Para pemain Liverpool merayakan gol di babak 16 besar Liga Europa 2023/2024. (instagram.com/liverpoolfc)
Pamor Piala FA belakangan terangkat lagi setelah sejumlah big match tercipta di fase krusial. Hadirnya Liverpool versus Manchester City dalam final yang digelar di Wembley Stadium, 16 April 2022, telah memulihkan status Piala FA sebagai salah satu kompetisi yang bergengsi. Buktinya, kala itu puluhan ribu penonton rela buat menyaksikannya.
Bahkan, di berbagai belahan dunia, laga ini disaksikan. Maklum saja, duel Liverpool versus ManCity mendadak intens dalam beberapa musim belakangan, lantaran persaingan yang begitu ketat. Hingga, persaingan keduanya dianggap sebagai yang terbaik dalam sejarah Premier League.
Bayangkan saja, di era manajerial Juergen Klopp dan Pep Guardiola, keduanya kerap beradu kuat dalam urusan trofi domestik. Bahkan, persaingan Liverpool dan ManCity sempat terjadi di Liga Champions.
Statistik yang muncul di antara keduanya juga luar biasa. Dalam 22 pertemuan terakhir, keduanya saling mengalahkan di berbagai ajang. Sejauh ini, rekor Liverpool arahan Klopp masih terbilang lebih baik, dengan delapan kali menang, delapan imbang, dan tujuh kali kalah.
"Piala FA itu begitu prestisius, terkadang melebihi Premier League," kata manajer ManCity, Pep Guardiola, dilansir Sky Sports.
Kali ini, gengsi Piala FA kembali naik. Itu karena ada duel klasik yang menyelimuti di perempat final ketika Manchester United jumpa Liverpool.
Partai ini begitu dinantikan oleh banyak pihak. Bahkan, manajer MU, Erik ten Hag, merasa pertemuan dengan Liverpool menjadi momen pembuktian anak-anak asuhnya bisa berkompetisi di level tinggi atau tidak.
"Kami mau membuktikan ke semua orang, bisa main di level tinggi. Kami juga sadar harus melakukan semua bersama-sama," ujar Ten Hag dilansir situs resmi klub.