya yang kurang sempurna, kurang tebal dan masih agak kering. Mudah-mudahan bisa dikelola dengan baik karena ini kebanggaan kami juga," ujar Ilham.

Terbaru, Erick menyatakan kalau FIFA sudah bicara lewat surat resmi terkait rumput JIS, yang dikirimkan pada 20 Juli 2023 lalu. Pada dasarnya, FIFA meminta agar PSSI memastikan kualitas rumput di stadion-stadion yang digunakan dalam Piala Dunia U-17 2023, bisa dijaga.

Ini berkaitan dengan keselamatan para pemain. Sebab, kualitas rumput dan tanahnya, bisa memengaruhi keamanan serta keselamatan pemain ketika berlaga, meminimalisir risiko cedera.

"Di sini jelas FIFA bilang, the outline above current hybrid system on the carpet will propose a major risk. Jadi, memang harus diperbaiki, jika tidak akan jadi major risk saat dipakai," ujar Erick di Menara Danareksa, Selasa (25/7/2023).

Media tanam hybrid yang dipakai di JIS, pada dasarnya memang harus dibongkar. Sebab, akar rumput tidak berkembang dengan baik. Tingkat keempukannya juga berbeda dengan yang alami.

"FIFA memang punya catatan untuk JIS dan stadion yang satunya lagi (Pakansari). Tidak ada lobi-lobi dengan FIFA. Ini bukan sekali datang terus disetujui. Jadi setelah direnovasi mereka datang lagi. Nanti, delapan sampai 10 pekan setelah datang, mereka kembali," ujar Erick.

FIFA ketika dikonfirmasi IDN Times, menyatakan memang masih harus menjalani proses verifikasi stadion yang akan digunakan untuk Piala Dunia U-17 nanti. Hal itu, seperti yang sudah direncanakan, digelar akhir bulan ini.

"Kami juga menunggu hasil dari Tim Kompetisi," begitu pernyataan salah satu juru bicara FIFA.

Baca Juga: Buro Happold Sudah Prediksi Masalah JIS Sejak Lama

Bola ada di kaki FIFA

Jakarta International Stadium yang Harus BersolekKetua Panitia Penyelenggara FIFA U-20 World Cup 2023 (LOC), Erick Thohir lakukan pengecekan ke Stadion Jakabaring (dok.PSSI)

Pada akhirnya, nasib JIS memang berada di tangan FIFA. Apa pun keputusan otoritas sepak bola dunia itu nantinya, perbaikan untuk stadion yang berlokasi di Jakarta Utara itu memang harus dianggap masukan, bukan sebagai akal bulus politisasi.

Dengan fakta empiris yang kami dapat pula, JIS pada dasarnya memang harus dibenahi. Sayang, jika stadion semegah JIS terbengkalai karena tak bisa digunakan akibat berbagai kekurangan.

Hadirnya Piala Dunia U-17 2023 tentu menjadi sebuah kesempatan buat JIS agar bisa dipercantik. Pun, pada dasarnya mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sudah menyatakan JIS punya Indonesia.

Siapapun akan senang, jika JIS dibenahi, dipercantik, dan digunakan untuk kepentingan yang lebih besar. Jangan ada lagi, politisasi dalam sepak bola Indonesia.

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya