Manajer Aston Villa, Unai Emery (Instagram @AVFCOfficial)
Keputusan Zinedine Zidane rasanya cukup masuk akal, mengingat ada beberapa pelatih yang nekat untuk menangani sebuah tim tanpa menguasai bahasa lokal terlebih dulu. Bisa sukses, tetapi juga tidak. Unai Emery menjadi salah satu contoh paling nyata. Dia membuktikan penguasaan bahasa lokal begitu penting. Saat pertama kali datang ke Arsenal pada 2018, Emery memiliki kemampuan bahasa Inggris yang terbatas.
Beberapa kali, dia bahkan sempat salah mengucapkan frasa dalam bahasa Inggris. Tak pelak, media-media di Inggris hingga warganet sering mencemoohnya. "Good ebening" menjadi frasa paling ikonik yang sempat diucapkan Emery. Akhirnya, dia gagal mengangkat performa Arsenal.
Pada Mei 2020 lalu, Unai Emery mengakui, bahasa Inggris yang membuatnya kacau di Arsenal. Tanpa menguasai bahasa Inggris sepenuhnya, Emery buka-bukaan gagal mengontrol ruang ganti Arsenal. Dia kesusahan mendekatkan diri kepada pemainnya.
"Aku sebenarnya punya level yang layak, tetapi perlu meningkatkannya. Ketika hasilnya buruk, tidak sama. Anda minim penguasaan linguistik untuk menjelaskan. Lalu, lebih fokus 'good ebening', oke itu 'good evening'. Namun, ketika aku bilang 'good evening' dan menang, itu sangat lucu. Ketika kalah, memalukan," ujar Unai Emery dikutip The Guardian.
Bersama Arsenal, Emery merasa ditinggalkan. Ketika fase kritis mendatanginya, tak satu pun orang yang mendekat untuk bisa menenangkannya. Ada tembok penghalang berupa komunikasi yang membuatnya sulit mendekatkan diri. Terlebih, fans Arsenal ketika itu sangat kritis dan keras terhadapnya.
"Mereka sempat bilang, 'kami bersamamu'. Namun, ketika berhadapan dengan fans dan ruang ganti, mereka tak bisa melindungiku. Sebenarnya, aku merasa sendiri. Hasil akhir yang membuatku harus angkat kaki," kata Emery.
Setelah merefleksikan diri, Unai Emery pada akhirnya bisa kembali menukangi klub Inggris. Dia belajar bahasa Inggris dengan lebih dalam dan mengembangkannya. Ujungnya, Emery mampu meledak bersama Aston Villa. Ini bisa dimaklumi. Emery memiliki sejumlah pemain yang bisa berbahasa Spanyol pula. Mereka menjadi agennya dalam mendekatkan diri kepada tim. Contohnya Emiliano Martinez.
Sebenarnya, Emery bukan orang pertama yang kewalahan menangani tim Inggris tanpa menguasai bahasanya. Sudah pernah ada Fabio Capello (Timnas Inggris), Claudio Ranieri, Juande Ramos, dan Ossie Ardiles. Sempat ada insiden ketika Capello menyebut Ray Wilkins menjadi Rye Wilkins. Kemudian, Ardiles menyebut Tottenham Hotspur sebagai Tottingham. Ini tentu menjadi sebuah dinamika dan preseden tersendiri buat seorang pelatih atau manajer.