4 Kunci Kemenangan AE Atas EVOS di Final Lower Bracket MPL ID S16

- Gameplay AE sangat bersinergi dan sistematis
- Draft dan ban AE lebih superior, EVOS butuh lebih banyak hero pool
- Targeting ke Alberttt menjadi prioritas utama
MPL Indonesia Season 16 (MPL ID S16) resmi berakhir pada Minggu (2/11/2025) kemarin. ONIC Esports (ONIC) kembali menjadi juara setelah berhasil mengalahkan Alter Ego (AE) di grand final. Omong-omong, AE terbilang sangat kuat pada MPL ID S16, lho. Mereka berhasil sampai ke grand final setelah mengalahkan EVOS Esports (EVOS) di final Lower Bracket pada Sabtu (1/11/2025).
AE mengalahkan sang Macan Putih dengan skor 4-2. Padahal, EVOS juga termasuk sangat kuat pada musim ini. Lantas, apa yang membuat AE begitu kuat dalam pertandingan melawan EVOS? Berikut 4 kunci kemenangan AE atas EVOS di final Lower Bracket!
1. Gameplay AE sangat bersinergi dan sistematis

Banyak orang, baik lawan, caster, streamer, maupun penggemar yang mengomentari kalau AE mengalami peningkatan yang drastis dari segi gameplay. Itu semua berkat regenerasi pemain baru seperti Alekk dan Yazukee yang menambah dinamika tim. Benar saja, EVOS benar-benar di-outplay oleh mereka. Omong-omong, AE juga terlihat sangat memiliki kepercayaan satu sama lain yang tinggi. Mereka tak segan menerjang formasi lawan karena tahu bakal dibantu rekan.
Team fight AE sangat sistematis dan solid. Cara pemain mereka mengambil timing dalam team fight sangat baik. Misalnya, pada game ketiga, Helcurt (Alekk) digunakan di saat terakhir untuk memberikan dukungan dengan Dark Night Falls. Dalam game kelima, AE juga membuktikan team fight mereka lebih superior dengan mengajak EVOS untuk team fight sejak early game dan tak pernah mengalami kerugian.
2. Draft dan ban AE lebih superior, EVOS butuh lebih banyak hero pool

Dari segi draft, AE juga penuh kejutan. Seperti yang dibilang punggawa ONIC, draft AE aneh tapi sangat variatif. Misalnya, game ketiga mereka membawa Helcurt roam yang akhirnya jadi masalah besar untuk EVOS. Tiap hero diracik oleh coach Xepher agar bersinergi dengan baik. Mereka berfokus pada hero crowd control (CC) yang bisa diajak agresif. Untuk pemilihan ban, Xepher dan tim AE juga bijak untuk ban hero power dari Erlan dan Rendyy yang merupakan dua ujung tombak EVOS yang diandalkan dalam laning phase.
Sebaliknya, EVOS sepertinya kurang bijak dalam mengambil keputusan ban. Mereka melepaskan Yi Sun-shin dan Cici yang akhirnya menjadi hero menyusahkan untuk EVOS. AE juga tidak gengsi untuk ban Nathan di dua pertandingan terakhir karena Nathan membuat AE kalah pada game keempat. Omong-omong, saat AE respect ban Granger dan Harith, Erlan menjadi tidak berkutik karena kehabisan hero andalan. Ini bisa jadi masukan, ia harus menambah pool hero untuk terus bisa bersaing, sih.
3. Targeting ke Alberttt menjadi prioritas utama

Kekalahan pada game pertama dan keempat sepertinya menyadarkan AE kalau Alberttt adalah kunci utama kekuatan EVOS. Benar saja, Erlan dan Rendyy yang tidak dikasih hero power membuat mereka lebih mudah ditaklukkan. Namun, sang veteran dengan pool hero segudang tetap sangat kuat. Bisa dilihat dari dua game yang dimenangkan EVOS, Hayabusa dan Lancelot sangat merepotkan AE ditangan Alberttt.
Alhasil, mereka benar-benar memfokuskan diri untuk targetting ke Alberttt. Bahkan, pada game kelima dan keenam, mereka sampai tidak memberikan ruang farming untuk Alberttt karena terus-terusan memaksa EVOS team fight. Nino menjadi eksekutor yang berperan besar dalam menjegal Alberttt. Pada game ketiga, ia bahkan membuat Alberttt tak berkutik dengan skill ultimate, The Way of the Dragon saat memakai Chou.
4. META terbaru menguntungkan AE

Sebenarnya, peningkatan luar biasa AE juga tidak lepas dari patch terbaru MLBB yang membuat pemilihan hero lebih fleksibel. Sejak Regular Season, META fighter sebagai gold laner sudah sangat efektif. Dengan populernya META fighter gold laner, AE sangat diuntungkan.
AE dari dulu memang dikenal sebagai DNA fighter. Tiap pemain sangat jago memainkan fighter. Karena META baru ini, mereka jadi dapat memainkan dua fighter sekaligus. Dapat dilihat dari pertandingan melawan EVOS, Nino dan Arfy jarang sekali terdesak.
Mereka dapat menjadi pelindung sekaligus petarung garis depan yang kuat. Sebagai pemain yang umumnya pakai marksman, Arfy juga bagus sekali menggunakan fighter. Lapu-Lapu, Ruby, dan Cici menjadi tulang punggung yang membuat EVOS tidak bisa mendominasi sama sekali.
Penampilan mereka saat melawan EVOS sudah lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa AE memang layak mendampingi ONIC di M7 World Championship 2025. Semoga saja AE dan ONIC bisa kembali dipertemukan di final M7, ya!


















