Bukan Sekadar Canggih, Ini Alasan AI Perlu Dikawal dengan Etika
- AI sebagai mitra kerja, bukan ancamanDalam pelatihan AI Warrior National Bootcamp 2025, Faith Chen, News Partnerships Google APAC, menegaskan bahwa teknologi AI seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman yang merugikan, tetapi sebagai mitra kolaboratif yang mampu memperkuat kerja masyarakat sipil.
- Literasi AI jadi skill yang wajib dimilikiPuji F. Susanti, Project Leader Mafindo NextGen AI sekaligus anggota presidium Mafindo, menekankan bahwa literasi AI kini harus dilihat sebagai kompetensi penting bagi seluruh penggiat masyarakat sipil.
- AI sebagai penjaga demokrasiDi tingkat global, kemampuan masyarakat sipil dalam memahami dan mengadopsi AI
Di tengah percepatan adopsi kecerdasan artifisial (AI) di berbagai sektor kehidupan, teknologi ini tidak hanya membawa peluang, tetapi juga risiko serius yang tidak boleh diabaikan.
AI telah mengubah cara masyarakat mengolah informasi dan menyebarkan edukasi, namun di saat yang sama membuka pintu bagi misinformasi yang lebih canggih. Bias algoritma, pengawasan berlebihan, hingga ancaman terhadap privasi dan keamanan data menjadi kekhawatiran.
Kesadaran akan urgensi tersebut menjadi alasan utama diadakannya AI Warrior National Bootcamp 2025 yang digagas MAFINDO melalui program NextGen AI. Acara ini diselenggarakan selama dua hari, 18-19 November 2025 di Holiday Inn & Suites Gajah Mada, Jakarta.
1. AI sebagai mitra kerja, bukan ancaman
Dalam pelatihan AI Warrior National Bootcamp 2025, Faith Chen, News Partnerships Google APAC, menegaskan bahwa teknologi AI seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman yang merugikan, tetapi sebagai mitra kolaboratif yang mampu memperkuat kerja masyarakat sipil.
Menurutnya, AI bisa membantu mempercepat analisis data, menyederhanakan kerja operasional, hingga mendukung pengambilan keputusan berbasis bukti. Hal ini terutama penting bagi komunitas atau organisasi dengan sumber daya terbatas. Namun, pemanfaatan ini harus dilakukan secara bertanggung jawab dan beretika, agar tidak memperburuk polarisasi maupun mengancam ruang aman digital.
Chen mencontohkan dua teknologi yang dikembangkan Google, yaitu PinPoint dan SynthID dari Google DeepMind.
PinPoint bisa mengolah dan mengelompokkan dokumen dalam jumlah besar secara cepat untuk kepentingan riset atau investigasi. Di sisi lain, SynthID dari Google DeepMind mampu menandai dan mengidentifikasi konten AI-generated demi menjaga integritas informasi.
2. Literasi AI jadi skill yang wajib dimiliki

Puji F. Susanti, Project Leader Mafindo NextGen AI sekaligus anggota presidium Mafindo, menekankan bahwa literasi AI kini harus dilihat sebagai kompetensi penting bagi seluruh penggiat masyarakat sipil. Dalam ekosistem kerja modern, produktivitas tidak lagi hanya diukur dari seberapa keras seseorang bekerja, tetapi seberapa cerdas ia memanfaatkan teknologi.
Karena itu, pemahaman terhadap AI menjadi keharusan, baik bagi mereka yang bergerak di isu perempuan, keberagaman, lingkungan, pendidikan, kesehatan, advokasi hukum, maupun UMKM.
Melalui sesi pelatihan, para peserta diajak memahami bahwa AI bisa berperan sebagai asisten yang membantu menciptakan simulasi, membaca pola data, hingga menyusun rekomendasi strategis.
Hari pertama pelatihan fokus pada dasar literasi AI, etika, dan tanggung jawab digital, sedangkan hari kedua memperluas pemahaman ke ranah praktis. Ini termasuk penerapan AI dalam advokasi publik, mitigasi risiko deepfake, hingga bagaimana teknologi ini bisa mempercepat penciptaan alat bantu berbasis AI yang relevan dan inklusif.
3. AI sebagai penjaga demokrasi
Di tingkat global, kemampuan masyarakat sipil dalam memahami dan mengadopsi AI kini menjadi indikator penting bagi demokrasi. Organisasi publik tidak lagi cukup hanya memahami isu sosial, tetapi juga wajib memahami bagaimana algoritma bekerja membentuk opini. Teknologi generatif bisa memanipulasi konten dan disinformasi bisa menyusup secara lebih halus dan sulit dikenali.
Melihat AI melalui kacamata yang lebih kritis akan menjaga ruang publik agar tetap sehat, aman, dan inklusif.
Melalui AI Warrior National Bootcamp 2025, MAFINDO berharap para peserta dapat menjadi garda terdepan dalam memastikan AI digunakan untuk kepentingan publik. Melalui program NextGen AI, MAFINDO berharap hal ini bisa memperluas akses pelatihan, memperkuat kolaborasi lintas komunitas, dan membangun ekosistem digital yang bertanggung jawab.
Di tengah pesatnya perkembangan teknologi AI yang menghadirkan peluang dan ancaman, kemampuan untuk menggunakannya secara etis menjadi kunci menjaga humanisme dan integritas informasi. Tantangan ini tidak hanya milik pemerintah atau industri, tetapi juga masyarakat sipil yang memiliki peran strategis sebagai penjaga ruang publik yang sehat dan inklusif.

![[QUIZ] Browser Mana yang Paling Mewakili Kepribadianmu?](https://image.idntimes.com/post/20250921/upload_6fb47fd382dc1a3f620e78c6c55d55c4_ae4eb495-f6b3-47d8-b9ce-07a692d92f88.jpg)
















