Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Blackberry Kalah dengan Android dan iPhone?

potret HP Blackberry (unsplash.com/@quangthai_itshop)
potret HP Blackberry (unsplash.com/@quangthai_itshop)
Intinya sih...
  • Blackberry lambat dalam berinovasi
    • Terlalu lama mempertahankan desain dan sistem operasi lawas
    • Gagal menanggapi tren layar sentuh dan pengalaman pengguna modern
    • Ekosistem aplikasi yang Lemah
      • BlackBerry World terbatas dan kurang diminati oleh developer
      • Pengguna merasa terkekang karena tidak bisa menikmati aplikasi populer
      • Ketergantungan pada pasar korporat
        • Terlalu fokus pada pasar korporat dan enterprise, kehilangan segmen bisnis
        • Tidak mampu menyesuaikan diri dengan tren smartphone

Di awal tahun 2000-an, BlackBerry pernah menjadi raja di dunia smartphone, terutama di kalangan pebisnis dan profesional. Berkar fitur andalan seperti keyboard fisik yang nyaman dan layanan BlackBerry Messenger (BBM), perangkat ini dianggap simbol produktivitas dan prestise. Namun, kejayaan itu tidak bertahan lama setelah munculnya Android dan iPhone yang membawa inovasi besar.

Android dan iPhone menawarkan antarmuka layar sentuh penuh, ekosistem aplikasi luas, serta pengalaman pengguna lebih modern. Sementara itu, BlackBerry lambat beradaptasi dan tetap terpaku pada konsep lama yang mulai usang. Perlahan tapi pasti, pengguna mulai beralih ke perangkat yang lebih fleksibel dan mengikuti tren teknologi terbaru. Lantas, kenapa perusahaan yang dulunya bernama Research in Motion (RIM) itu kehilangan pasarnya? Mari ketahui penyebab Blackberry kalah dengan Android dan iPhone berikut.

1. Blackberry lambat dalam berinovasi

potret HP Blackberry (unsplash.com/@djyde)
potret HP Blackberry (unsplash.com/@djyde)

BlackBerry terlalu lama mempertahankan desain dan sistem operasi lawas, seperti keyboard fisik dan OS miliknya yang ketinggalan zaman. Saat iPhone dan Android hadir dengan layar sentuh penuh dan pengalaman pengguna yang lebih modern, BlackBerry gagal menanggapi tren itu dengan cepat. Konsumen mulai menginginkan HP multifungsi untuk hiburan, media sosial, dan aplikasi, bukan hanya untuk email dan komunikasi bisnis. Ketika akhirnya BlackBerry mencoba merilis HP layar sentuh dan OS baru, semua itu sudah terlambat.

2. Ekosistem aplikasi yang lemah

potret HP Blackberry (unsplash.com/@alex_dream)
potret HP Blackberry (unsplash.com/@alex_dream)

Keberhasilan Android dan iPhone sangat ditopang oleh Google Play Store dan Apple App Store, yang menyediakan jutaan aplikasi. Sementara itu, BlackBerry World sangat terbatas dan kurang diminati oleh developer. Akibatnya, pengguna merasa terkekang karena tidak bisa menikmati berbagai aplikasi populer. Ketertinggalan ini membuat banyak pengguna beralih ke Android atau iOS untuk kebutuhan sehari-hari.

3. Ketergantungan pada pasar korporat

potret HP Blackberry (unsplash.com/@quangthai_itshop)
potret HP Blackberry (unsplash.com/@quangthai_itshop)

Sedari awal, BlackBerry terlalu fokus pada pasar korporat dan enterprise, dengan mengandalkan fitur keamanan dan email terenkripsi. Sementara Android dan iPhone justru membidik pasar umum dan generasi muda, yang jumlahnya jauh lebih besar. Ketika tren smartphone mulai bergeser ke gaya hidup dan hiburan digital, BlackBerry gagal menyesuaikan diri. Bahkan segmen bisnis pun akhirnya ikut beralih karena kebutuhan mobilitas dan fleksibilitas lebih tinggi.

4. Kesalahan strategi dan kepemimpinan

potret HP Blackberry (unsplash.com/@quangthai_itshop)
potret HP Blackberry (unsplash.com/@quangthai_itshop)

Keputusan manajerial yang lamban dan defensif turut memperparah nasib BlackBerry. Mereka meremehkan ancaman dari iPhone di awal kemunculannya, bahkan sempat menganggap iPhone sebagai produk mainan. Selain itu, pergantian CEO dan visi yang tidak konsisten membuat arah pengembangan produk menjadi kacau. Akibatnya, BlackBerry kehilangan momentum dan kepercayaan pasar.

5. Kurangnya daya tarik untuk konsumen umum

potret Blackberry Passport (pexels.com/@alessandro-nofi)
potret Blackberry Passport (pexels.com/@alessandro-nofi)

Desain BlackBerry dianggap kaku dan tidak stylish jika dibandingkan dengan ponsel Android dan iPhone yang tampil lebih elegan. Generasi muda lebih tertarik pada HP yang bisa digunakan untuk bermain game, menonton video, hingga swafoto, yang bukan keunggulan BlackBerry. Brand ini juga gagal membangun citra baru di luar segmen profesional. Ini membuat BlackBerry sulit bersaing di pasar yang makin didominasi tren dan gaya hidup. Singkatnya, kekalahan BlackBerry bukan karena teknologinya buruk, tapi karena tidak mampu beradaptasi dalam industri yang berubah cepat. 

Momen Blackberry kalah dengan Android dan iPhone menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya adaptasi serta inovasi dalam industri teknologi yang bergerak sangat cepat. Meski pernah merajai pasar global dengan lebih dari 80 juta pengguna aktif pada 2012, BlackBerry kini hanya menjadi kenangan bagi sebagian orang. Ironisnya, teknologi keyboard fisik yang dulu jadi kebanggaannya kini justru dianggap simbol masa lalu di tengah dominasi layar sentuh penuh yang fleksibel dan modern.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us