8 Fitur Konyol Ini Ada di Android, Pernah Pakai Gak?

Pada 2013 lalu, OPPO merilis ponsel N1. Dengan ukuran layar 5,9-inci dengan resolusi 1080x1920, dan kamera 13 MP yang bisa diputar menjadi kamera swafoto dengan lensa yang sama serta mampu merekam video dengan resolusi 1080p, OPPO N1 adalah ponsel pintar yang didambakan mereka yang suka foto dan swafoto.

Namun, di baliknya - benar-benar di baliknya - OPPO menyematkan fitur O Panel. Dengan O Panel, kamu dapat mengendalikan layar sentuh N1 dengan mengusap bagian belakang ponselmu. Contohnya, kamu ingin menyalakan kamera? Bisa ketuk dua kali O Panel.

Fitur ini pertama mengesankan banyak orang yang tak ingin sibuk menggunakan dua tangan. Tapi, lama kelamaan, mereka menyadari kalau O Panel terkadang susah digunakan dan membuat pergelangan tangan sakit.

Dengan bodi sebesar itu, butuh tenaga ekstra untuk mengusap bagian belakangnya dengan satu tangan, belum lagi jika gagal. Haduh!

Dirilis pada 2013, HTC adalah salah satu perusahaan ponsel pintar yang mulai mengusung pemindai sidik jari sebagai opsi keamanan biometrik pada ponselnya. Selain itu, HTC juga bekerja sama dengan rapper kawakan asal Amerika Serikat, Dr. Dre, untuk meningkatkan kualitas audionya lewat Beats Audio.

Tapi, kami tidak membahas audionya. Melainkan fitur pemindai sidik jari digitalnya. Terlepas dari kameranya yang hanya 4MP, memang HTC menekankan pada fitur audio dan biometriknya.

Namun, dengan ukuran ponsel yang lebar nan tebal (10 mm) seberat 217 gram, ide menambahkan sensor sidik jari tepat di bawah lensa kamera bukanlah ide yang cemerlang. Terlebih lagi, kadang kamu bisa salah sentuh. Bukannya mengamankan, malah merepotkan!

Lihat? Judulnya saja sudah panjang. Samsung memang terkenal mengeluarkan fitur-fitur nyeleneh yang kemudian membuat penggemarnya bosan sendiri.

Dirilis pada 2012, Samsung S3 memikat para pencinta Android dengan desainnya yang mulus dan elegan. Selain itu, S3 juga dilengkapi dengan kamera yang terbilang "wah" di zamannya, setajam 8MP.

Biasanya, untuk screen shoot, tombol mana yang akan kamu tekan? Volume down dan tombol kunci, kan?

Oh, tidak dengan yang ini. Pengguna Samsung S3 dapat menangkap layar dengan telapak tangan mereka! Ciat!

Terdengar sophisticated? Memang, pada zaman itu, segala hal yang tidak biasa akan terdengar sophisticated dan menjadi tren yang singkat di masyarakat. Pemilik S3 akan dengan pongahnya menggesek telapak tangannya ke S3 hanya untuk menangkap layar.

Setelah sekian lama? Hal tersebut bukannya keren, malah membuatmu terlihat konyol.

Dirilis dalam interval setahun saja, Sony mengeluarkan Xperia Z1 dan Z2 dengan fitur kamera yang lain daripada yang lain. Entah apa yang berada di pikiran pengembang Sony saat itu.

Bagaimana tidak, kamu bisa menambahkan efek AR sebelum menjepret momen tersebut ke galerimu. Talking about effects!

Dengan fitur efek AR pada kamera Sony yang memang sudah terkenal mutakhir hingga saat ini, para penggemar Xperia menggila saat itu. Bayangkan, kamu tidak perlu menyelam ke laut untuk menjadi penyelam SCUBA, atau berada di taman hiburan dan taman bunga sungguhan.

Tinggal pilih efeknya, tambahkan ke frame kameramu, dan jepret! Masalahnya, fitur ini hanya populer sementara. Setelah beberapa lama, para penggemarnya hanya melihat kamera 20MPnya daripada efeknya yang kekanak-kanakan.

