Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Thoriq Alkatiri Bicara VAR dan Momentum Wasit Indonesia Naik Kelas

Salah satu wasit terbaik di Indonesia, Thoriq Alkatiri. (IDN Times/Tino).

Jakarta, IDN Times - Indonesia memiliki sejumlah wasit berkualitas, salah satunya Thoriq Alkatiri. Bahkan, dia dinilai sebagai wasit terbaik di tanah air dalam beberapa tahun ke belakang.

Figurnya yang berkarisma dan tegas menjadi salah satu pemicunya. Terlebih, Thoriq memiliki lisensi FIFA. Hal tersebut yang membuat para pemain segan untuk protes berlebihan di atas lapangan.

Statusnya sebagai salah satu wasit terbaik di tanah air dipertegas setelah Thoriq dipercaya memimpin partai final Elite Pro Academy (EPA) U-20 2023/24 antara Persita Tangerang kontra Persis Solo di Stadion Manahan pada Kamis, 7 Maret 2024.

Laga itu memang hanya level kelompok umur. Namun, dalam duel tersebut, teknologi Video Assistant Referee (VAR) untuk pertama kalinya digunakan di sepak bola nasional.

Kualitas dan pengalaman yang Thoriq miliki membuatnya dipercaya PT Liga Indonesia Baru (LIB) untuk memimpin laga bersejarah tersebut.

Momen Thoriq meminta tayangan ulang dari VAR pun terjadi beberapa menit jelang laga berakhir.

Kala itu, Thoriq sudah memutuskan memberi penalti kepada Persita, setelah bek Persis melakukan pelanggaran di kotak terlarang. Namun, pelanggaran itu dibatalkan setelah melihat insiden yang lebih jelas dari VAR.

Hadirnya VAR di Indonesia, menurut Thoriq, menjadi momentum wasit tanah air naik kelas. Dengan hadirnya teknologi tersebut, para wasit Indonesia bisa mendapat lisensi VAR. Lisensi ini bisa membantu mereka untuk memimpin laga internasional.

Yuk lebih kenal dengan Thoriq Alkatiri, selaku salah satu wasit terbaik yang dimiliki Indonesia. Banyak hal yang Thoriq ceritakan, salah satunya alasannya menjadi wasit karena menyerah menjadi atlet sepak bola, lho! 

Mas Thoriq, akhirnya VAR diterapkan di sepak bola nasional. Bagaimana perasaannya ditunjuk untuk memimpin laga bersejarah ini?

Ya, alhamdulillah setelah enam bulan proses kami latihan dan ini akhirnya kita bisa menggunakan VAR di laga resmi walaupun tahapan uji coba.

Namun, ini laga resmi dan alhamdulillah selesai dengan tanpa hambatan yang berarti. Tentunya kita bangga sebagai wasit, tim, semua berjalan dengan lancar dan tidak ada masalah.

Sebelum melihat VAR, Thoriq memutuskan untuk memberikan penalti kepada Persita U-20. Lalu, apa yang membuat Anda memeriksa VAR dan membatalkan keputusan tersebut?

Posisi saya kan dekat dengan kejadiannya, ya. Saya pikir itu memang penalti. Dengan mata telanjang saya, saya meyakinkan bahwa itu penalti, tapi akhirnya VAR memanggil untuk me-review situasi itu.

Istilahnya VAR ini untuk melihat situasi kedua kalinya. Setelah melihat kamera, melihat tayangan ulang itu, dan betul bukan penalti. Karena pemain itu jatuh terlebih dahulu sebelum tackle. Dia sudah siap-siap untuk jatuh waktu kena tackle.

Akhirnya saya patahkan keputusannya, dimulai lagi dengan drop ball gitu. Dan saya pun yakin para penonton, penikmat sepak bola menunggu momen untuk ambil review. Saya tahu semua yang datang ke sini menunggu kapan VAR akan digunakan.

