4 Alasan Mengapa Password Bukan Lagi Pilihan Terbaik di Era Digital

Di era digital yang semakin kompleks, cyber security menjadi prioritas utama bagi individu, perusahaan, dan organisasi di seluruh dunia. Di tengah kemajuan teknologi, sistem keamanan tradisional seperti penggunaan password mulai dipertanyakan efektivitasnya. Meski masih digunakan secara luas, kenyataannya metode ini terus menunjukkan berbagai kelemahan yang sulit diabaikan.
Seiring meningkatnya kasus kebocoran data dan serangan siber, muncul berbagai alternatif yang lebih aman dan efisien dibandingkan penggunaan kata sandi. Otoritas keamanan dan pakar teknologi juga menyarankan beralih ke metode autentikasi yang lebih modern. Berikut adalah empat alasan utama mengapa penggunaan password sudah tidak lagi menjadi pilihan terbaik untuk keamanan digital.
1. Rentan terhadap peretasan

Penggunaan password atau kata sandi yang lemah dan mudah ditebak, sangat rentan terhadap serangan siber seperti brute force, phishing, dan credential stuffing. Banyak orang masih menggunakan kata sandi yang sederhana, seperti kombinasi angka atau nama pribadi, yang mudah ditebak oleh peretas. Bahkan dengan menerapkan aturan kompleksitas seperti penggunaan huruf besar, angka, dan simbol, celah keamanan tetap terbuka ketika pengguna memakai kata sandi yang sama di berbagai akun.
Peretas kini juga memanfaatkan kecanggihan teknologi, termasuk kecerdasan buatan, untuk menebak kata sandi dengan lebih cepat dan efisien. Database hasil kebocoran dari layanan besar sering dijual di pasar gelap dan digunakan kembali untuk mengakses akun lain. Ketergantungan terhadap sistem password membuat pengguna menjadi target yang lebih mudah bagi penjahat siber.
2. Sulit dikelola oleh pengguna

Seiring bertambahnya jumlah akun digital yang dimiliki, semakin sulit pula bagi pengguna untuk mengingat semua password yang berbeda. Banyak orang akhirnya menyiasati hal ini dengan menggunakan kata sandi yang sama di beberapa layanan atau menyimpan catatan di tempat yang kurang aman. Praktik tersebut membuka risiko baru dalam keamanan digital.
Manajemen password juga menyita waktu dan energi, terutama ketika harus mengganti secara berkala atau saat lupa kata sandi. Meskipun aplikasi password manager dapat membantu, penggunaannya masih belum merata dan tetap menyimpan satu titik risiko jika aplikasi tersebut diretas. Ketergantungan pada ingatan manusia dalam sistem keamanan bukanlah pendekatan yang ideal di era teknologi canggih.
3. Tidak sesuai dengan standar keamanan modern

Perkembangan sistem keamanan digital telah melahirkan berbagai teknologi autentikasi yang jauh lebih andal daripada password. Multi-factor authentication, biometrik seperti sidik jari dan pemindai wajah, serta metode passkey berbasis kriptografi kini dianggap sebagai pendekatan yang lebih kuat dalam melindungi data. Berbagai organisasi keamanan global telah merekomendasikan transisi dari password konvensional ke metode yang lebih canggih ini.
Kata sandi tidak memberikan jaminan integritas dan otentikasi yang memadai dalam lingkungan digital yang terus berubah. Serangan siber menjadi semakin canggih dan terarah, menuntut sistem pertahanan yang lebih tangguh. Mengandalkan password sebagai satu-satunya lapisan perlindungan dianggap tidak cukup lagi untuk menghadapi ancaman yang terus berkembang.
4. Sering menjadi titik lemah dalam sistem keamanan

Dalam banyak insiden kebocoran data besar, penyebab utamanya sering kali adalah kebocoran terhadap sistem password. Ketika satu akun diretas, sering kali peretas dapat mengakses jaringan yang lebih luas karena adanya integrasi dan keterkaitan antar sistem. Password yang bocor bukan hanya mengancam satu akun, tetapi bisa menjadi pintu masuk untuk membobol sistem lainnya.
Selain itu, keamanan berbasis password sangat bergantung pada perilaku pengguna. Edukasi dan pelatihan keamanan siber belum tentu menjamin perubahan perilaku dalam jangka panjang. Satu kesalahan kecil, seperti mengklik tautan berisi malware atau menggunakan koneksi internet publik tanpa perlindungan, bisa menyebabkan kerugian besar karena lemahnya perlindungan berbasis password.
Penggunaan password masih menjadi praktik umum, namun semakin jelas bahwa sistem ini memiliki keterbatasan yang signifikan. Dengan meningkatnya ancaman digital dan berkembangnya teknologi autentikasi, sudah saatnya mulai mempertimbangkan solusi yang lebih aman dan efisien. Transisi menuju metode otentikasi yang lebih modern bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga langkah penting untuk memperkuat pertahanan digital.