Hampir sama seperti Xperia Z1 dan Z2, HTC pun tak mau kalah soal efek kamera. Dirilis pada 2014, HTC One (M8) hanya mengusung kamera dengan lensa 4MP. Pada tahun tersebut, HTC dan Beats Audio sudah cerai. Jadi, HTC harus memikirkan cara lain untuk memikat pelanggannya.

Oleh karena itu, One (M8) mengusung fitur efek kamera. Dengan efek ini, pengguna dapat menambahkan stiker-stiker unyu seperti topi, kalung emas, kacamata, dll.

Fitur-fitur ini masih lazim ditemukan pada ponsel pintar saat ini. Malah, fitur Instagram memungkinkanmu untuk menambah stiker pada Storymu. Jadi, bisa dibilang saat itu konyol, tapi fitur ini malah ngetren sekarang.

Dirilis setahun setelah S3, Samsung S4 mulai memperhatikan keamanan biometrik pada ponsel pintarnya. Sandi sidik jari? Terlalu biasa, kata Samsung. Jadi, perusahaan ponsel pintar asal Korea Selatan ini memasang fitur pengenal wajah untuk membuka ponselnya!

Pada waktu itu, bisa dibilang S4 menjadi pionir fitur pengenalan wajah untuk membuka kunci ponsel pintar. Namun, karena menjadi yang pertama, S4 harus menghadapi kritik negatif yang mengatakan bahwa fitur ini tidak seaman sidik jari dan tidak berfungsi di tempat dengan pencahayaan rendah.

Kemungkinan besar, hal ini disebabkan oleh kamera depannya yang hanya setajam 2MP, berbanding terbalik dengan kamera belakangnya yang setajam 13 MP. Lagipula, fitur ini menyebalkan bagi mereka yang tak ingin melihat muka mereka tiap membuka S4.

LAGI-LAGI SAMSUNG S4! Menjadi yang pertama bukan berarti yang terbaik. Oleh karena itu, pendiri Apple, Alm. Steve Jobs, mengatakan: "Details matter, it's worth waiting to get it right." Dengan kata lain, daripada menjadi yang pertama tapi banyak salah, lebih baik dikembangkan dulu hingga sempurna baru dirilis.

Untungnya, S4 menjadi "medan tempur" dan "sekolah" bagi Samsung untuk belajar dan bangkit dari kesalahan. Nah, salah satu kesalahannya adalah ini: fitur Sound-and-Shot pada kameranya. Bukan "Scream and Shout". Itu lagu The Beatles.

Seperti yang kamu lihat di video tersebut, fitur Sound-and-Shot mengizinkan pengguna untuk menjepret foto lalu S4 akan merekam suara sekitar 6 detik untuk menambahkan "nuansa hidup". Namun, apa yang kamu dengar kemungkinan besar hanya, ""Nih, udah jadi fotonya," atau suara keramaian yang... Tidak ada faedahnya.

Penutupnya tidak lain, tidak bukan, adalah Samsung S4 lagi! Dibanderol seharga Rp7,5 juta, memang S4 bertabur fitur-fitur yang wah dan memudahkan para penggunanya. Salah satunya adalah Smart Scroll ini.

Seperti yang sudah dijelaskan di kelemahan S4 sebelumnya, saat pertama kali diluncurkan, fitur-fitur yang futuristik pada zamannya ini memang menjadi tren yang berumur pendek.

Bayangkan saja, kamu tidak perlu menggunakan tangan untuk mengendalikan S4, melainkan hanya menggunakan gerakan mata atau kepala! Memang, fitur ini amat berguna bagi mereka yang tangannya sedang cedera atau bahkan tidak memiliki tangan.

Namun, setelah sekian lama mengontrol atas-bawah, kiri-kanan layar S4mu dengan gerakan mata, pastinya matamu akan merasa pegal dan lelah. Saat itu, obat tetes mata sudah harus siap sedia di tangan.

Makanya, lebih baik layarnya digeser dengan tangan, kan?

Itulah fitur-fitur yang tadinya mungkin dianggap keren, namun sekarang, malah terlihat konyol. Atau, mungkin, kekonyolan itu adalah hasil perkembangan teknologi yang lebih superior daripada zaman dulu?