Instagram/PSSI

Teknis mengambil VAR itu seperti apa sih? Apakah bisa memeriksanya setelah momentum itu lewat beberapa saat?

Sebelum memulai penalti itu bisa diambil. Jadi, teknisnya itu ketika kita mengambil suatu keputusan. Kalau misalkan VAR-nya bilang "delay delay delay," kita jangan dulu memulai permainan sebelum VAR memeriksanya 100 persen terkait pelanggaran atau kejadian tersebut.

Perdana menggunakan VAR, merasa tegang gak Thoriq?

Kalau saya tegang sih enggak, cuma lebih excited karena VAR ini akhirnya digunakan di Indonesia.

Mungkin yang merasakan ketegangan teman-teman saya di ruangan (ruang kontrol VAR). Karena mereka kan memang betul-betul pertama kali mengontrol VAR di ruangan.

Kalau untuk wasit, sebenarnya tidak jauh berbeda untuk yang di lapangan.

Pelatihan VAR untuk Liga 1 masih berlanjut. (Dok. PT LIB)

Dengan adanya VAR, pastinya wasit perlu beradaptasi lagi di lapangan. Apa yang harus dilakukan untuk membiasakan diri?

Iya, ada perubahan dan butuh adaptasi. Yang di lapangan itu ketika mulai restart, misalkan ada goal kick atau corner kick, kita harus tunggu dulu. Sebelum ada konfirmasi dari VAR ketika ada situasi yang memang debatable ya.

Contohnya ada body contact atau misalkan tackle yang menurut saya tidak penalti, lalu corner itu kita jangan dulu memulai permainan sebelum ada konfirmasi dari VAR.

Itu yang harus delay whistle, terus delay flag, jadi kalau ada offside pun jangan terburu-buru untuk memberikan offside. Karena kita kadang-kadang yakin kita itu offside, padahal enggak. Ketika dilanjutkan main, gol, baru angkat offside.

Nanti VAR akan cek offside-nya betul atau tidak. Kalau tidak offside, jadi kasih gol, jadi jangan nge-break penyerangan, jadi harus tetap protect the game, pertandingannya biarkan berjalan dulu.

Dulu pernah bermain sepak bola di level kelompok umur, apa yang membuat Thoriq banting setir menjadi wasit?

Saya sadar kemampuan saya sendiri. Teknik saya tidak akan berkembang lebih jauh. Waktu itu saya bermain di level U-17 dan sepertinya tidak akan berkembang lebih jauh, karena saya sadar kemampuan saya sendiri.

Istilahnya, tempat saya ini kurang dalam development-nya. Kemudian, waktu itu saya melihat ada sosok yang menjadi wasit dari televisi. Saya tertarik untuk mencobanya, waktu itu saya masih usia 18 tahun.

Wasit sering menjadi sasaran emosi tim dan penonton. Apakah dulu pernah mendengar kasus kekerasan terhadap wasit sebelum memutuskan menjadi wasit?

Instagram/PSSI

Ya sempat, tapi kan dulu belum viral seperti saat ini, ya. Cuma ya sempat lah wasit tuh begini, wasit dikejar-kejar di lapangan. Tapi, tu hanya dalam bayangan aja. Tapi, setelah masuk ke dunia wasit ya ada challenge-nya tersendiri, kenapa sih mereka protes sama saya, padahal keputusan kita itu betul? Kalau kita betul kenapa takut? Walaupun salah, ya, manusiawi, jadi saya tidak takut.

Kalau wasit melakukans kesalahan, sering dituduh ikut serta dalam pengaturan skor dan mafia sepak bola. Setelah adanya VAR, apakah stigma itu akan hilang?

Kembali lagi kepada cara berpikir daripada stakeholder yang terlibat di sepak bola itu sendiri. Kalau mereka berpikir seperti itu, pasti ada aja singgungan pengaturan skor.

Kita ambil contoh di luar negeri, walaupun ada VAR kan pasti ada yang berbeda. Seperti di Liga Inggris, Liga Spanyol kan tetap ada kontroversi. Tapi ya mudah-mudahan, dengan adanya VAR, stigma itu sedikit berubah. Tidak ada lagi yang namanya, dibilangnya pengaturan skor, mafia, ya mudah-mudahan.

Kita hanya seorang manusia, tapi dengan adanya bantuan dari teknologi, bisa berjalan dengan lancar dan bisa menerima semua prosesnya.

Uji coba VAR dalam final EPA U-20 Liga 1 2023/24, di Stadion Manahan, Solo, Kamis (7/3/2024). (IDN Times/Tino)

Saya sempat berbicara dengan wasit di level amatir. Katanya, minat menjadi wasit itu tak sebesar menjadi pelatih karena kasus kekerasan tersebut. Apakah itu benar?

Kekerasan terhadap wasit mempengaruhi ya. Karena image-nya wasit itu kan sering mendapat kekerasan. Tapi, kalau menurut saya, lebih banyak yang mau menjadi wasit dibandingkan menjadi soerang pelatih.

Dari pandangan saya, malah seperti itu. Karena memang sekarang kan, wasit di Liga 1 bisa dibilang sudah cukup profesional. Kalau mulai dari bawah dan bisa menjalaninya lebih semangat, lebih aktif dan mau belajar, mereka akan cepat naik ke level yang lebih tinggi.

Thoriq punya pesan gak kepada wasit dan calon wasit di tanah air?

Pesan saya, yang pertama itu kita harus tetap menjaga fisik. Fisik adalah penunjang kita nomor satu. Kalau untuk yang lainnya, kita bisa mencari di tempat lain.

Tapi, kalau untuk fisik itu karena datanya dari diri sendiri. Jadi tetap semangat, jangan sampai kita mau terbang lebih tinggi, tapi fisik kita sudah kedodoran.

Seperti yang kalian tahu, wasit itu selalu di periksa kesehatannya setiap tahun. Ketika wasit gagal dalam tes kesehatan, nanti akan dievaluasi lagi.

www.theguardian.com

Figur sepak bola sering memiliki ritual khusus sebelum bertanding. Kalau Thoriq sendiri, apakah punya ritual tersendiri?

Karena saya orang beragama, ya berdoa saja. Berdoa sebelum kick-off.

Sebelum pertandingan, saya juga sering telepon istri dan orang tua. Hanya itu saja ritualnya.

Apasih momen yang paling berkesan selama menjadi wasit?

Waktu itu pertandingan di Wamena, ini sangat berkesan karena lokasinya sangat jauh. Lebih menarik di perjalanannya, kita sampai di sana, naik pesawat Boeing yang sudah dimodifikasi. Isi di dalamnya itu segala macam. Ada sembako, babi, beras, minyak goreng. 

Kita duduk di situ, di tempat pilot, terbang dari Sentani Airport  ke Wamena. Wah, itu pengalaman yang luar biasa. Dan mimpinnya itu cuacanya dingin sekali. Pemain pun sudah enggak bisa lari, sampai berdarah hidungnya karena dingin.

Uji coba VAR dalam final EPA U-20 Liga 1 2023/24, di Stadion Manahan, Solo, Kamis (7/3/2024). (IDN Times/Tino)

Sudah mencapai titik ini, sebagai salah satu wasit terbaik di Indonesia, ada tidak target yang ingin dicapai lagi?

Ya semua orang pasti punya target, termasuk saya. Sekarang yang penting saya harus dapat license VAR dulu. Setelah punya license VAR, kita mudah untuk pergi kemana saja.

Mungkin setelah kita punya license VAR, baru kita punya target yang berikutnya ya. Mimpin pertandingan Asia dulu mungkin.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tino Satrio
Ilyas Listianto Mujib
Tino Satrio
EditorTino Satrio
Follow Us